Part 21

48 4 0
                                    

"Luka, ya? Menyakitkan, tetapi daku sudah terlanjur biasa. Hingga sebanyak apa pun luka, ia justru akan menjadi candu."

.
.
.

Happy reading

💔

"Semuanya! Kumpul di ruang tengah sekarang!"

Suara Tina menggema di seluruh penjuru rumah. Sontak sahaja, semua penghuni keluar dari kamar masing-masing---termasuk April. Padahal baru saja dia pulang dari sekolah.

"Kenapa, sih, Bu? Aku niatnya mau tidur padahal," ujar Nira di atas kursi roda.

"Kalung Ibu hilang! Ibu udah cari di mana-mana, tapi nggak ketemu!" Dari nada bicara, wanita itu sangat marah.

Perasaan April seketika memburuk. Terlebih saat Joan juga berada di satu ruangan bersamanya. Ayahnya itu langsung mengambil posisi di dekat Tina.

"Ada apa?" tanya beliau, masih mengenakan pakaian yang tadi digunakan untuk bekerja di sebuah bangunan sebagai seorang mandor.

"Mas inget kalung yang liontinnya bentuk hati itu? Yang aku beli pake uang arisan? Kalung itu hilang! Aku yakin pasti ada yang nyuri!" Tina berkata dengan raut amat meyakinkan. "Aku yakin banget kalo aku nyimpen di lemari!"

"Udah kamu cari di tempat lain? Siapa tau lupa naruh," ucap Joan.

"Iya, Bu. Siapa tau Ibu lupa nyimpennya. Atau mungkin udah Ibu jual lagi buat shopping?" Nira menyahut dengan kalimat yang dibuat sedikit mengandung guyonan.

"Ibu lagi nggak bercanda, Nira."

Nira seketika bungkam, memanyunkan bibir kemudian. Sedangkan April, dia memilih diam. Mendengarkan percakapan di antara mereka bertiga. Sebelum tiba-tiba perkataan Tina selanjutnya membuat emosi sekian kali ingin terluapkan.

"Jangan-jangan, anak kamu yang nyuri?" Sembari menatapnya terang-terangan.

Sangat kurang ajar, bukan?

"Kenapa nuduh saya? Saya baru pulang dari sekolah dan langsung masuk ke kamar."

"Ada bukti?" Tina masih berusaha memojokkan.

"Anda juga ada bukti kalo saya yang mencuri?" April menautkan kedua alis.

Diam-diam Tina mengepalkan jari-jemari. Dengan percaya diri dia lantas mengatakan, "Nggak ada orang lain di rumah ini yang punya perilaku buruk kecuali kamu! Bisa dibuktiin melalui penggeledahan."

"Nggak adil kalo cuma kamar April yang digeledah, Bu. Siapa tau ternyata kalung Ibu terselip di kamar. Sekalian aja kita cari bareng-bareng di sana."

Dalam hati Tina menggerutu. Namun, apa boleh buat, pada akhirnya dia juga menggeledah kamarnya sendiri. Agar tidak ada yang mencurigai atas niat buruknya memfitnah April.

"Udah Ibu bilang, di kamar ini nggak ada. Ibu udah coba cari sebelumnya."

"Ya, udah. Sekarang di kamar aku, Bu," kata Nira.

Namun, tetap saja. Hasil nihil dan kalung emas seharga lima juta Tina belum ditemukan.

"Sekarang kamarku." April menghela napas perlahan, membuka pintu. Mempersilakan yang lain menggeledah kamarnya.

Meskipun dirinya tidak mencuri, tetapi entah mengapa timbul kekhawatiran di benak. Seakan kejadian buruk akan menimpa diri.

"Carinya pelan-pelan. Jangan sampai rusak barang-barang saya," tuturnya pada Tina yang hampir melempar tas yang tergantung di dinding.

Love Destiny: Segores Luka [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang