3.3 Mempelajarimu

33 11 20
                                    

Sudah revisi

Absen dulu sini😀

Sebelum baca vote dulu jangan lupa ya, follow instagram @ceritanora dan follow wp juga

Karena cerita ini temanya emang fokus sama yang manis-manis jadi aku harap kalian tetep suka dan maaf kalau ada adegan yang mungkin menurut kalian terlalu dilebih-lebihkan

Selamat membaca

Dari Gandhi dan Binar

Dari Gandhi dan Binar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Binar, kamu yakin nama sekolahmu SMA Panca Bakti?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Binar, kamu yakin nama sekolahmu SMA Panca Bakti?"

Sembari membolak-balikkan lembar yang diminta dari gurunya, nama sekolah yang dimaksud Binar tidak ada dalam daftar. Meminta Binar mengingat dengan benar, otak salak itu seringkali merumitkannya.

"Seingatku benar." Sebab ia hanya mendengar sayup-sayup pembicaraan  ayahnya dan supir taksi.

"Ingat dulu yang benar, Binar. Di sini kamu bisa membacanya, barangkali ingat. Nama sekolah yang kamu maksud tidak tercantum di daftar sekolah kota ini."

"Akan kusalahkan angin jika ingatanku salah." Karena angin mengaburkan suara yang berakhir samar di telinga.

Dari ratusan sekolah yang asing, perasaan Binar dengan cepat merosot. Seketika ketakutan merasuk kembali, momen ketika hilang, ancaman tidak bisa pulang, semua menguasai hatinya.

"Sudah kubilang kita masih punya seribu cara, Binar. Kamu tidak perlu terlalu khawatir, jangan menunduk terus, jangan membuatku juga merasa bersalah padamu." Gandhi mengambil kertas di genggaman Binar. "Lihat, di sini ada dua sekolah yang mendekati namanya, SMA Panca Dharma dan SMA Tunas Bakti. Barangkali kamu salah mengingat, bagaimana kalau kita mengatur jadwal untuk mengunjungi dua sekolah ini dan bertanya?"

"Mengapa semesta merumitkan segalanya? Apa keinginanku untuk kembali terlalu berat? Banyak cara sudah kita upayakan tapi tetap saja akhirnya. Aku takut jalan ini berakhir sama, aku lelah dengan akhir ini, Gandhi."

"Lagi beberapa, masih jauh menginjak seribu cara." 

Ia banyak menyimpan kelembutan di balik seringai antagonis yang menjengkelkan. Ia lemah di depan perempuan, banyak mengalah, dan tidak pernah menunjukkan kerapuhannya sendiri. Namun beberapa keadaan tidak bisa ditangani dengan kata-kata penenang. Sebab beberapa rasa terlampau kuat merasuk hati. 

Orange (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang