"Nyatanya, bahagia yang telah semesta berikan hanya sebatas pelipur sebelum luka sesungguhnya datang memberikan goresan lebih dalam."
.
.
.Happy reading
💔💔
Malam ini adalah malam paling menyakitkan bagi semua orang terutama orang tua Raindra. Setelah mengalami kecelakaan dan dilarikan ke rumah sakit, lelaki itu dinyatakan meninggal dunia.
Seketika kabar tersebut membuat orang terdekat Raindra menangis pilu---termasuk April selaku pacar cowok itu.
Rasanya seperti mimpi.
"I-ini ... pasti nggak beneran 'kan?" tanya April pada Agas yang malam itu turut serta mengantarkan Raindra ke rumah sakit.
"Sabar, ya. Ini semua nyata." Agas hanya bisa memeluk erat raga gemetar sang adik. Bahkan tanpa disadari dia ikut meneteskan air mata.
Sedangkan di dalam kamar rawat sana, tangis beberapa orang sedang mendera. Mereka masih belum menyangka akan kepergian jenazah lelaki yang kini sudah ditutupi kain putih.
"Mas, ini semua bohong 'kan?! Raindra anak kita masih hidup 'kan?!" Bunda almarhum menangis histeris, membuat sang suami dan dua anak lainnya semakin terpukul.
Tak lama kemudian, wanita itu pun jatuh pingsan.
Malam itu, proses pemulangan jenazah Raindra ke rumah langsung diurus. Rencananya, pagi nanti dia baru akan dimakamkan.
Seketika keadaan rumah lelaki yang meninggal akibat luka paling parah di bagian kepala itu ramai seketika. Baik oleh teman sekolah, para guru ataupun yang lain. Bahkan Naura sampai rela terbang dari Singapura ke Indonesia dengan ditemani calon suami.
"Ini semua gara-gara kamu!" Seruan Mawar mendera di penjuru rumah.
Kedatangan April ke rumah itu malah membuat suasana kian runyam. Bunda Raindra menyalahkan April atas kematian sang putra sulung. Saking terlampau marah, dia melayangkan tamparan pada gadis itu di depan para tamu.
"Udah, Bun. Nggak baik Bunda kaya gini," ucap Indra selaku anak bungsunya.
"M-maaf, Tante. Saya juga bersedih atas kepergian Raindra. S-saya ini---"
"Pergi kamu dari sini! Saya tidak sudi melihat wajah kamu! Kamu pembunuh!"
April kembali menangis. Padahal dia ingin sekali melihat wajah Raindra untuk terakhir kali. Namun, apalah daya. Di rumah ini tidak ada yang menginginkan kehadirannya termasuk para saudara Raindra.
Di luar itu, April sendiri pun setuju jika dirinya dianggap sebagai penyebab kematian cowok itu. Andai sahaja sore kemarin Raindra tidak menyelamatkannya, maka pasti tragedi menyakitkan ini tidak akan pernah terjadi.
"April?"
April yang berada di depan gerbang rumah tersebut hendak keluar pun refleks menoleh. Di sana terdapat Naura yang mengenakan pakaian serba hitam. Dia lantas mendekat ke arahnya. Diri kira gadis berambut terurai itu jua akan memaki-maki, tetapi ternyata dia justru mendekap raganya erat seakan memberikan kekuatan.
"Yang sabar, ya. Bentar lagi dia bakal dimakamin. Aku bakal bantu kamu buat liat Raindra untuk terakhir kali," ujar Naura serak lantas melepas dekapan.
Melalui area belakang, Naura membantu April masuk ke dalam rumah tersebut. Sebelum itu, dia memastikan bahwa keadaan aman dan barulah membawa kekasih almarhum menuju ruangan di mana jenazah Raindra sedang dikafani.
"Itu dia. Gih, kamu liat ke sana. Tapi, inget kamu jangan nangis, ya." Naura mempersilakan April agar masuk ke ruangan tersebut. Namun, tiba-tiba dia kembali mencekal pergelangannya, lantas berkata, "Pril ... kamu beruntung karena bisa jadi cinta terakhir dia di dunia ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny: Segores Luka [SELESAI]
Teen FictionNOTED: Terinspirasi dari kisah nyata. (Squel Love Destiny: Sebatas Luka) "Kebahagiaan" adalah satu kata yang ingin seorang April wujudkan dalam hidup. Sejak kematian sang ibu, dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari sang ayah karena dirinya d...