Sudah revisi!
Halo, gimana kabarnya?
Sudah tekan bintangnya belum?
Follow instagram @ceritanora dan follow wp juga, ya.
Selamat membaca
Dari Gandhi dan Binar
"Gandhi, aku sungguh temanmu? Teman barumu?"
Ingin mendengar sekali lagi. Memastikan ia benar bilang begitu.
Hari berikutnya, Gandhi membawa Binar jalan-jalan. Sekadar agar mampu beradaptasi dengan lingkungan baru. Binar menggunakan kesempatan itu bukan untuk menuruti Gandhi agar mau mengenal, tapi justru memfokuskan diri pada kejadian di sekitar kemudian menuliskannya dalam catatan. Dia seorang penulis yang tidak bisa mendeskripsikan adegan jika tidak meriset atau mengalami sendiri. Bahkan menemui sepasang anak kecil diduga kakak beradik sedang berbelanja di kedai tepi jalan juga ditulis, katanya romantis saat sang kakak memayungi adiknya dari sinar matahari, meniupkan makanannya supaya dingin, berjalan bersama, ah, itu indah.
"Haruskah aku membuat surat pernyataan yang ditandatangani kedua belak pihak sebagai bukti tertulis? Agar kamu percaya? Agar bila suatu hari nanti aku ingkar kamu bisa menuntutku?"
Binar tersenyum lebih banyak ketika mendengar penuturannya. Suasana sangat cerah seolah ingin tetap begitu sampai nanti. Tanpa menyembunyikan canggung, ia berkata tegas memecah ketidakpercayaan. Wibawanya yang tinggi tegap itu, terlihat menawan walau dari belakang. Padahal Binar berhenti untuk merayakan senang hatinya, tapi dia tidak mau peduli.
"Teman, tunggu!" Ia pun mengejarnya guna menyamakan langkah.
"Yang biasa saja panggilnya, Binar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange (END)
Teen FictionDON'T COPY MY STORY! A Sweet Story by Nora Aku tidak ingin mengirimmu pulang sekarang Aku ingin bersamamu lebih banyak Bahkan jika matahari terbenam Kita masih punya malam yang bersinar sambil menunggu matahari terbit keesokan harinya Aku meraguk...