Sudah revisi
Aku kembali
Sebelum baca jangan lupa vote dulu, ya. Follow juga wp dan instagram @ceritanora
Selamat membaca
"Aku memberimu waktu tiga hari dari sekarang. Pikirkan baik-baik kamu ingin mengambil kelas apa di sekolah baru. Melanjutkan jurusan lama atau memilih jurusan baru. Tolong dalam hal besar seperti ini jangan mudah memutuskan. Aku harap kamu memiliki pertimbangan dan kemantapan yang kuat, agar suatu hari tidak memberatkanmu."
Binar menganggapnya seperti memilih kutukannya sendiri. Meski keinginannya berubah pikiran, tapi di hatinya masih ada yang mengganjal. Pilihan ini tidak ada yang baik. Jika di luar sana perempuan ingin menempuh pendidikan tinggi-tinggi karena derajat perempuan dan laki-laki tidak ada bedanya, Binar justru sebaliknya. Ini kegilaannya dan Gandhi tidak suka.
Binar mengatakan bahwa di sekolah yang dicari-cari hanya nilai dan nilai hanya angka. Orang sukses tidak butuh nilai mereka di atas capaian ketuntasan. Banyak fakta di lapangan, pelajar maupun mahasiswa yang menempuh pendidikan tapi sudah lupa tujuannya bersekolah. Banyak yang bukan karena ingin, melainkan agar dinilai pintar oleh orang tua, dianggap dewa oleh teman-temanya, agar membanggakan orang tua mereka karena sudah berhasil membiayai pendidikan tinggi. Bagian terpentingnya bukan sekolah, tapi belajarnya.
Namun, Gandhi menasihatinya lagi, meski nilai tidak dibutuhkan di hari depan, tapi seseorang perlu memperluas relasi. Mengingat-ingat lagi momen tak terlupakan apa yang dialami semasa sekolah, semua akan menjadi kenangan manis suatu hari. Mungkin tidak hari ini, tapi suatu saat orang-orang akan memaknai hari baik mereka. Guru akan memberinya banyak informasi dan motivasi yang tidak akan didapat dengan maksimal apabila belajar sendiri. Dalam hidup, semua orang perlu guru sebagai pemandu jalan terang, tidak peduli tua atau muda tetapi mereka harus tetap belajar. Di sekolah juga diajarkan pendidikan karakter yang tidak bisa sepenuhnya dilakukan di lingkungan rumah. Mulai dari menghargai waktu, disiplin, dan ada lagi, mengajarkan tentang keberanian, seperti bersosialisasi, pemahaman hidup berdampingan, kerja sama, dan masih banyak lagi.
Kadang orang-orang di sekitar bisa dianggap peri dalam sekali dua kali tindakannya. Namun lama kelamaan beberapa dari mereka seolah-olah punya taring dan tanduk, matanya memerah, aura putih berubah gelap dalam sekejap. Orang lain melihatnya masih sebagai peri, tapi Binar melihatnya sebagai iblis. Contoh saja guru di sekolah tempat asalnya dulu. Diskriminasi yang dilakukan padanya membuat Binar trauma sampai sekarang. Waktu itu guru Matematika mengatainya semena-mena ketika kesulitan mengerjakan contoh soal yang ditetapkan standar paling mudah. Bahkan berani bilang anak yang sering meninggalkan kelas dan tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik sepertinya adalah calon orang tidak punya masa depan. Sedangkan jika bintang kelas melakukan kesalahan, guru akan mengatakan tidak apa-apa karena kita sama-sama belajar. Padahal tingkat kesulitan soal Matematika anak IPA dibuat tingkat 2 dan tingkat 3, sementara untuk anak IPS tingkat kesulitan ditingkat 1 dan tingkat 2. Binar juga tidak mau menjadi anak IPA, tapi sekolahnya yang menetapkan tes konyol waktu itu. Ini hanya salah satu. Ingat, salah satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange (END)
Teen FictionDON'T COPY MY STORY! A Sweet Story by Nora Aku tidak ingin mengirimmu pulang sekarang Aku ingin bersamamu lebih banyak Bahkan jika matahari terbenam Kita masih punya malam yang bersinar sambil menunggu matahari terbit keesokan harinya Aku meraguk...