"Kepercayaan yang daku berikan kepadamu bukan semata karena rasa suka, melainkan sebuah tanda di mana hati ini terlanjur berharap akan kebahagiaan bukan kekecewaan."
.
.
.Happy reading
💔💔
"Sumpah, aku kangen banget sama kamu!"
Baru sampai di ambang pintu, seruan Nira sudah menggelegar. Gadis itu langsung memutar roda kursi rodanya menggunakan tangan guna menghampiri April.
Dia jua mengulurkan tangan, hendak memeluk raga gadis itu. Namun, dengan keadaannya itu, jelas sekali daksa April sukar tergapai.
Refleks, seakan memiliki naluri saling terpaut, April menundukkan tubuh agar kakak tirinya tersebut bisa menggapai. Hingga saat dia tersadar setelah peukan Nira terlepas, gadis berambut kuncir kuda itu sontak berdiri tegap kembali.
"Kamu pulang sendirian? Aku kira bakal dianter sama Raindra," ucap Nira, menilik ke arah balik punggung sang adik.
Sebelum merespon pertanyaan tersebut, April melangkahkan kaki ke depan sehingga telapak kaki menapak di ruang tamu. Netra lantas menelisik ke sekitar, mencari keberadaan seseorang selain Nira, tetapi hasil nihil.
"Dia lagi sibuk, jadinya gue naik taksi," jawabnya kemudian. "Nyokap lo ke mana?"
Bukan tanpa alasan April bertanya pasal Tina. Jelas dia ingin tahu mengenai alasan kepergian yang putrinya ketahui setelah di jalan tadi dirinya sempat memergokinya tengah bersama pria lain.
"Oh, Ibu lagi ada urusan di luar."
Dalam hati, April tersenyum sengit. Urusan berpacaran dengan pria lain maksudnya, bukan?
"Sini, aku bantu beresin barang kamu di kamar!"
April tersentak saat Nira menarik tas ranselnya di salah satu pundak. Alhasil dia hanya bisa pasrah saat gadis yang mengenakan rok motif bunga-bunga putih selutut itu berjalan menuju kamar pribadinya.
Sudah sekitar dua minggu diri ini pergi meninggalkan rumah. Namun, rasanya sangat lama sehingga ketika kaki melangkah masuk ke dalam kamar, mata terasa bahagia seakan rasa rindu sekian lama ini telah terobati.
"Oh, ya ... dari kemarin aku nggak ada kontakkan sama Rain. Kabar dia baik 'kan?" tanya Nira tiba-tiba.
"Dia ... baik," balas April singkat.
Tentu dia sedikit heran mengapa Nira mendadak mempertanyakan kekasihnya itu. Namun, jika dipikir-pikir, sejauh yang diri tahu, mereka memang cukup akrab. Mengingat dulu mereka kerap kali melakukan panggilan telepon ataupun video call. Terlebih kedua insan tersebut terbilang satu frekuensi apabila mengobrol.
"Kamu nggak usah khawatir, aku tanya soal Rain karena dia 'kan pacar kamu. Kita 'kan saudara, siapa tau kalian emang jodoh dan bakal sampe pelaminan. Tandanya kami nanti bakal jadi saudara ipar 'kan." Nira memberikan penjelasan tanpa diminta. Mungkin air muka April terlalu kentara jika dia terlihat curiga terhadap pertanyaannya tadi.
"Ya, nggak masalah. Lagian, gue percaya kalian nggak mungkin lebih dari temen. Meskipun nyokap lo ngebet buat jodohin kalian."
Andai lo tau, Pril. Nira mengangguk setuju, berbanding balik dengan isi hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny: Segores Luka [SELESAI]
Teen FictionNOTED: Terinspirasi dari kisah nyata. (Squel Love Destiny: Sebatas Luka) "Kebahagiaan" adalah satu kata yang ingin seorang April wujudkan dalam hidup. Sejak kematian sang ibu, dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari sang ayah karena dirinya d...