Sudah revisi
Ada yang kangen?
Tekan bintangnya dulu!
Jangan lupa follow instagram @ceritanora dan follow wp juga ya
Selamat membaca
"Bagaimana tadi kelasnya?"
"Tidak buruk."
"Di hari pertamamu, guru mengajarimu apa?"
"Guru menyuruh kami membuat teks eksposisi sesuai struktur dan kaidah kebahasaan yang berlaku. Meski aku tertinggal bab sebelumnya, tidak masalah, aku bisa mengejarnya. Guru itu juga menerapkan metode pengajaran yang menyenangkan. Kami pergi dan mengerjakan di perpustakaan untuk mencari inspirasi tulisan dan fakta-fakta. Di sana bebas, fleksibel, yang penting tugasnya selesai."
"Sudah menemukan zona nyaman sekarang?"
"Ya."
Andai jawaban tegas itu keluar sejak pertama ia menyuruhnya pergi sekolah, Gandhi pasti lebih senang tanpa perlu berputar-putar drama sekolah itu tidak penting, jadi Binar menganggur kurang lebih sebulan. Di sisi lain, sangat turut senang sebab Binar bisa melakoni minat bakatnya tanpa ada tekanan.
"Oh, ya, perpustakaan sekolah keren sekali, Gandhi. Dua tingkat dengan desain sangat modern. Ruang yang nyaman, ada bangku estetik yang menciptakan kesan bukan lagi perpustakaan sekolah, tapi book cafe, dan koleksi buku-bukunya lengkap. Terlebih tempat luar ruangan itu, balkon yang disulap menjadi ruang baca. Ada tanaman lili paris gantung yang subur, potnya terbuat dari tempurung kelapa. Aku bisa melihat pemandangan jalan raya di bawah dan pegunungan jauh terlihat di seberang."
"Kamu tidak menyesal masuk sekolah sana, kan?"
"Sangat puas."
Diharapkan berlaku untuk penilaian akademiknya, bukan semata-mata menyukai bangunan dan pemandangannya.
"Tugasmu sudah selesai?"
"Belum, ada sedikit catatan yang mesti diperbaiki."
"Dan kamu justru membaca novel romantis seperti ini?"
Kedatangan Binar tidak membawa buku apa pun, apalagi novel romantis. Mendadak memegang buku yang bisa diintip sedikit judulnya Arsitektur Cinta dan satu buku Romansa Musim Panas tergeletak di meja. Awalnya Gandhi mencoba membaca lembar awal, tapi langsung menutupnya kembali ketika sensasi menggelikan merasuki. Buku itu memang Binar meminjamnya saat kelas Bahasa Indonesia di perpustakaan tadi.
"Masa pinjam novel ini hanya tiga hari, jadi aku harus menuntaskannya secepat mungkin."
"Kamu bisa memperpanjangnya kalau belum selesai. Tutup bukunya, selesaikan tugasmu dulu."
"Nanti dulu."
"Binar ...."
"Gandhi ...."
Lihat, seberapa beraninya dia sekarang. Semakin lama mengenali seseorang, sifat buruk satu demi satu terungkap. Berlaku pada Binar yang mengabaikan janjinya dulu ketika sudah tenggelam dalam dunia imajinasi. Gandhi baru mengingatkan, itu juga lembut sekali, belum bertindak apa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange (END)
Teen FictionDON'T COPY MY STORY! A Sweet Story by Nora Aku tidak ingin mengirimmu pulang sekarang Aku ingin bersamamu lebih banyak Bahkan jika matahari terbenam Kita masih punya malam yang bersinar sambil menunggu matahari terbit keesokan harinya Aku meraguk...