Part 33

84 4 0
                                    

"Hujan itu kembali turun. Harusnya dia memberikan kesejukan, bukan malah kesakitan kesekian kali."

.
.
.

Happy reading

💔💔

Malam itu ruang rawat April hanya dihuni oleh sang empu. Gadis itu tengah terlelap setelah lelah bersenda gurau dengan sang ayah dan lainnya. Pun dia sudah menyantap makan malam yang langsung disuapi oleh ibu Agas. Rasanya amat mengharukan, berbeda dari hari sebelum-belumnya.

Cekrek!

Tiba-tiba pintu ruangan rawat April terbuka. Sosok dengan penutup wajah berwarna hitam layaknya pencuri masuk ke dalam sana dengan mengendap-endap. Tak lupa dia menutup kembali pintu tersebut agar kedatangannya ke ruangan ini tidak terdeteksi.

"Gue harus cepet-cepet," gumamnya.

Dilihatnya April selaku korban utama yang sedang memejamkan mata sempurna. Bibirnya sempat tersenyum tipis melihat paras rupawan gadis itu, tetapi dia harus tetap profesional. Menjalankan tugas dari sang bos yang telah membayar cukup banyak.

Perlahan, pria itu mengambil bantal di bawah kepala April. Namun, pergerakan tergesa-gesanya justru membuat sang korban terbangun hingga memancing jeritan singkat.

Sontak saking panik, dia langsung menindih wajah sang empu menggunakan bantal. Hingga dapat dipastikan jika gadis itu akan kehabisan napas dan berakhir meninggal dunia.

"April, ada apa, Nak?"

Bersamaan dengan Joan mendorong pintu, sosok misterius itu spontan menjatuhkan bantal di tangan. Dia refleks menjauh dari ranjang April ketika Joan menangkap basah keberadaannya.

"Hei! Siapa Anda?!"

Otomatis dia memilih menghindar, menabrak kursi roda Joan lantas berlari menyusuri lorong rumah sakit.

"Ada apa, Om?" Agas bertanya kebingungan saat lelaki itu baru menyusul.

Dengan kepanikan mendominasi, Joan berucap, "Kejar orang yang berlari ke arah sana! Dia berniat mencelakai April!"

Dia lantas mendekat ke arah ranjang April saat tubuh gadis itu mengejang. Membiarkan Agas mengejar pria tadi sedangkan dirinya mencari keberadaan sang dokter guna menindaklanjuti keadaan April.

"Bagaimana keadaan putri saya, Dok?" Dari sorot mata, terlihat jelas jika Joan amat khawatir.

"Tidak perlu khawatir, Pak. Dia baik-baik saja."

Joan pun bisa bernapas lega. "Syukurlah ...."

Namun, jika dipikir-pikir, siapa orang jahat tadi? Mengapa dia ingin mencelakai putrinya ini?

Di lain tempat, Agas masih berusaha menangkap sosok yang hendak mencelakai sang adik. Hingga mereka berdua keluar dari gedung rumah sakit dan berujung ke jalan raya.

Mengingat hari sudah gelap, kerap kali kendaraan yang berlalu lalang terlepas dari pandangan mereka dan nyaris menabrak raga. Hingga mereka saling kejar-kejaran di sisi jalan dan tak ayal menjadi pusat perhatian beberapa orang di sekitar.

Love Destiny: Segores Luka [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang