"Ternyata, sosok di masa lalu memang
selalu menjadi pemenangnya.".
.
.Happy reading
💔💔
Di hari minggu pagi ini April memanfaatkan waktu untuk sekadar melakukan jogging bersama Zifa dan Riza. Awalnya mereka bertiga tampak senang-senang sahaja, menghabiskan waktu sembari bercerita singkat. Hingga kedatangan beberapa orang secara tiba-tiba membuat mood-nya sedikit berubah.
"Gue mau pulang, jadi buruan sampein yang mau lo omongin."
Raindra membawa Nira menuju warung pinggir jalan yang saat itu sudah buka. Awalnya gadis itu menolak, tetapi berkat paksaannya dia pun menurut. Memesan es teh beserta nasi goreng sebagai bahan sarapan.
"Makan dulu, udah terlanjur dipesen."
April berdecak. Padahal dirinya sempat menolak, tetapi masih saja cowok di dekatnya ini memesankan. Untung saja dia belum sempat sarapan, sekadar meminum satu gelas susu hangat coklat sehingga perut masih memiliki banyak ruang.
"Lo juga yang mesenin, gue nggak minta," ujarnya mendorong piring berisikan nasi goreng beserta telur mata sapi ke depan mata Raindra.
Sang pemilik warung yang tak sengaja mendengar suara April barusan mendadak keluar dari dalam. Wanita paruh baya tersebut berucap, "Kenapa, Neng? Masakan ibu nggak enak, ya?"
Seketika April merasa tak enak hati. Sontak dia menggeleng, lantas memakan nasi goreng yang sedikit memiliki rasa pedas akibat cabai rawit serta merica.
"Mau nambah?" tanya Raindra.
Cepat-cepat April menggeleng begitu suapan terakhir sudah tertelan melewati tenggorokan. "Buruan, sekarang lo mau ngomong apa?"
Raindra mengganti posisi duduknya menjadi menyerong. Mengingat tempat duduk yang mereka dudukki merupakan bangku bambu, alhasil April hanya mampu bergeser berlawanan arah.
"Kapan kita bisa balikan?" Itulah pertanyaan yang keluar dari mulut kaum adam yang kelereng hitamnya sedang memandang aksa April lamat-lamat.
"Cuma mau ngomongin ini?" April terdengar kesal. Padahal dia sudah mengira terdapat hal amat penting yang perlu dibahas sehingga membuat mereka harus berada di tempat ini.
"Kenapa? Ada yang salah?"
"Nggak. Intinya kita nggak akan pernah balikan." Setelah mengatakan itu April berdiri. "Kita bener-bener putus. Nggak usah ganggu gue lagi."
"Kenapa nggak? Lo lupa? Gue cuma setuju kalo kita break. Lo nggak mungkin lupa tentang perjanjian kita 'kan?" Raindra masih berusaha mendesak April. Meski demikian dia tetap menjaga kestabilan suara agar tidak menganggu orang-orang di warung.
"Gue nggak pernah nyanggupin. Lo sendiri yang ngebuat dan maksa gue!" April buru-buru pergi dari area warung tadi. Meninggalkan Raindra yang mengejarnya setelah membayar pesanan mereka.
Dia menyesal karena telah ikut serta bersama Zifa dan Riza pagi ini. Jika dia tetap di rumah, setidaknya dirinya bisa terhindar dari cowok menyebalkan di balik punggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny: Segores Luka [SELESAI]
Teen FictionNOTED: Terinspirasi dari kisah nyata. (Squel Love Destiny: Sebatas Luka) "Kebahagiaan" adalah satu kata yang ingin seorang April wujudkan dalam hidup. Sejak kematian sang ibu, dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari sang ayah karena dirinya d...