"Selama janur kuning belum melengkung, suatu hubungan masih bisa diperebutkan, bukan?"
.
.
.Happy reading
💔💔
Klek!
Nira yang sedang membaca novel di atas ranjang refleks dibuat menutup buku karena terkejut. Detik berikutnya gadis itu menghela napas berat saat ternyata sang ibu-lah yang masuk tanpa permisi.
"Kenapa, Bu?" tanyanya.
Tina menyipitkan mata, menatap curiga ke arah sang putri. Pasalnya Nira terlihat gugup, seolah takut akan suatu hal. Terlebih jemarinya tampak cepat-cepat menutup novel yang tadi sedang dibuka.
"Kamu lagi ngapain?" Wanita itu malah balik bertanya.
"Nggak papa, cuma lagi baca-baca aja."
Tina mengangguk saja, padahal dia masih menyimpan rasa penasaran. Pasalnya novel di tangan tadi langsung dipindahkan ke sisi berlawanan arah dengan posisinya sekarang duduk.
"Oh, ya ... Ibu mau ngomong hal penting sama kamu." Tina mengambil posisi duduk di sisi ranjang sang putri, meminta anak gadisnya untuk mendekat ke arahnya.
"Tentang apa?" tanya Nira, penasaran. Kaum hawa yang mengenakan baju tidur bergambar boneka beruang itu lagi-lagi mengubah letak novel miliknya tadi, yang malah kian menambah rasa penasaran sang ibu.
"Ibu yakin kalo tebakan Ibu nggak salah. Ibu udah tau kamu sejak bayi. Ibu mau kamu jawab jujur sekarang."
Mendadak firasat Nira berubah buruk. Entah mengapa jantung menjadi berdebar lebih cepat, bahkan gigi spontan menggigit bibir bagian bawah sendiri guna meminimalisir kegugupan. "Tanya ... apa?"
"Kamu sebenernya suka 'kan sama Raindra?" Pertanyaan Tina benar-benar di luar dugaan, tetapi Nira sudah dapat menduga. "Ibu harap kamu jawab jujur, Nira. Jangan sampai kamu bohong soal perasaan kamu sendiri."
"Aku suka Raindra? Nggaklah, Bu. Masa aku suka sama pacar adik sendiri!" Nira tertawa lirih, mengusir suasana aneh yang tiba-tiba menyergap. "Lagian kenapa Ibu bisa mikir gitu, sih?"
"Yakin? Ibu tau kamu, lagian nggak mengherankan kalo kamu suka Raindra. Dia ganteng, baik, kaya lagi. Nggak ada salahnya kalo kamu berusaha rebut dia dari April selama mereka belum menikah." Tina menjawab tanpa beban.
Bingung ingin membalas apa, Nira hanya bisa memalingkan wajah. Alhasil memperkuat prediksi wanita di sampingnya mengenai perkara ini. Sampai dia dibuat terkejut saat tangan kanan Tina terulur ke sisi kiri di mana novel miliknya tergeletak.
"Bu! Jangan dibuka! Nira nggak rela, ya!"
Namun, percuma Nira berkata demikian. Tina tetap membuka halaman di mana Nira sempat membaca terakhir kali. Di sana terdapat sebuah lembaran yang ketika dilihat membuat senyum lebar wanita berwajah mulus meski sudah termakan usia itu terbit.
"Ini apa? Bener 'kan apa kata Ibu?" ujarnya sembari menunjukkan foto yang baru ditemukan. "Buat apa kamu nyimpen foto Raindra kalo nggak suka? Jadi, dari tadi kamu mandangin foto dia 'kan?"
Nira sudah tak bisa beralibi lagi. Kebiasaan setiap malam jika sukar terlelap belakangan ini adalah memandangi foto Raindra yang diam-diam dia cetak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny: Segores Luka [SELESAI]
Teen FictionNOTED: Terinspirasi dari kisah nyata. (Squel Love Destiny: Sebatas Luka) "Kebahagiaan" adalah satu kata yang ingin seorang April wujudkan dalam hidup. Sejak kematian sang ibu, dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari sang ayah karena dirinya d...