Part 2

131 9 1
                                    

"Entah adil semacam apa yang semesta janjikan, buktinya sampai sekarang justru luka menyakitkan yang semesta berikan."

.
.
.

Happy reading

Noted: Beberapa adegan di sini diskip, ya. Yang mau tau lengkapnya menyangkut beberapa adega, baik mengenai April bareng teman-temannya bisa baca di Love Destiny: Sebatas Luka

💔💔

Keributan di kantin akibat ulah sang kakak kelas cukup membuat suasana berubah canggung. Namun, Raindra yang sempat turun tangan guna membela sang adik yang sempat terlibat dengan keributan tadi tampak bersikap biasa sahaja---seolah tidak ada kejadian apa pun sebelum ini.

"Mau pindah meja?"

Sesungguhnya April sangat malas jikalau harus berpura-pura seperti ini. Menurut dengan perkataan Raindra, seakan hubungan mereka memang berjalan layaknya sepasang kekasih saling mencintai. Pasalnya, jika semua murid di sini tahu mengapa mereka bisa menjalin hubungan, maka dirinya akan mendapat masalah baru.

"Dasar cowok nggak tau diri!" Zifa memulai sesi julid ketika melihat April hanya menurut. Berpindah meja pada seberang yang baru ditinggalkan sang penghuni awal.

"Pesen aja lagi kalo lo masih pengin. Gue yang bayar," kata Raindra pada April.

"Nggak perlu." Seperti biasa, April masih bersikap kaku. Terbelenggu rasa malas untuk membuka diri kepada cowok di depannya kini. Lagi pula, hubungan mereka dapat tercipta gara-gara sebuah tragedi. Bukan karena memang memiliki rasa cinta teruntuk masing-masing jiwa.

"Oke kalo gitu. Gue ingetin sama lo, jangan sampai yang lain tau soal kebenaran hubungan kita dan lo perlu inget soal peraturan yang gue kasih."

April benar-benar merasa jengkel. Keinginan mendapat hal membahagiakan di sekolah tadi pagi malah berujung nihil. Sejak pertemuannya dengan cowok bertampang adem, tetapi bersifat keras kepala ini, hari-hari selama di sekolah berubah suram dan meresahkan.

Apalagi tak jarang diri harus sabar menghadapi setiap hujatan saat para siswi tahu mengenai hubungannya bersama Raindra dulu. Kuping dibuat terasa panas setiap detik. Namun, apa boleh buat. Dia hanya bisa menahan diri agar tidak melontarkan kalimat sarkas yang justru memicu pertikaian.

"Gue curiga sama lo. Kenapa di sini jadi gue yang ngerasa dirugiin? Peraturan yang lo kasih lebih ribet daripada peraturan sekolah!"

Raindra terkekeh mendengar keluhan gadis berair muka sebal di kursi dengan penghalang meja persegi panjang di hadapan mereka. Sontak tangan kanannya terulur lalu menekan belakang kepala April sehingga sekat antara wajah mereka menipis.

"Apa, sih?!" April memberontak pelan, tetapi telapak tangan lebar Raindra sukar dialihkan hingga tatapan beberapa pengunjung kantin mencuri pandang ke arah mereka berdua.

Tak lupa tatapan sinis bercampur penasaran mereka layangkan.

"Tangan lo kenapa?"

April dibuat menegang ketika sorot Raindra beralih memandang sebagian kulit lengan kirinya yang tertutup hansaplast.

"I-ini cuma kegores meja. Nggak sengaja kesenggol, kok." Dengan tanpa membalas sorot penuh selidik Raindra, April menurunkan telapak tangan cowok itu dari kepalanya. Dia buru-buru menjauhkan objek yang berupa anggota tubuhnya ke bawah meja.

Love Destiny: Segores Luka [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang