Aku melepaskan genggamannya dan melangkah ke kamar untuk mengambil tas dan kunci mobil, lalu aku melangkah untuk pergi keluar rumah.
Aku tidak merasa, bahwa Kiyan mengejarku atau menahanku.
Akupun segera masuk mobil untuk meninggalkan rumah ini.Tapi....
Aku menghentikannya. Ku atur nafasku, lalu aku keluar lagi dari mobil dan melangkah masuk kembali ke dalam rumah.
Aku lihat Kiyan masih terduduk di tempatnya, dia menatapku dengan dalam. Seolah tatapannya menembus segala isi pikiranku.Akupun terus melangkah dan membalas tatapannya hingga berdiri di hadapannya.
"Oke...
Aku relakan..." ucapku.Kiyan bereaksi. Dia berdiri dan menatapku lebih lekat.
"Sekarang aku berdiri disini, menatap kamu seperti ini. Aku sedang memutar waktu, teringat kamu yang dulu...
Yang selalu ada disamping aku, jadi sandaran ternyaman saat aku lemah dan lelah...Tapi aku akhirnya tersadar, kalau aku merenungi semua yang nggak mungkin...
Bisa saja aku putar kembali seperti dulu. Aku bahagia tapi semuanya hilang.
Karena kamu menghentikannya saat ini...Aku terima semua keputusan yang kamu buat, tapi satu yang harus kamu tau, aku akan menanti kamu kembali...
Jujur aku nggak mau kamu pergi, dan meninggalkan semuanya selesai disini...
Dan aku nggak bisa menahan air mata ini untuk mengingat semua yang terjadi..."Aku berusaha kuat tapi aku tidak seperti itu, aku hampir terjatuh karena seluruh tubuhku lemas. Tapi aku menahannya, aku memegang erat bangku yang ada didepanku. Dan aku melihat Kiyan seperti ingin meraihku. Tapi tangan kananku memberi isyarat agar dia tidak mendekati aku.
"Aku tau kamupun sama seperti aku, tidak ingin semuanya selesai disini...
Tapi mungkin inilah jalannya, harus berpisah...Apa kita akan berhasil?
Dan ini akan menyakitkan...
Tapi ya..kita akan membuatnya tenang, walaupun mungkin belum tentu berhasil...Aku mulai membayangkan dimana kita nggak akan bersama, hal itu membuat aku sakit, tapi pasti akan sembuh...
Kalau kamu bilang, kamu akan pergi..
Yaa..
Aku akan memudahkannya, dan aku akan baik-baik saja...Kalau memang kita bisa menghentikan sakitnya, kita nggak perlu memperbaikinya...
Aku akan mencintai kamu bagaimanapun caranya...
Dan semuanya akan baik-baik saja...Impian kita sudah memudar, dan nggak ada yang lebih menyakitkan lagi dari ini..
Aku akan tetap mencintai kamu Kiyan, entah itu manis atau pahit, aku berharap kita bisa bertemu lagi di situasi kamu bisa melihatku tetap sebagai Arisyamu yang dulu...." ucapku lirih bahkan melemah tapi aku tetap berusaha menatapnya lekat dan menguatkan hati untuk menyampaikan segala yang kuucap hingga tertuang semuanya.Ku lihat Kiyan menghampiriku, meraih seluruh tubuhku lalu memelukku dengan erat.
"Kalau kamu kira ini adalah keinginanku, kamu salah Arisya....
Tapi ini pilihan aku...
Aku memilih untuk menyelamatkan masa depan kita kearah yang lebih baik dibanding aku bertahan tapi malah menjadi rusak...
Aku hanya bisa memilih ini, tapi kamu adalah tetap wanita yang aku cintai...Seperti yang kamu bilang, bagaimanapun aku akan mencintai kamu...
Nggak mudah melupakan segala yang udah aku lewati sama kamu selama 10 tahun ini. Dari kita saling jatuh cinta pada saat mulai berteman dan aku malah terus jatuh cinta sama kamu sampai 10 tahun ini.Tolong beri aku ruang untuk membangun hubungan baru kita.." ucapnya yang sedikit merenggangkan pelukan kami dan menatapku dengan lekat.
Aku akhirnya menganggukan kepalaku, berusaha menerima segala ucapannya dan keputusannya.
"Aku terima...
aku terima keputusan kamu, aku akan sangat egois kalau aku menolaknya....
Maaf...maaf...." ucapku lirih sambil menunduk kembali.
"Ssttt...
Udah...
Aku maafin kamu..." ucapnya merengkuh wajahku untuk kembali menghadapnya.Dan tiba-tiba wajahnya mendekat, jarak pandangku semakin melekat karena wajahnya semakin dekat dengan wajahku, lalu dia menciumku. Ciuman lembut tapi menuntut. Akupun membalasnya dan menerima ciumannya. Bahkan tanganku merengkuh seluruh lehernya agar memperdalam ciumannya.
Cukup lama kami berciuman, tapi setelah beberapa menit, Kiyanpun akhirnya memutus ciuman ini. Dan merenggangkan jarak kami.
Aku terus menatapnya, sedangkan Kiyan menunduk sambil menatap lekat kedua tanganku yang masih dalam genggamannya.Beberapa detik kemudian dia mendongakan kepalanya dan menatapku kembali dengan intens. Entah kenapa ketika menerima tatapan itu, rasanya begitu sakit, jantung ini berdegup kencang dan deru nafasku begitu cepat.
Aku rasa dia akan mengatakan sesuatu karena dia menarik nafasnya hingga dalam dan ketika menghembuskan nafasnya secara perlahan...
"Aku menalak satu kamu Nata Arisya...." ucapnya seketika sambil memejamkan mata, menundukkan kepala dan melepaskan genggaman tangannya dari tanganku.
Sungguh aku ternyata tetap tidak bisa kuat menghadapinya. Spontan tubuhku melemah dan aku terduduk lemas di lantai sambil menangis.
Kiyan tetap berdiri, entah dia menatapku atau masih memejamkan matanya. Mungkin dia juga menahan diri untuk melihat reaksiku yang seperti ini.
Kami cukup lama dengan posisi kami masing-masing, sampai akhirnya Kiyan meraih tubuhku untuk berdiri.
"Aku anter kamu ke tempat Karina ya, kamu ambil semua barang kamu disana.
Kamu kembali ke rumah ini lagi dan sebelumnya kita akan jemput anak-anak di rumah mamah Erina....""Lalu?" Tanyaku tanpa menatapnya.
"Aku akan masih disini untuk beberapa hari sampai aku mengantarkan kamu ke rumah papah dan mamah lalu setelahnya ke rumah mamahku...
Dan setelah urusan dengan mereka selesai, aku akan pindah ke tempatku yang baru..."Aku sudah tidak bisa mengucapkan kalimat apapun, aku hanya menyimak dan akan mengikuti segala rencananya.
'Semua akan baik-baik saja' hanya itu yang bisa aku sampaikan untuk diriku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
PEMERAN UTAMA : CONTINUE LURUH
ChickLitPlease!!! Ini DEWASA!!! Kisah ku kembali. Arisya. Perpisahan ku dengan Dipta tidak seperti yang ku harapkan. Aku kehilangan dia untuk selamanya. Lalu aku melihat Kiyan, menatapku yang meratapi kepergian Dipta. Menangisi Dipta begitu dalam dan terpuk...