Awas typo.
Kini tangisan jaemin sudah mereda, dan ia kembali tertidur membuat Jeno menghela nafas lega.
Ia menidurkan kembali jaemin, lalu segera ia merenggangkan otot otot nya, kaki nya sedikit nyeri dan itu benar benar mengganggu ingin sekali Jeno mematahkan tulang nya sekalian karena rasa sakit yang tak ada habis nya.
Lalu ia memandang kembali jaemin dengan pandangan err sulit untuk diartikan.
Entah kenapa saat mendengar tangisan jaemin ia teringat seseorang. Seseorang yang sudah lama sekali.
Belakangan ini Jeno selalu teringat sesuatu ketika melihat ocehan jaemin tawa jaemin, sama seperti dulu.
Ada seseorang yang mengisi hati nya dulu, namun insiden dimana orang tua nya mengajak nya untuk pergi karena bisnis dengan berat hati ia meninggalkan orang yang ia suka sedari dulu.
Dari kecil Jeno sangat sulit mengekspresikan diri nya. Bahkan saat lelucon yang terjadi ia tak tertawa sama sekali seakan itu bukan lah hiburan, namun karena orang tersebut ia bisa tertawa walau tidak lebar.
Jeno tak banyak ekspresi. Namun saat ia lumpuh pun Jeno hanya marah dan seperti tidak menangis, entah dia menangis atau bukan ekspresi nya sangat marah saat itu.
Jeno memejamkan mata.
Jaemin terbangun. lalu menatap jam, sudah jam delapan malam lalu ia menoleh ke arah Jeno, bisa dia lihat bahwa pria itu tidur dengan raut lelah walau tidak terlalu terlihat namun jaemin bisa melihat nya.
Ia setengah berdiri hendak menarik selimut untuk menyelimuti sang suami, namun kaki yang menahan berat badan nya tak seimbang lalu menimpa badan Jeno. Kini jaemin didalam dekapan Jeno.
"Apa yang kau lakukan?."
Suara berat jeno membuat jaemin terkejut.
"A.aku h..hanya i..ingin memakai kan selimut" tergagap.
Entah darimana Jeno tiba tiba memeluk tubuh mungil jaemin. Menyembunyikan kepala jaemin pada ceruk leher nya, lalu diri nya menghirup aroma vanila yang menenangkan dari rambut jaemin.
Jaemin yang diperlakukan sedemikian pun terkejut sangat sangat terkejut. Ngelag baru ia membalas pelukan Jeno.
Apakah bermimpi buruk? Jaemin bertanya dalam hati, ia bisa melihat keringat bercucuran di dahi Jeno tadi. Kepala nya ia letakkan di bahu sang dominan.
"Tenang." Jaemin berujar pelan dikeheningan.
Jeno memeluk erat jaemin, lalu mengucapkan hal yang membuat nya terdiam.
"Jangan." Apakah seburuk itu mimpi nya? Jaemin perlahan mengelus punggung lebar itu pelan. Mengucapkan kata kata penenang, sebenar nya Jeno masih sadar namun entah kenapa pikiran sesuatu menyerang diri nya. Seolah ingatan memaksa untuk masuk.
"Hyung kenapa hm?"
Jeno diam. Ia terlalu tidak menyukai ini. Tapi entah kenapa pelukan jaemin sekarang lebih nyaman dan menenangkan. Jaemin merubah posisi menjadi bersandar pada ranjang dan kepala Jeno berbaring diperut nya.
Jaemin kini mulai terbiasa dengan Jeno yang selalu memakai topeng nya itu. Ia tak mempersalahkan nya.
Tak ada yang berbicara. Jaemin sibuk dengan fikiran nya sendiri dan Jeno melamun entah melamunkan apa.
Lalu perkataan Jeno membuat jaemin menoleh kearah Jeno dengan pandangan bertanya.
"Apakah kau tidak malu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
husband is paralyzed
FanfictionOn Going! pure story from the author's imagination. if my story is similar with someone else's then I apologize bxb area!!!!!! Nomin-!! homophobia bisa skip mungkin ada sedikit adegan dewasa jadi harap anak dibawah umur menyingkir.