10.2 Perempuanku

15 7 0
                                    

Sudah revisi

Apa yang ingin kamu katakan buat

Binar?

Gandhi?

Kirim pesanmu, ya!

Yuk temenan di ig @ceritanora

Selamat membaca

Kenangan datang tidak diundang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kenangan datang tidak diundang. Begitu sembrono menembus lorong waktu yang panjang. Hari monoton yang berulang, mungkin keberuntungan bersembunyi di gang sempit yang sulit dilalui. Banyak duka menguap dari akar hati yang ingin disampaikan tapi kepada siapa? Di mana?

Dalam suasana sedikit mendung ini, ia ingin bilang pada Ayah bahwa ia ingin bertemu. Sudah lama sejak hari itu, berbulan-bulan cintanya hilang tanpa kabar. Ia juga ingin bilang lebih banyak lagi.

Ayah, aku cukup baik di sudut kota yang kunamai Negeri Ajaib ini. Aku dan temanku membangun istana megah kami. Kami juga punya serbuk keajaiban yang menjadikanku dilumuri keberuntungan setiap kali ingin menyerah.

Ayah, aku punya sekolah baru yang kusukai sekarang. Meski skor ujian bulananku tidak begitu baik, tapi aku tidak pernah melewatkan kehadiran. Seseorang mengatakan bahwa anak muda seusiaku harus sekolah yang tinggi. Temperamennya yang buruk itu seringkali memancar kalau aku bertingkah banyak.

Ayah, sekarang aku bisa menulis lebih baik. Aku punya jadwal pembaruan sendiri, seminggu dua kali, setiap hari menetapkan target minimal menulis 500 kata. Yang paling mengesankan, aku sudah membagikan tulisanku kepada mereka. Aku punya pembaca, Ayah. Namaku SweetSunshine, artinya sinar matahari yang manis. Mereka akan mengenalku lebih banyak suatu hari nanti.

Ayah, sayapku sudah tumbuh begitu sempurna. Seseorang juga mengajariku caranya terbang, ia bilang bahwa selama aku terus berlatih dan bekerja keras, aku bisa terbang lebih tinggi dan menembus bulan. Di ujung masa muda ini, semua pilihanku akan menentukan masa dewasa. Tidak ada waktu lagi mengeluh, aku harus tumbuh dan berkembang dengan baik.

Ayah kapan menjemputku? Suratku sampai, kan? Atau habis termakan rayap dalan waktu singkat?

Ayah, Binar mau Ayah.

Hiruk pikuk pesisir sangat riuh. Lautan manusia menyaingi lautan samudra. Ia membelah lautan itu dengan tangan kosong, dengan langkah gontai yang teguh. Biarkan kebisingan mengganggu diri. Untuk siapa berpura-pura tersenyum sendiri? Ia pikir ia dilupakan saat ini. Ia tahu seharusnya tidak mengatakan itu.

Pantai menyimpan pemandangan jernih. Jauh matanya memandang, di antara kerumunan, jatuh pada objek yang mendebarkan jantungnya. Pria paruh baya pemilik tubuh proporsional dan tindakannya dalam membidik ombak dan karang, itu, tunggu, membuka dan menutup mata berulang kali. Mungkin ratu sedang menyiram serbuk keajaiban lebih dari biasanya.

Orange (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang