Melukis Bayangan

112 5 0
                                    

Setelah makan malam bersama, aku dan Kiyan kembali pulang. Dan Kiyan mengantarkan aku pulang.

"Kamu beneran nggak apa-apa nanti pulang malah naik taksi online?" Tanyaku.

"Ya nggak apa2 dari pada kamu yang harus nganterin aku dulu terus jadi pulang malem2 sendirian..." jawabnya.

Aku hanya menatapnya sambil tersenyum.

"Mm...kamu kalau ada perlu apa2, kamu coba sharing aja sama aku..
Selama aku bisa bantu, aku pasti bantu kamu ko...
Apalagi untuk urusan anak-anak, kamu jangan terpatok dengan tiap bulannya aku udah kasih ke kamu. Kalau memang ada yang diperluin anak2 diluar kebutuhan yang perbulannya udah aku kasih, kamu bilang aja sama aku...
Dan untuk keperluan kamu juga, kalau sekiranya kamu memerlukan bantuan aku, kamu bilang aja..." ucapnya sambil menggenggam tanganku dan sesekali menoleh kearahku.

"Eemm...makasih...
Selama aku juga bisa handle urusan anak2 aku juga akan mengusahakan. Aku nggak mau terus bergantung sama kamu. Apalagi untuk urusan dan keperluan aku, ya aku harus lebih berusaha..."

"Anak2 itu full 100% tanggung jawab aku, apapun kebutuhan mereka kamu harus sharing sama aku, jangan sampe kamu kebingungan sendiri. Aku hanya minta kamu bisa menjaga mereka menemani mereka dan mebimbing mereka dengan sangat baik. Jadi jangan terlalu habiskan waktu kamu di luar...."

"Ya aku kan harus lebih kerja keras sekarang, untuk kehidupan ku dan masa depanku sama anak2...
Bagaimanapun kan anak2 tinggal sama aku, aku juga harus punya sesuatu untuk masa depan mereka..."

"Anak2 ada aku, kamu nggak sendirian...
Begitu juga untuk keperluan kamu, selama aku masih bisa bantu akan aku bantu semuanya..."

"Kita bukan dulu lagi, gimanapun aku harus berdiri sendiri Kiyan..." ucapku sambil terus menatapnya.

"Kamu jangan merasa perlu berdiri sendiri, walaupun aku udah gak setiap waktu di sisi kalian terutama kamu, tapi aku akan selalu memberi apapun untuk kalian..."

"No..Kiyan..
Untuk anak2 silakan, tapi untukku itu tanggung jawabku sendiri..."

Ucapanku berhenti, begitu juga Kiyan. Dan kami sudah tepat berada di depan rumahku. Mendengar ucapanku Kiyan membenarkan posisi duduknya menghadap aku.

"Kamu bener2 udah nggak merluin aku ya?
Kamu tau nggak, aku masih nggak bisa menghilangkan apa yang harus aku kasih ke kamu. Jadi uang bulanan yang selama ini aku kasih ke kamupun sebenarnya itu juga untuk memenuhi keperluan kamu Sya..
Kamu masih ada dalam list aku untuk aku prioritaskan kehidupannya...
Entah memang aku belom bisa menghilangkan itu atau memang tidak bisa. Dimana ada anak2 aku, disitu ada kamu..."

Aku lagi-lagi hanya menatapnya. Tidak bisakah laki-laki ini tidak sebaik ini. Membuat aku terus terbelenggu dan tidak bisa menghilangkan bayangannya.
Atau bisakah aku kembali menjalin kisah dengannya.

"Kiyan..."

"Saat ini aku melintas pada satu masa.
Ketika aku menemukan cinta dan saat itu lah kehadiranmu memberikan arti untuk aku.
Meskipun saat ini kita sudah tidak bersama lagi.
Ada satu yang aku rindu...
Kehangatan cinta dalam pelukan kamu..."

"Kiyan..."

Tiba-tiba sebuah sentuhan yang sudah lama aku tidak rasakan dan aku rindukan dari seorang Kiyan. Sebuah ciuman lembut dan hangat dibibirku.

Aku menerima ciuman lembutnya, aku meresponnya, hingga ciuman kami makin dalam. Kalau saja aku bisa menghentikan waktu untuk sejenak saja aku tidak terbangun dari situasi ini. Aku ingin menghentikan waktu saat ini. Dan membiarkan situasiku dan Kiyan terus terjebak saat ini.

Sedetik kemudian kami saling melepas, dan mengambil nafas. Kiyan menatapku dengan posisi wajah kami yang masih sangat dekat bahkan kening kami pun masih saling bersentuhan. Tangan Kiyanpun masih tertumpu di leherku.

"Kiyan..
Biarkan saat ini aku melukiskan bayangan kamu, karena semua mungkin akan sirna.
Bagai rembualan sebelum fajar tiba. Kami selalu ada walau tersimpan di relung hati terdalam.
Biarkan aku menerima kamu saat ini walau esok kita akan kembali pada dunia kita...
Aku yang memang tidak pernah terpikir untuk berpisah dengan kamu. Sehingga aku masih menunggu Kiyan. Masih menunggu keajaiban terbaik bisa kembali menjalin kisah seperti dulu...."

Saat aku ucapkan itu, Kiyan benar-benar melepas dan menjauhkan posisi tubuhnya.

"Maaf aku terlalu kebawa emosi..." ucapnya.

Aku terdiam.

"Aku memang masih sayang sama kamu Sya...
Bagaimanapun tidak mudah aku melupakan kisah kita apalagi menghilangkan perasaanku yang selama ini selalu bersemi...
Tapi aku juga masih belum bisa menghilangkan atau melupakan apa yang telah terjadi yang sudah merusak bahtera hubungan kita...
Aku tidak pernah menutup kemungkinan2 yang terjadi, tapi aku masih bersikeras dengan perasaanku yang masih terbayang dengan permasalahan itu...
Aku tidak mau membuat kita tidak bahagia kalau harus memaksakan bersama..."

Ucapnya sambil menatap lurus keluar.

"Mmm ya...aku mengerti Kiyan...makannya aku tidak pernah mengusik kehidupan baru kamu saat ini. Karena aku tau kamu saat ini juga bahagia, kamu nyaman, kamu menikmati semua waktu kamu...
Aku nggak apa2 Kiyan...
Aku ngerti kita hanya saling merindukan..." ucapku sambil berusaha mengembalikan suasana tidak canggung lagi.

"Yaudah aku turun ya, kamu bawa aja dulu mobilnya. Nanti aku kesana weekend sekalian jemput anak2 dan bawa mobilnya..."

"Loh terus besok kamu ke rumah mamah Winda?"

"Aku bisa naik taxi online...
Pokonya kamu bawa aja dulu mobilnya...
Bye..see you..." ucapku sambil sekilas memeluknya dan langsung turun dari mobil.

"Sya..."

"Hati-hati ya..." ucapku sambil melambaikan tangan dan segera masuk ke dalam rumah.

PEMERAN UTAMA : CONTINUE LURUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang