Part 18

45 3 0
                                    

"Seorang protagonis akan terlihat
sebagai antagonis di mata sang pembenci."

.
.
.

Happy reading

💔💔

"Pril, aku bener-bener minta maaf, ya. Bukan aku nggak mau jelasin ke ibu sama ayah, tapi aku tau kalo mereka pasti bakal lebih nyakitin kamu kalo aku ngebela."

Apalah daya, April memang tidak bisa berbuat banyak. Meski harus berujung tidak mendapat jatah makan malam, beruntung dia sempat memakan donat tadi. Setidaknya perut sudah sempat terisi.

"Ya, nggak papa," jawabnya berat hati.

"Oh, ya. Kamu belum makan 'kan? Tadi niatnya aku mau diem-diem sisain buat kamu, tapi ketahuan sama ibu. Tapi, tenang aja ... aku bawain ini buat kamu."

April menatap datar pada sebungkus mie instan yang Nira sodorkan. Dirinya tahu niat gadis berkursi roda di depannya ini baik, tetapi dia tak bisa menerima. "Gue udah terlalu sering makan mie. Lo bawa balik ke dapur aja."

Seketika air muka Nira berubah murung. Gadis berkulit putih mulus itu menghela napas pelan. "Sekali lagi aku minta maaf, ya. Aku belum bisa jadi kakak yang baik buat kamu."

Dia pun memilih keluar dari kamar April. Meninggalkan sang pemilik tempat di atas ranjang dengan posisi duduk bersila.

"Kakak? Entah kapan gue bisa nerima lo. Lo baik, tapi nggak dengan ibu lo," gumam April pada diri sendiri.

Terdapat sedikit penyesalan dalam benak beberapa menit kemudian. Ternyata perutnya masih belum bisa tenang jika hanya mengonsumsi makanan ringan pemberian Nira. Terbukti dari perut yang terus berbunyi, bisa-bisa dia akan terus pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil jika harus terus mengonsumsi air guna menunda rasa lapar.

Entah mengapa tiba-tiba pikiran April tertuju kepada Raindra. Jika saja diri meminta cowok itu membelikan makanan di luar, kira-kira apakah dia akan bergerak cepat?

"Woi! Buka pintunya!"

Fokus April seketika terbuyarkan. Suara di depan pintu kamar terdengar tak asing lagi. Dengan langkah lunglai, dia memutar kunci yang sempat dia putar setelah Nira keluar.

"Hei? Gue nggak ganggu 'kan?" tanya sang tamu. "Oh, ya ... gue langsung masuk aja, deh, ya. Nih, gue bawain ini. Lo belum makan malam 'kan?"

April dibuat syok dengan keberadaan tak terduga Zifa. Gadis itu datang tanpa memberi kabar lebih dulu bak jailangkung.

"Lo, kok bisa masuk?"

"Bisalah. Kan ada pintu." Bukannya duduk di atas ranjang, Zifa malah duduk di lantai bawah. Mengeluarkan nasi serta lauk pauk yang dia bawa menggunakan rantang. "Emak tiri lo yang bukain. Awalnya gue dilarang masuk, tapi karena ada bokap gue ... jadilah gue sekarang di sini."

April mengangguk paham, dia pun turut serta duduk di lantai. "Tumben ke sini bawa ginian?"

"Gue takut lo pingsan gara-gara nggak dikasih makan!" balas Zifa disusul tawa lirih. "Udah, nih makan. Habisin, gue kebetulan udah makan tadi. Gue tau lo pasti laper, apalagi setelah lo dituduh gara-gara kakak tiri lo itu."

Love Destiny: Segores Luka [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang