Sudah revisi!
Jangan lupa follow instagram @ceritanora dan follow wp juga
Temenin Gandhi dan Binar yuk, caranya tekan bintangnya, kita ngobrol di komentar juga.
Dari Gandhi dan Binar
Tidur malam terganggu memikirkan kata-katanya. Paginya, ia memikirkan lagi. Ia terus memikirkan tentangnya dengan sensasi mendebarkan yang berbeda. Ia yang menjadi bunga tidur sepanjang bumi menempati sisi gelap. Saat bangun dari tidur panjang, ia mengayunkan tangan dan mengusap mata. Berkejaran dengan waktu ingin segera bertemu.
"Pagi."
Saat membuka pintu kamar, ia dihadapkan senyuman yang dicari-cari. Sosok itu sudah rapi dengan setelan seragam sekolah, sedang mengoleskan selai pada sepotong roti.
"Pagi." Ia membalas senyumnya. "Bukankah ini terlalu pagi untuk bersiap ke sekolah?"
"Aku butuh udara segar hari ini, Binar. Jadi ingin berangkat lebih awal."
Binar pergi mencuci muka dan menggosok gigi lalu kembali lantas duduk di kursi setelah membantu Gandhi menuangkan dua gelas susu segar.
"Merindukan temanmu, ya? Teman biasamu, sahabat, atau teman bukan biasa?"
"Tidak ada hubungannya denganmu. Cepat makan, masih pagi jangan banyak bicara."
Gadis itu berdecak. Gandhi mendadak terlalu kaku menyangkut aktif berkomunikasi. Ia menggigit rotinya dengan kasar sambil menajamkan pandangan pada sosok di depan seolah memperlihatkan gambaran ketika ia mencabik-cabik daging manusia.
"Jangan begitu, makan yang benar."
Beberapa detik kemudian, Binar mendadak khawatir mendapati wajah Gandhi terlihat pucat tanpa rona, bahkan bibirnya nyaris memutih. Namun Gandhi terlihat baik-baik saja, tidak seperti sedang sakit atau semacamnya.
"Wajahmu pucat, Gandhi. Kamu sakit?"
Seketika Gandhi berhenti makan lalu membasahi bibir bawahnya mencoba memunculkan rona di sana, walau ia tahu tidak akan berhasil. "Tidak. Aku baik-baik saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange (END)
Teen FictionDON'T COPY MY STORY! A Sweet Story by Nora Aku tidak ingin mengirimmu pulang sekarang Aku ingin bersamamu lebih banyak Bahkan jika matahari terbenam Kita masih punya malam yang bersinar sambil menunggu matahari terbit keesokan harinya Aku meraguk...