Mencintai Kekasihmu

183 7 5
                                    

Aku dalam pelukan Astri, tangisku makin terisak. Hati ini memang terasa sesak sejak aku bertemu Fita lalu aku datang ke makam Dipta apalagi sampai disini. Di apartemen yang Dipta sediakan untuk menjalani masa depannya denganku. Tapi semua terkikis karena aku harus menikah dengan Kiyan lalu Dipta menyusul menikah dengan Astri.

Kita bertemu kembali setelah kita tidak bisa saling memiliki. Dan Dipta membawaku kesini, memberitahuku bahwa tempat ini sudah dia beli sebelum aku menikah. Karena tadinya apartemen ini untuk tempat tinggal aku dan dia, kalau saja takdir berpihak pada kita untuk menikah. Dan ternyata semua hanya bisa menjadi impiannya.

Tapi satu tahun lamanya tempat ini akhirnya menyimpan ceritaku dan Dipta. Tempat ini menjadi saksi kisah terlarangku dengan Dipta. Setiap sudut ruangan banyak mengembalikan aku ke masa aku dan Dipta berpadu kasih disini.

Terulang kembali semua cerita ini. Terulang kembali semua kisah ini.
Hingga hati ini rasanya sakit tertusuk dengan kenangan2 tersebut.

"Kamu pasti sangat mencintainya?" Tanya Astri yang mmmbuatku tersadar dari suasana ini.

Aku merenggangkan pelukan kami, aku menenangkan hatiku sejenak dengan terus menatap foto yang kupegang.

"Maaf...
Andai aku bisa memutar kembali, waktu yang telah berjalan. Untuk kembali bersama denganmu.
Bukan maksud aku membawa kamu masuk terlalu jauh ke dalam kisah cinta yang nggak mungkin terjadi.
Aku nggak punya hati untuk nyakitin kamu. Aku juga nggak punya hati untuk mencintai kamu seperti kamu yang selalu mencintai aku, walaupun kamu tau aku masih bersamanya...." ucapku kembali dengan lirih, lalu memeluk foto itu.

"Risya...." panggil Astri.

Aku menoleh kearahnya yang duduk tepat dihadapanku. Lalu aku menatapnya dalam.

"Maaf Ast...
Maaf aku pernah ada diantara kalian.
Maaf aku mencintai Dipta sepenuh hatiku.
Rasa yang aku simpan sejak lama ternyata tidak hilang. Rasa itu memang ada, masih ada dan ternyata selalu ada.
Rasa itu nggak berubah, sehingga aku mengkhianati kamu dan keluargaku.
Maaf kalau aku menyampaikan yang seharusnya tidak kamu dengar.
Semua telah terjadi di luar kendaliku.
Jika bisa, aku arahkan cinta ini ke yang lain. Akan aku lakukan Ast...
Maaf ya...
Maaf aku mencintai kekasihmu, mencintai suamimu, mencintai balahan jiwamu dan orang terpenting dalam hidupmu...
Maafin aku ya Ast...
Aku tidak ingin menjadi penyebab kehancuran kamu dan dia.
Tapi ternyata semua harus terjadi, bahkan dalam kisah keluargaku...
Nggak akan aku paksa kamu untuk memaafkan aku...
Karena aku sudah terlanjur bersalah.
Hanya maaf tulus yang bisa aku ucap.
Walaupun baru saat ini aku katakan..." ucapku sambil menunduk tak menatapnya lagi.

Kurasakan ada pergerakan dari Astri. Kuangkat wajahku dan kembali menatapnya. Aku melihat dia berdiri, jalan kearah jendela besar, berdiri melipat kedua tangannya, menatap serius kearah pemandangan sekitar.

"Ya aku mengetahui semuanya...
Lalu saat aku tau tentang kamu.
Aku berpikir...
Mungkin aku memang patut membenci kamu.
Karena telah mencintai suamiku.
Jujur aku katakan, aku nggak rela kamu mencuri hatinya.
Karena aku lebih dulu menjadi pendamping hidupnya.
Dengan sungguh2 aku mencintainya.
Aku nggak pernah mau kamu menggantikan aku.
Karena aku tau, aku lebih baik dari kamu.
Aku tidak pernah membagi diriku dengan siapapun, tidak pernah sedikitpun aku membagi hatiku walaupun aku tidak pernah dicintai oleh Dipta.
Aku ingin kamu yang pergi jauh...
Pergi jauh dari hidupnya...
Karena aku terus berpikir aku yang lebih dulu menjadi pendamping hidupnya. Aku yang lebih dulu mencintainya.
Dan aku berhak untuk dipilih dibandingkan kamu.
Sampai akhirnya malah dia yang harus pergi diantara kita...." ucapnya sambil menoleh kearahku.

Dia membalikan seluruh tubuhnya dan berjalan kearahku, tepat dihadapanku.

"Boleh aku membenci kamu?" Tanyanya dengan nada paling rendah dan penuh penekanan.

Aku hanya diam menatapnya.

"Layak kah aku membenci kamu?" Tanyanya lagi masih dalam posisi berdiri.

"Tadi udah aku bilang, aku nggak akan memaksa kamu untuk memaafkan aku, apalagi memaksa kamu untuk tidak membenci aku.
Karena aku memang terlanjur salah..." ucapku dengan nada lirih karena bibirku bergetar menahan sakitnya mendengar ucapan Astri.

"Ya...
Kamu memang sudah lancang mencintai kekasihku, suamiku bahkan teman hidupku...
Kamu bahkan merebut seluruhnya dariku dan Ganesh sampai Ganesh sekarang benar2 tidak memiliki ayah....
Tapi kamu tau?
Aku tidak menyalahkanmu...
Aku menyalahkan diriku karena mau terus bertahan dengan dia sampai aku setuju untuk memiliki Ganesh.
Padahal aku tau, kalau kamu sudah lebih lama singgah dihidupnya jauh sebelum aku hadir.
Dan aku masih meyakini dia akan mencintai aku apalagi kalau ada Ganesh...
Ternyata semua hanya impian aku saja....
Semua hanya impian aku dan harapan yang nggak berujung...
Bagaimana aku bisa memaafkan kamu kalau semua saja bukan salah kamu...." ucapnya yang dari tadi kokoh berdiri dan akhirnya kakinya runtuh menahan kekuatan tubuhnya untuk berdiri.

Ya Astri tersungkur duduk lebih rendah dari posisiku. Dia terduduk rapuh dilantai dan menangis terisak.
Aku yang mendengarnya cukup terpaku dan hanya bisa manatapnya yang begitu leluasa mengeluarkan segala sisi emosionalnya.

Cukup beberapa menit aku hanya menatapnya. Lalu aku langsung mensejajarkan posisiku dengannya.
Aku memeluknya, dan aku hanya bisa memeluknya.

"Aku menemuimu, aku hanya ingin mengenal sosok yang sangat dicintai Dipta.
Dan ternyata kamu memang miliknya....
Entah kenapa aku tidak bisa membenci kamu yang sudah hadir diantara aku dan dia....
Aku menemuimu, aku ingin berdamai dari perasaan salahku karena membenci diriku sendiri...
Membenci karena aku tidak bisa melepas kebebasan Dipta untuk memilih jalannya sendiri...
Bahkan aku pernah mengikatnya dengan kehadiran Ganesh..." ucapnya lirih dalam pelukanku.

"Astri...tolong tetap maafkan aku..." ucapku pelan.

"Maafkanlah dirimu sendiri Risy...
Karena aku nggak punya alasan untuk memaafkan kamu..." ucapnya sambil melepaskan pelukanku dan menatapku dalam.

Mendapati respon yang seperti itu dari Astri. Aku hanya bisa diam membalas tatapannya beberapa detik. Hingga pandanganku hilang arah. Karena tiba2 semua memoriku yang telah lalu, bermunculan lagi dengan jelas di hadapanku. Dan disaat yang bersamaan aku menyadari kalau Astri juga sudah hilang dari hadapanku.

Arisya

Arisya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Astri

Astri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PEMERAN UTAMA : CONTINUE LURUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang