"Mau bagaimanapun hidup, luka ini akan terus berlanjut. Bahkan mungkin sampai napas ini benar-benar berhenti berembus."
.
.
.
Happy reading
💔💔
"Sekarang jawab, bagaimana kamu bisa masuk?"
Baru mendengar pertanyaan itu sahaja, April sudah merasa panik. Pasalnya Joan memergoki dirinya tengah bersama seorang lelaki di dalam kamar. Lihat saja, bahkan ekspresi pria itu amat serius sekarang.
"Sebelumnya saya minta maaf, Om. Saya---"
"Saya tidak membutuhkan jawaban itu!"
Raindra menarik napas panjang ketika ucapannya dipotong. Terpaksa dia lalu menjawab, "Dari jendela kamar."
Sedangkan April merasa kesal karena cowok itu terlampau jujur. Sudah pasti dia akan terkena masalah setelah ini. "Yah, kami nggak---"
"Kenapa harus lewat jendela? Pintu depan 'kan ada, Rain?" Seperti biasa, seakan suara April tidak dapat terdengar, Tina justru menyahut santai hingga ucapan gadis muda itu terhenti.
Tina memang berniat memojokkan April---dalam artian memanipulasi alasan Raindra rela datang malam-malam ke rumah ini bahkan masuk melalui jendela itu demi seorang April. Dengan begini maka Joan akan menyalahkan gadis itu dan suasana pasti bertambah panas.
"Anak Tante yang nyuruh saya." Raindra refleks menjawab seraya melirik Nira yang berada di sebelah Tina.
"Iya, Bu, Yah. Aku yang nyuruh Raindra buat masuk lewat jendela. Soalnya kalo lewat pintu depan, takutnya nggak dibolehin masuk." Nira pun menjawab jujur. Daripada berdusta dan malah membuat permasalahan semakin panjang.
Mendengar itu, dalam hati Tina dibuat kesal, niat untuk membuat April terkena masalah kembali malam ini gagal. Mengingat Joan pasti tidak akan marah karena ternyata tindakan Raindra merupakan atas perintah dari Nira.
"Ada hubungan apa kamu sama April? Kamu sadar kalo tindakan kamu itu salah?" Lagi-lagi pertanyaan Joan terdengar menyeramkan di telinga April. Namun, sejauh ini setidaknya dia bisa bernapas lega. Untung saja sang ayah tidak langsung menghakimi Raindra secara sepihak.
"Yah, kami---"
"Saya pacar April, Om," ujar Raindra to the point, sengaja memangkas suara April.
Dia kira pria di hadapannya kini akan marah begitu mendapati fakta baru ini. Namun, Joan justru tertawa kencang membuat yang lain menatap heran---termasuk Tina sekali pun.
"Pacar? Nggak salah? Apa yang kamu liat dari dia? Tidak ada satu pun yang bisa dibanggakan!"
Jleb!
April dibuat bungkam. Seharunya dia tidak terkejut jika hal ini terjadi, mana mungkin seorang Joan mau melontarkan kalimat kebanggaan layaknya sang ayah di luaran sana.
Sedangkan Raindra sendiri, dia baru menyadari bahwa kehidupan gadis yang selama ini terpaksa menjalin hubungan dengannya tidak seharmonis itu. Diam-diam dia melirik April di sisi, melihat jikalau si empu memalingkan wajah. Tampak air muka kekecewaan disusul helaan napas terdeteksi jelas di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny: Segores Luka [SELESAI]
Teen FictionNOTED: Terinspirasi dari kisah nyata. (Squel Love Destiny: Sebatas Luka) "Kebahagiaan" adalah satu kata yang ingin seorang April wujudkan dalam hidup. Sejak kematian sang ibu, dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari sang ayah karena dirinya d...