Sudah revisi
Udah siap baca belum?
Udah vote?
Komen?
Share?
Ayo temenan di ig @ceritanora
Selamat mengudara
Setelah membereskan rumah, mereka kembali. Menempuh perjalanan dengan berjalan kaki. Binar sempat mengeluh karena jarak rumah dan pondokan sangat jauh. Namun Gandhi mengatakan bahwa sudah lama tidak bermain ke kota. Hari ini ingin menghabiskan sisa libur untuk jalan-jalan. Namun juga bukan jalan berkilo-kilo meter seperti ini.
"Aku ingin memberimu petualangan yang menyenangkan. Jadi mari menjadi penjelajah andal hari ini. Akan kenalkan kamu dengan kota, fasilitas, dan jalanan."
Sudah berbulan-bulan hidup di tanah ini, jalanan masih banyak yang belum familier. Gandhi lebih sering mengatakan bahwa tidak boleh pergi ke kota tanpanya. Ia hanya sedikit kenal dengan area Lonceng Tua, tanah pesisir dan segala aktivitasnya berjalan. Kota terlalu luas untuk dijelajahi untuk ia yang buta peta.
"Kenapa mendadak? Katanya kamu tidak menyukai sesuatu yang sia-sia, seperti berkeliling jalanan, itu buang-buang waktu."
"Ingin mengajarimu cara menjadi berani."
"Aku memilikimu."
"Bagaimanapun, sebentar lagi aku akan segera meninggalkan sekolah. Tinggal menunggu ujian akhir dan aku akan pergi mendaftar universitas. Kelak kita tidak searah lagi. Kalau kamu belum mengenal rute ini dengan baik, nanti aku setengah hati saat meninggalkanmu sendiri."
Namanya penjelajah amatir.
"Kamu itu bukan penakut, tapi kurang pemberani. Kalau kamu penakut, kamu tidak akan mempunyai jiwa petualang itu, kamu tidak akan berkelana menghabiskan waktu untuk menjelajah lorong bumi."
Kesalahannya, ia lebih dulu berbaur tanpa proses adaptasi lebih dulu. Seharusnya mengenali tempat baru itu bertahap, dimulai dari lingkup terkecil, seperti area komplek, lalu sedang, seperti tempat umum yang akan primer dibutuhkan, misal sekolah atau pusat perbelanjaan, kemudian baru lingkup luar seperti kota dan aktivitas yang bising ini. Parahnya, ia sempat diberi sial saat perjalanan pertama. Itu menciptakan trauma besar dalam dirinya.
Hal ini tidak bisa dibandingkan sewaktu di desanya dulu. Desa juga tidak seramai dan sepadat kota. Desa adalah tanah kelahirannya. Secara refleks ia lebih hafal tempatnya sekalipun tersesat masih bisa mencari alternatif jalan keluar. Memang tidak mudah menjadi penjelajah, harus menyatu dengan tempat baru walaupun sebenarnya tempat itu tidak cocok, tapi beberapa rintangan menang harus dilalui.
"Sekarang kita pelajari kode dan arah supaya tidak tersesat. Dalam hidup seseorang harus punya pegangan yang menjadi panutan misalnya tunduk hukum yang berlaku agar kehidupan singkat ini tidak sia-sia. Sama halnya dalam perjalanan, kamu perlu peta sebagai petunjuk, supaya langkahmu teratur. Bukankah kelak penolong paling baik itu dirimu sendiri? Jadi kalau di depan buntu, kamu tidak bingung cara kembali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange (END)
Teen FictionDON'T COPY MY STORY! A Sweet Story by Nora Aku tidak ingin mengirimmu pulang sekarang Aku ingin bersamamu lebih banyak Bahkan jika matahari terbenam Kita masih punya malam yang bersinar sambil menunggu matahari terbit keesokan harinya Aku meraguk...