Part 10

62 3 0
                                    

"Hal yang paling memalukan dari seorang lelaki adalah saat dia menggunakan perempuan lain untuk melupakan sosok di masa lalu."

.
.
.

Happy reading

💔💔

Suasana taman di dekat rumah April cukup sepi sore ini. Hanya ada beberapa orang yang sempat singgah lalu pergi sebelum mereka bertiga---April, Nira, dan Raindra datang. Jika saja Nira tidak ikut, pasti keadaan sekarang amat canggung sebab tidak ada obrolan inisiatif dari seorang April.

"Bener-bener sepi, ya." Nira pun membuka suara.

"Gue baru tau di sini ada taman seindah ini. Tadinya, sih gue mau ngajak kalian makan di luar." Kini Raindra yang menimpali.

Sedangkan sedari tadi April hanya diam, tak ada niat ingin merespon jua. Dia malah beranjak dari bangku yang di duduki bersama Raindra. Memilih melihat bunga-bunga yang tumbuh di pinggiran tempat tersebut. Membiarkan Raindra dan Nira mengobrol berdua di sana. Meskipun demikian, dia diam-diam menguping apa yang mereka bicarakan.

"Emang di daerah rumah kamu nggak ada tempat kaya gini? Aku pikir ada, secara 'kan kamu---"

"Tinggal di perumahan elit?" Raindra menyahut disusul tawa kecil. Membuat kepala Nira dengan polos mengangguk membenarkan. "Ada. Tapi, ya biasa aja, sih. Udah bosen juga liatnya."

"Oh, gitu. Kapan-kapan boleh, dong aku main ke sana?" Berniat bercanda, dengan percaya diri Nira bertanya disusul kekehan singkat.

"Dengan senang hati," kata Raindra.

Mendengar percakapan tersebut, April sedikit dibuat heran mengenai sekat di antara mereka. Bagaimana bisa mereka berdua akrab secepat ini. Padahal dirinya yang bisa dibilang nyaris setiap hari bertemu cowok itu, masih saja merasa canggung sampai detik kini. Apakah mungkin selama ini mereka sering berkomunikasi melalui ponsel?

"April? Kamu ngapain di situ? Sini, dong ikut ngobrol." Nira menolehkan kepala ke samping, melambaikan tangan pada sang adik guna memintanya kembali ke posisi semula. "Tadinya 'kan kamu yang mau diajak Raindra buat jalan. Masa kamu malah ngejauh, sih."

"Nggak cape berdiri terus?" Raindra juga melempar atensi kepada gadis di depan sana. Sebelum detik berikutnya terpaksa berdiri untuk menarik April yang enggan menuruti perintahnya, meskipun harus menerima cubitan jemari sang empu akibat lengannya tanpa izin melingkar di pinggang rampingnya.

"Sama pacar sendiri, kok kasar, sih? Nggak boleh gitu. Nanti direbut orang, nangis kamu!" Lagi-lagi Nira berniat bercanda, walau tetap saja direspon wajah datar dari April.

"Ambil aja. Siapa yang mau sama cowok kaya dia?"

Nira tersenyum kaku. Balasan April terdengar sangat serius.

"Banyak. Yakin mau kehilangan aku?" Seakan belum puas, tangan kanan Raindra kembali merengkuh pinggang April sehingga tubuh mereka saling menempel tanpa sekat. Membuat gadis itu mendesis dan merontak memaksa dilepaskan meski berujung sia-sia.

"Kalian ini, kalo mau mesra-mesraan liat situasi. Masih ada aku di sini, loh." Sok merasa terasingkan, Nira pura-pura merajuk. Memundurkan kursi roda bermaksud menjauhkan diri. "Kalo gitu, aku pulang duluan, deh, ya. Biar kalian lebih leluasa. Nggak papa aku pulang sendiri."

Love Destiny: Segores Luka [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang