7.2 Gadis Eksklusif

12 6 0
                                    

Sudah revisi

Sebelum baca vote dulu ya, follow instagram @ceritanora dan follow wp juga.

Selamat membaca

Seperti bensin yang mengisi energi kendaraan agar bisa berjalan lebih laju, berkat permen loli, di musim hujan dihujani perasaan menyenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti bensin yang mengisi energi kendaraan agar bisa berjalan lebih laju, berkat permen loli, di musim hujan dihujani perasaan menyenangkan. Ide mengalir dalam lembar halaman yang dipenuhi aksara. Jadi lebih banyak senyum setiap kali memandangi loli yang tersimpan di meja.

"Sudah sampai mana perkembangan tulisanmu?"

Sejenak melirik seseorang menjatuhkan badan di sampingnya. Dengan buku pelajaran dan alat tulis, pasti ia akan mengerjakan perintah monoton itu. Bagaimanapun, Gandhi akan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi di akhir tahun ajaran ini, tidak ada yang bersedia mengulang kelas terakhir untuk kedua kali.

"Sedang mengusahakan yang terbaik."

Mata yang tak terlepas dari loli, kemudian mengetik setelah rangkaian kata dalam benaknya dirasa sempurna.

"Sini, aku lihat dulu. Jangan sampai kamu ditertawakan pembacamu karena risetmu berantakan."

Gandhi mengambil alih laptop Binar ketika gadis itu sejenak meregangkan otot. Kalau sudah banyak melakukan aktivitas lain, berarti idenya sedikit tersumbat. Ia membaca satu bagian yang belum selesai itu dengan saksama. Kadang mengangguk ketika tulisannya bisa diterima, kadang terdiam, kadang tersenyum, kadang pula mengernyitkan dahi. Gandhi adalah mentor sejati Binar.

"Apa maksud paragraf ini? Tokohmu merencanakan desain gedung perusahaan bertingkat dengan material bata merah?"

Binar menunda menguap lantas mendekat dan membaca ulang paragraf yang diblok Gandhi.

"Bata merah lebih bagus untuk membuat bangunan. Bahannya kuat dan kokoh dibanding bata putih karena ukurannya lebih kecil dan rapat, jadi potensi keretakan dinding sangat jarang terjadi."

"Tapi di sini kurang tepat, Binar. Bata merah memang bagus untuk material bangunan, tapi lebih bagus untuk bangunan berlantai satu sampai tiga saja. Karena tekstur batu bata merah lebih berat, jadi tidak berpengaruh untuk bangunan berlantai rendah. Kalau ingin membuat bangunan bertingkat lebih tinggi, kita perlu dinding yang lebih ringan dan lebih kuat. Bata merah tidak bisa diandalkan dalam pembuatan gedung bertingkat, bagaimanapun bukan diperuntukkan menerima beban berat."

Mulut membola dan mengangguk lucu.

"Bagian ini diperbaiki, ya." Gandhi memberi tanda blok pada bagian yang perlu direvisi lalu mengembalikan laptop Binar untuk melanjutkan menulis. "Tidak apa-apa kurang tepat, sekarang sudah tahu yang lebih baik."

"Oh ya, untuk bahan konstruksi antara baja dan beton bagus mana? Tokohku sedang mempertimbangkan ini."

"Kalau dilihat dari sisi kuatnya, baja yang menang. Baja punya daya tekan tiga kali lebih tinggi dibanding beton, jadi cocok untuk bahan gedung bertingkat. Kalau dilihat dari sisi fleksibel, beton lebih unggul karena fleksibilitas bahan berpengaruh pada bentuk dan struktur bangunan. Semakin rumit desain maka konstruksi pembantu untuk mencetak beton sesuai desain yang diinginkan akan semakin sulit."

Orange (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang