Tak Selalu Memiliki

18 3 0
                                    

Author Pov.

Eras kembali dari Samarinda dan langsung dijemput oleh Fita di bandara. Dari bandara mereka langsung dinner di satu resto tempat favorite Eras dan Arisya makan malam.

"Kan aku udah feeling pasti bang Eras lagi kangen2nya sama Kak Icha...." ucap Fita melangkah duluan masuk resto.

"Heeii...
Maksudnya apa itu...?" Ucap Eras berusaha mengejar langkah Fita.

Saat sudah di dalam resto Fita langsung jalan menuju tempat duduk yang dekat dengan kolam renang. Ya didalam resto ada kolam renang hanya sebagai pelengkap dekorasi konsep restoran itu.

Fita langsung duduk dan mengambil menu makanan yang dibawakan waitersnya.

"Maksud kamu tadi apa Fit?" Tanya Eras.

"Milih makanan dulu. Lo tuh kalo nggak gw ajak makan pasti nggak akan langsung makan..." ucap Fita yang acuh masih fokus memilih makanan. Eraspun ikut memilih makanan.

Setelah selesai memesan. Fita melipat kedua tangannya dimeja dan menatap Eras.

"See...?
Tanpa lo sadar lo ajak gw makan disini. Ditempat lo sama kak Icha biasa dinner kan bang...?"

"Emang kenapa kalau dinner disini. Tapi itu nggak maksud karena gw..." ucap Eras menggantung.

"Bang lo nggak bisa bohong sama gw bang...
Kenapa sih lo nggak jujur lo tuh kangen sama kak icha kenapa lo nggak berusaha memperbaiki semuanya..
Tadi siang gw nggak sengaja ketemu sama kak icha.
Dan sempet ngobrol2 sama kak Icha, Kak Karina dan Bang Bragi...
Dan gw liat kak Icha juga sama kaya lo kondisinya. Terpuruk bahkan lebih parah, karena menganggap lo jahat udah nyakitin dia...
Kalo yang lo anggap itu nggak bener gimana bang?
Lo nggak akan nyesel?"

"Apa sih Fit..."

"Bang lo nggak usah sok kuat. Nggak usah ngerasa lo nggak kenapa2...
Lo itu lagi nggak baik2 aja. Gw tau ko. Workholic lo muncul lagi sampe lo bisa lupain waktu makan dan waktu tidur lo cuma untuk semua kerjaan lo kerjain. Itu semua buat pengalihan dari rasa sakit hati lo kan bang....
Bang belom tentu juga kak Icha nyakitin lo...
Ngapain sih lo bertopeng dibalik nama gw untuk menunjukkan lo itu kuat, lo itu bisa lupain kak Icha...
Lo yang bilang lo nggak akan ninggalin dia. Lo mencintai dia lebih dari yang pernah lo rasain. Sampe gw cemburu..."

Fita terdiam sejenak.

"Kalau kak Icha nemuin lo dan bicara sama lo, ngejelasin lagi semuanya. Lo bakal gimana?"

Eras terdiam hanya fokus melihat handphonenya dari tadi.

"Bang...
Bang lo nggak dengerin gw???"

"Apa?"

"Lo kenapa sih bang?
Segitu lo mau lupain apa yang lo rasain padahal lo sendiri kesiksa kan bang..??"

"Gw nggak mau mikirin itu Fit...
Kerjaan gw lagi banyak banget..."

"Bang gw sedih liat lo begini bang...
Gw mau ko lo bahagia. Buat apa gw selalu ada untuk lo. Buat apa gw selalu nemenin lo. Kalau ujungnya lo sibuk sendiri buat ngilangin hati lo yang sakit bang...
Kalau emang gw cewek yang nggak pernah nyakitin lo. Lo jangan kaya gini dong bang....
Lo jadi orang yang gw kenal sebelum lo nikah dulu apalagi lo tunangan waktu itu...
Sebelum lo patah hati sama cewek2 itu bang...."

Fita mengucapkan itu dengan nada yang sangat pelan dan suara terendahnya. Eras menatap Fita dan menggenggam tangannya Fita.

"Fit...
Semua nggak begitu aja aku melepaskan diri dari Arisya.
Aku sempat berpikir dan mau memperbaikinya.
Tapi disaat itu juga aku malah tetap melihat Kiyan menemui Arisya dirumahnya, bahkan aku melihat Kiyan mencium kening Arisya setelah memeluknya.
Walaupun aku tidak tau ada interaksi apa sebelumnya diantara mereka. Tapi itu malam dimana aku ingin menemui Arisya dan berusaha mempercayai perasaannya. Mengabaikan sosok Kiyan dalam hidupnya. Dan ternyata jawabannya, Kiyan memang akan selalu ada di hidup Arisya dan akan mengganggu kondisiku bersama Arisya.
Daripada baru diujung nanti aku menyadari semuanya, lebih baik aku membatasi diri aku untuk gak terluka belakangan.
Aku memang tersiksa Fit dengan semuanya. Karena aku memang sangat mencintai Arisya. Tapi rasanya aku tidak bisa bersama dia kalau Kiyan terus ada dihidupnya..."

Eras manarik dalam2 nafasnya. Dia meraskaan emosi menggebu dalam hatinya.

"Mungkin aku telah salah.
Sudah memilih hati yang tidak sejalan. Rintangan nanti yang akan datang dari sekitar aku dan Arisya.
Biarkan saat ini aku meyakini diri aku sendiri bahwa kita nggak akan bersama.
Aku nggak bisa memilih cinta Fit...
Kalau semesta memisahkan aku dengan Arisya. Aku nggak mampu untuk memaksanya. Kalau restu nggak pernah ada. Benarkah aku menginginkan dia?
Meskipun aku mengatakan aku bisa tapi belum tentu dengan hatinya Fit....
Jadi biarkan hati aku yang meyakini diri aku bahwa aku memang tidak harus memilikinya..." ucap Eras yang mulai memerah matanya, mengeras rahangnya. Terlihat menahan sisi emosionalnya. Karena ya...baru ini Eras meluapkan isi hatinya yang sebenarnya.

PEMERAN UTAMA : CONTINUE LURUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang