Demi Waktu

328 9 0
                                    

Aku sedang dalam perjalanan menuju rumah. Dan sepanjang jalan aku telepon-teleponan dengan Karina. Karina banyak mengucapkan kalimat yang menyarankan aku agar bisa berhasil mendapatkan maaf dari Kiyan dan Kiyan bisa menerimaku kembali di hidupnya seperti semula.

"Pokonya lo harus percaya diri untuk bisa diterima lagi sama Kiyan, lo bilang apapun lo terima konsekuensinya selama lo masih bisa balik lagi sama dia....
Lo tunjukin kalo lo nggak bisa hidup tanpa dia Sya...lo jangan pasrah aja ngelepas dia..." ucap Karina yang terus berulang-ulang.

"Iyaa Kar...iyaa...
Yaudah nanti gw telepon lagi ya, ini gw udah nyampe rumah soalnya..." ucapku sambil mengakhiri telepon dengan Karina dan segera memarkirkan mobil masuk ke halaman rumah.

Dan aku melihat mobil Kiyan terparkir rapih juga di halaman rumah.
'Berarti dia nggak ke kantor...'

Aku langsung segera turun dan masuk ke dalam rumah. Ketika aku melangkah semakin masuk ke dalam rumah. Aku melihat sosok Kiyan yang sedang duduk di meja makan sambil meneguk segelas air.

Sekian lama aku melihat lagi keindahan tubuhnya dibalik pantulan cahaya matahari yang masuk melewati jendela pentilasi atas tembok yang menjadi pelindung bagian pantry dan ruang makan.

Aku berdiam dan berdiri kaku menikmati sosok Kiyan yang masih duduk membelakangiku karena belum menyadari keberadaanku saat ini.

Dan beberapa detik kemudian, akhirnya aku melihat dia dengan wajah datarnya ketika melihat ku. Aku melempar senyum saat itu dan dia membalasnya.
Sudah lama juga tidak melihat dia yang tersenyum hangat seperti itu sangat serasi dengan penampilannya saat ini yang menggunakan kaos oblong putih polos dan celana pendek cargo berwarna cokelat muda.

Kiyan jalan kearahku. Tapi langkahnya berhenti sekitar 3 meter dari tempatku berdiri.

"Kenapa kamu berdiri begitu?
Duduk dong, kamu kaya tamu aja...." ucapnya sambil berarah duduk di sofa ruang tv.

"Kiyan..." ucapku yang ikut melangkah mengikutinya duduk di sofa yang sama.

"Anak-anak lagi aku ungsikan dulu ke rumah mamah Erina..." potongnya sebelum aku melanjutkan omongan ku tadi.

"Kenapa memangnya?" Tanyaku.

"Karena kita harus bicara, jadi aku perlu ruang dan waktu untuk itu...." jawabnya singkat tapi aku tetap merasakan kehangatannya.

"Ooh yaa oke...." ucapku sambil membalas tatapannya.

"Mmm...
Selama ini gimana kondisi kamu di tempat Karina?" Tanyanya dengan ekspresi yang menaik turunkan tatapannya ke arahku

"Baik..." jawabku tetap menatapnya dalam dan tersenyum kearahnya.
"Kamu apa kabar?" Tanyaku lagi berusaha hangat menembus benteng antara kita selama ini.

"Baik...
Tapi nggak sama hati aku..." jawabnya sambil mengalihkan tatapannya ke arah lain.

Spontan aku juga mengalihkan pandanganku dan menundukkan kepalaku.
"Maaf Kiyan..
Aku benar-benar minta maaf...
Aku tau aku terlalu jahat untuk kamu dan anak-anak...
Aku hanya memikirkan duniaku saja saat itu, bahkan dengan gampangnya aku memilih sendiri pilihanku tanpa membuka semuanya dan seolah bersikap tanpa dosa menutupi semuanya agar bisa diterima lagi sama kamu...." ucapku kembali meneteskan air mata di hadapan Kiyan.

"Maafkan aku ya Kiyan udah dengan tega menduakan cinta kamu...
Saat itu memang rasanya berat untuk meninggalkan dia, dan saat ini demi waktu yang terus bergulir, maafin aku sepenuh hati kamu Kiyan...
Kalau aja waktu itu aku nggak ketemu sama dia, mungkin semua nggak akan seperti ini...
Saat itu, kamu dan dia ada di hatiku dengan bersamaan...
Dan andai aja saat itu aku bisa memilih,
Aku memang nggak pernah melupakan dia Kiyan...
Yang akhirnya dia ada diantara kita saat itu...
Tapi aku juga nggak bisa melepas bayangan kamu yang sudah ada di hidup ku selama ini....
Maafin aku Kiyan...
Aku benar-benar minta maaf Kiyan..."

PEMERAN UTAMA : CONTINUE LURUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang