"Kenapa Matthew memilihmu?"
Ardelle terdiam. Ia berdiri kaku di samping ranjang ibunya sedangkan Joey duduk di sofa sana dengan mata tertuju pada isi buku ayahnya.
"Dad tidak mungkin melakukan itu," ucap Joey. Joey beranjak dan membiarkan buku itu jatuh dari pahanya. Christian yang berada di sampingnya sejak tadi langsung mengambil buku itu. Kaki Joey berjalan ke arah Ardelle dan memegang bahunya dengan erat.
"Kau...kau membuatnya? Kau pasti memanipulasinya," kata Joey sembari meremas bahu Ardelle. Matanya sudah mulai memerah dan deru nafasnya yang memburu.
"Christian, tolong bawa Joey keluar," ucap Diana dengan pelan. Christian segera menaruh buku itu di meja dan menghampiri istrinya.
Bibir Ardelle tetap terdiam ketika Joey menatapnya dengan marah. Bahkan ketika tubuh itu di tarik oleh Christian, mata itu masih menghunusnya dengan tajam. Baju di bagian bahunya terlihat kusut. Namun kusut itu terlihat menyakitkan. Kenapa ia tiba-tiba merasakan seperti orang yang dibuang?
Sebenarnya, apa sekarang dirinya salah?
Ia hanya menyampaikan apa yang ayahnya berikan, tetapi kenapa mata mereka menatapnya seperti kesalahan tersebut ada padanya?
"Ardelle."
Ardelle kembali menatap ibunya lagi. Diana sama sekali tidak menatapnya semenjak ia masuk ke ruangan ini.
Kenapa?
Diana tersenyum walaupun matanya melihat ke arah jendela. "Elle, kau sangat mirip dengan ayahmu," ucapnya. "Mom sadar karena sudah mengatakan itu ratusan kali. Mom juga sadar terus mengucapkan itu selama tiga tahun kepergianmu. Itu semua karena Diana sangat mencintai Matthew," lanjut Diana.
"Namun seorang Diana ternyata tidak cukup bagi Matthew, padahal Diana mencintainya setengah mati," ujarnya.
"Mom akan keluar dari Cavanaugh." Diana menolehkan kepalanya dan menatap mata biru yang diturunkan oleh ayahnya.
Ardelle mengerjapkan matanya. Tangannya hendak memegang tangan Diana yang berada di samping tubuhnya. "M-mom, aku—"
"Mom tidak akan membawamu, Elle."
Ardelle menghentikan tangannya. Ia mengerjap pelan menatap ibunya. Mulutnya kembali terbungkam. Kerutan di dahi dengan mata yang menatap ibunya dengan rapuh.
"Jika aku membawamu, aku tidak akan bisa melihatmu lagi."
Ardelle menarik tangannya. Dengan pelan, ia membalikkan badannya dan berjalan ke luar. Tidak ada ucapan perpisahan. Ucapan Diana baru saja mengakhiri semuanya. Christian terlihat sedang memeluk Joey ketika ia menoleh ke arah Ardelle yang memandangnya dengan kosong.
Tatapan kosongnya beralih ke arah Marshall yang menghampirinya. Refleks, ia memegang jemari Marshall lalu melangkah dengan pelan, pergi meninggalkan gedung rumah sakit bersama Marshall.
Cavanaugh memang sebuah keluarga harmonis dulu. Semua keputusan yang diucapkan oleh pemimpin Cavanaugh adalah keputusan daulat dan tidak bisa diganggu gugat. Sejak Matthew meninggal, semuanya berubah 360 derajat. Paman Martin berusaha mengambil kedudukan Ardelle yang ditunjuk sebagai pemimpin baru. Kabar burung tentang dirinya yang tidak becus dalam memimpin karena dinilai seperti bocah ingusan yang hanya ingin bermain menjadi santapan setiap harinya.
Diana Cavanaugh. Ia berhenti menjadi status ibu setelah kematian suaminya. Tidak. Itu hanya khusus bagi Ardelle. Fred dan Louis adalah dua orang yang selalu berada di sampingnya saat itu. Diana hanya dekat dengan Joey setelahnya.
Tentang keputusan Diana yang ingin meninggalkan Cavanaugh, Ardelle tidak bisa mengucapkan satu katapun untuk menolak atau menerima. Yang Diana lakukan selama bertahun-tahun ia di New York hanya menghubunginya dan mengatakan kemiripannya dengan Matthew.

KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Eyes
Romantiek#1 in your eyes Ardelle Cavanaugh, hanya perempuan biasa di mata birunya. Namun di mata orang, ia adalah pengatur di keluarga Cavanaugh. Tiga tahun menetap di New York membuat bebannya berkurang. Namun, bertemu Marshall El Blackton sepertinya merupa...