Happier

100 4 0
                                    

"Hai Sya..." sapa Karina sambil memelukku erat.
"Haii...kangen bangeettt...." jawabku yang langsung menariknya duduk disampingku.
"Gw apalagi....nggak enak banget nggak ketemu lo sampe 6 bulan gini..."
"Hahaha yaa maaf deh....gw emang harus pindah sementara kemaren ke Batam..."
"Eh tapi gimana pa de lo? Udah membaik?"
"Yaa...dia itu emang harus ada yang nemenin Kar...sedangkan anak2nya kan emang tukang kerja disini. Walaupun sempet beberapa kali mas gw yang di jakarta nengokin dia. Tapi karena ngeliat papahnya happy, jadi mas gw minta tolong sama gw dan nyokap gw buat nemenin papahnya. Yaa emang sih pade gw tuh happy banget tiap hari bisa maen sama anak-anak gw, walaupun dia baru pulang praktek. Karena ngeliat perkembangan kesehatan dia membaik adanya kita disana, jadi akhirnya gw sama nyokap mutusin tinggal sementara disana..."
"Nah terus sekarang?"
"Disana lagi ada kakanya nyokap gw yang dari Sukabumi. Dia yang bakal nemenin pa de gw sampe selesei ngurus pindahan ke Bandung..."
"Oh jadi pa de lo bakal pindah ke Bandung..."
"Iya lah, ngapain dia di Batam sendirian udah tua gitu. Akhirnya anak2nya nyuruh dia terima tawaran dari temennya untuk kerja bareng di klinik temennya itu, di Bandung..."
"Wah syukur deh...kasian ngedengernya..."
Aku hanya mengangguk mendengar ucapan Karina. Sambil melahap pesanan makananku yang sudah datang.
"Eia Sya...mmm...
Mmm...selama anak2 lo di Batam, Kiyan gimana?"
Aku sempat terdiam mendengar pertanyaan Karina, walaupun aku tau Karina bakal nanyain soal ini.
"Hmm yaa VC terus, sama mamah Erina juga ko..."
"Oohhh, pasti kangen banget ya dia, 6 bulan nggak ketemu anak2nya?
Tapi pernah nengokin nggak kesana?"
Aku hanya menggeleng.
"Hmm tumben, selama 6 bulan dia kuat nggak ketemu sama anak2...
Terus sekarang anak2 lo sama siapa?"
"Ya sama Kiyan, kemaren gw baru dateng, langsung dia jemput ke bandara dan abis anter nyokap, anter gw, anak2 gw ikut dia ke rumahnya....yaa dia pasti kangen banget sama anaknya..."
"Oh, berapa lama anak2 lo disana?"
Aku mengangkat bahu, "nggak tau, biarin aja. Kasian...pasti Kiyan dan nenekmya udah kangen banget sama mereka...
Ya palingan gw beberapa kali nengokin mereka disana...ntar juga pulang dari sini gw niatan kesana ko..."
Ku lihat Karina menatapku lekat.
"Kenapa lo liatin gw kaya gitu?"
"Udah setahun ya Sya..."
Aku tersenyum getir mendengar pernyataan Karina.
"Ya...setahun tiga bulan Kar..."
Karina mengelus pundakku, yang langsung mengalihkan pandangan pada makananku dan pura2 mengaduk beberapa bagian makanan untuk aku suap.
"Kasian anak2...mereka harus merasakan juga cuma hidup sama gw, atau cuma hidup sama papahnya..." jawabku yang hampir menangis.
"Tapi gw sadar ko. Gw yang menyakiti mereka. Gw yang membuat posisi mereka ada di kondisi sekarang...dan gw akan menebusnya..."
"Yaaa gw percaya...
Mmm tapi lo tau nggak sih...
Kalau...
Mm...Kiyan tuh, kayanya ya...
Mm...kayanya lagi deket gitu sama seseorang..."
Aku hanya menatap lurus entah ke arah mana, tapi akhirnya aku kembali menatap Karina dan menarik nafas panjang.
"Kayanya sih gitu, soalnya beberapa kali tumben banget Kiyan update tentang kegiatan dia sperti Dinner, nonton, hangout...ya gw rasa sih nggak mungkin cuma sama temen2nya..."
Aku melihat Karina tersenyum.
"Kenapa....lo pernah liat dia sama seseorang itu?"
"Eum...yaa...
Gw pernah liat dia nonton sama seseorang itu, karena pas gw juga mau nonton sama Bragi...
Terus gw juga pernah pas banget satu resto gitu sama dia pas mau dinner..."
"Juga sama seseorang itu?"
"Yess..."
Aku berusaha menutupi rasa terkejutku.
"Mmm ya bagus, akhirnya dia tau dia berhak bahagia dengan orang lain..."
Aku langsung kembali memakan makananku dan begitu juga dengan Karina.
"Eh iya Sya, gw juga mau sampein. Beberapa kali gw ketemu orang yang nanyain lo mulu..."
Mendengar itu mimikku langsung bingung. Siapa yang nanyain aku, kayanya nggak punya hutang sama orang.
"Gw nggak ada urusan deh kayanya sama orang lain..."
"Serius lo?"
"Iya...dimana lo ketemu orang itu?"
"Gedung kantor gw..."
Tiba2 aku melihat ekspresi wajahnya seperti menggodaku.
"Huft...Eras ya maksud lo?"
"Ih ko lo tau sih itu dia?"
"Ya disana siapa lagi yang kenal gw kalo bukan dia..."
"Eh tapi aselinya ada yang nanyain lo juga selain dia..."
"Hah...
Apaan sih lo..."
"Serius...dia duda nggak beranak..."
"Anjir lo...ngeledek banget deh..."
"Seriusan...lo tau temen gw namanya Priya, dia manager senior entertein...."
"Terus...?"
"Dia pengen kenalan sama lo..."
"Lah ko dia bisa tau gw..."
"Katanya sih dua kali dia liat lo lagi bareng gw disini....tarus pas 6 bulan kemaren lo absen kesana, dia nyamperin gw dan langsung nanya2in lo Sya...
Minat nggak?"
"Apaan sih lo...nggak ah..."
"Sya udah waktunya lo move on. Lo move on dari Kiyan dan move on dari Dipta..."
"Gw udah move on dari mereka, tapi saat ini gw cuma masih fokus sama diri gw sendiri dan anak2 gw Kar..."
"Kiyan aja udah buka hati. Ngapain lo masih berharap sama dia..."
"Gw udah nggak berharap sama dia. Gw cuma...."
Tiba2 pembicaraan ku berhenti karena aku melihat seseorang yang saat ini sedang kami bicarakan.
Ya Kiyan, dia masuk ke resto ini dan berjalan bergandengan dengan seorang wanita. Dan yang membuatku terpaku melihatnya, disana juga ada Ibaz dan Khana sedang mereka gandeng satu2. Seperti keluarga.
Dan Karina menyadari arah pandangku.
Dia berusaha mengalihkan pandanganku, tapi aku terlalu syok melihat ini.
"Sya...sya...itu anak2 lo..."
"Ya...Kiyan bawa mereka..."
Tanpa pikir lagi aku berdiri dan beranjak dari tempat itu, aku langsung berjalan cepat menyusul langkah Kiyan dan anak2 bersama wanita itu. Samar2 aku mendengar panggilan Karina. Tapi tidak aku hiraukan.
Tepat dibelakang mereka, spontan aku menarik tangan Ibaz.
Mereka pun berhenti dan mereka kompak melihat ke arahku.
Kiyan cukup terkejut melihatku ada disitu dan melirik kearah tangan Ibaz yang aku raih.
"Sya..." ucap Kiyan
"Mamah..." sapa Ibaz dan Khana.
Keduanya terlepas dari genggaman mereka. Ibaz dan Khana langsung memelukku.
Aku berusaha mengontrol emosiku dan ekspresi marahku. Aku membungkuk untuk memeluk mereka seperkian detik. Lalu aku berdiri tegap lagi menghadap Kiyan.
"Jadi ini alesan kamu langsung membawa mereka kemarin dari Bandara?
Segitu cepetnya kamu mau ngenalin mereka ke pasangan baru kamu...
Kasih mereka waktu untuk lebih tau kondisi kita sebenernya.
Aku disana sama Karina baru aja prihatin atas kondisi mereka yang sekarang hidupnya kalau nggak cuma sama aku ya cuma sama kamu.
Aku tau semuanya adalah kesalahan aku, tapi bukan gini cara penebusannya.
Mereka masih butuh waktu lebih lama untuk ngerti sama kondisi kita.
Kamu sendiri yang bilang, jangan pernah cerita yang sebenernya sama anak2. Buat mereka percaya kalau kamu kerja di luar kota jadi kamu tinggal lagi sama neneknya mereka.
Tapi hari ini kamu bawa mereka jalan2 sama pacar kamu...
Apa yang harus aku jelasin selanjutnya...
Bukan gini penebusannya. Jangan libatin hatinya mereka. Cukup aku yang udah nyakitin hatinya mereka. Jangan kamu tambah lagi dengan kondisi kaya gini.
Aku nggak cemburu, aku seneng kamu bisa nemuin kebahagiaan kamu yang lain. Semoga kamu bahagia...
Tapi jangan libatin dulu anak2 dalam urusan kamu mencari kebahagiaan di orang lain..."
Spontan aku balik badan dan langsung membawa anak2 pergi dari hadapan mereka menuju meja ku yang diikuti oleh Karina. Sampai dimeja tempat aku makan, aku hanya mengambil tas dan langsung berjalan lagi keluar resto.
Langkahku semakin cepat ke arah mobil. Ditengah langkahku, samar2 aku mendengar suara memanggil ku. Dan tap...
Langkahku tertahan karena Kiyan meraih lenganku.
"Arisya...
Hmm..maaf...maaf bukan niat aku nyakitin anak2 dengan mengenalkan mereka ke temanku itu. Tapi saat aku mau pergi, mereka mau ikut, dan mamah minta aku ajak mereka. Pas banget aku emang mau pergi sama temen ku itu. Jadi semua bukan atas niatan aku melibatkan mereka dalam relationshipku dengan seseorang Sya..."
Jelas Kiyan yang seperkian detik membuat aku meneteskan air mata.
"Aku tetep bawa anak2 aku pulang dulu. Setelah acara kamu sama dia selesai, kamu boleh bawa mereka ke rumah mamah Erina lagi...
Have fun and happy....
Kiyan..."
Jawabku yang kembali membawa anak2 masuk ke dalam mobil dan segera meninggalkan Kiyan yang terus menatap ke arah kami begitu juga dengan 'teman' wanitanya yang berdiri terpaku beberapa meter di belakang Kiyan.
'Ku berharap kamu bahagia, menyukai wanita itu seperti dulu kamu menyukaiku. Menyayanginya seperti dulu kamu menyayangiku. Mencintainya seperti dulu kamu mencintaiku. Berharap itu pelabuhanmu mendapati kebahagiaan yang baru. Semoga kamu bahagia tapi tidak lebih bahagia denganku....'
Tuturku dalam hati sambil menahan tangis.
Karina berusaha mengalihkan suasana  dengan berbagi cerita sama anak2.

Author lagi galau cari cast buat temen perempuannya Kiyan...

Arisya

Arisya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kiyan

Karina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karina

Teman wanita dekat Kiyan???

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Teman wanita dekat Kiyan???

PEMERAN UTAMA : CONTINUE LURUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang