Rasaku Rasamu

252 10 1
                                    

Aku terbangun dan melihat sekeliling, Kiyan sudah menghilang dari sampingku. Ku sibakkan selimut dan langsung masuk kamar mandi lalu segera membersihkan tubuhku yang lengket karena aktivitasku semalam dengan Kiyan yang entah berapa kali Kiyan membuat aku mencapai klimaks begitu juga dengan dia.

Kemarin rasanya berbeda dengan hubungan kami sebelumnya. Penyatuan yang kami lakukan dari siang hari sampai tadi malam, aku merasakan Kiyan lebih agresif dan liar. Dan solah Kiyan tidak memberiku jeda untuk beristirahat menerima serangan darinya. Kami hanya terjeda dengan makan dan melakukan kewajiban kami lainnya di waktu-waktu tertentu. Setelahnyapun Kiyan tidak mengijinkan aku memakai baju lagi. Dia kesana kemari juga tanpa sehelai apapun pada tubuhnya.

Bahkan pada saat kami sedang makan, Kiyan melakukan fantasi diluar dugaanku.
Dia menggunakan tubuhku sebagai alas makanan yang akan dia santap, begitu juga sebaliknya. Apapun yang kami lakukan, Kiyan selalu ingin aku tetap melayaninya dan memuaskannya dengan fantasi-fantasinya. Beberapa kali kami bebersihpun harus selalu sama-sama dan setelah melakukan kewajiban kami lainnya, kami selalu berujung di ranjang lagi. Sampai semua aktivitas itu berhenti di jam 1 malam, karena Kiyan tiba-tiba tertidur setelah pelepasan terakhirnya. Bahkan ketika dia tertidur diatas tubuhku, miliknya saja masih ada didalam milikku.
Tidak heran kalau saat ini aku merasakan sedikit perih di area intim karena mungkin sedikit lecet.

Selesai mandi, aku mengambil baju yang masih ada tersimpan di lemari. Lalu setelah selesai memakai baju, aku keluar kamar untuk mencari Kiyan. Akupun melihatnya sedang menyiapkan beberapa masakan di meja makan untuk kita sarapan.

Dari tempatku berdiri, aku tersenyum melihat dia yang selalu tampan ketika dia sedang sibuk menyiapkan makanan apalagi masih ada celemek di tubuhnya.

Dan saat aku berjalan mendekatinya, Kiyan menoleh kearahku dan melempar senyum padaku. Sampai tepat didekatnya, aku langsung memeluk tubuh Kiyan dan diapun membalas pelukanku lalu mencium keningku.

"Pagi..." sapanya.

"Mm pagi...
Kamu bangun jam berapa? Sampe udah beres gini sarapannya..." ucapku yang masih memeluknya.

"Jam 5..." jawabnya sambil mengelus-ngelus helaian rambutku.

"Kenapa nggak bangunin aku aja sih? Kan biar aku yang masakin kamu?" Ucapku sambil duduk di bangku yang biasa ku tempati.

Kiyan hanya tersenyum dan masih membereskan beberapa sarapan yang sudah disiapkan. Setelah selesai membereskan, Kiyan melepas celemeknya lalu duduk di bangku yang biasa dia tempati.

Kamipun mulai menikmati sarapan ini sambil berbincang hangat, bernostalgia pertama kita kenalan sampai kita memutuskan pacaran dan menikah.

Semua yang memulai pembicaraan mengenang masa-masa indah kita adalah Kiyan. Dia mengajakku seperti kembali ke masa aku dan dia sama-sama saling jatuh cinta.

"Kita tuh sampe ngumpet-ngumpet ketemu ya kalau di kantor, karena waktu itu banyak banget yang deketin kamu.
Anehnya mereka bener-bener nunjukin secara sportif untuk dapetin kamu.
Dari Tian, orang bagian Invoice terus Diko bagian Marketing, belom lagi bos nya juga ikut-ikutan tuh pak Wili. Dan yang paling aku nggak abis pikir adalah pak Anto yang sampe kirim email ke aku, ultimatum aku kalau dia nggak akan pernah relain kamu dimainin sama aku...."

"Oh iya, soalnya waktu itu kamu juga santernya lagi deketin Aini, jadi dia berpikir ada kemungkinan kamu cuma mau main-main aja sama aku...
Nah yang anehnya, saat itu pak Anto tuh bisa kaya hacker gitu ya nggak muncul nama di emailnya....
Hahaha...tapi dari bahasanya aku tau itu pak Anto sih. Karena cuma pak Anto yang saat itu jadi tempat curhat aku dan sebelumnya dia nekat bilang suka sama aku, padahal dia kan udah nikah ya..." jawabku. Tapi seketika aku terdiam, menyadari ucapanku mengingatkan yang sedang terjadi diantara kita.

PEMERAN UTAMA : CONTINUE LURUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang