Wellcome back to my story.
Terhitung sudah dua kali Jeno melakukan terapi, begitu pula dengan jaemin yang selalu menemani.
Ingatkan aku bahwa jaemin masih kelas 12 (kalo gasalah.)
Hari ini tidak ada yang spesial karena Minggu, kecuali Jeno hari ini belajar jalan dirumah.
Sekarang Jeno lagi di tuntun jaemin buat jalan pelan pelan, dengan jaemin berjalan mundur didepan Jeno karena mereka berdua lagi pegangan tangan.
"Shh" ringis Jeno saat merasakan sakit yang sama seperti sebelum sebelumnya.
"Hyung. Ayo duduk dulu."
Setelahnya mereka berdua memutuskan untuk duduk saja di sofa.
Lalu datanglah maid membawa cemilan dan minuman untuk mereka berdua.
"Terima kasih bibi." Ucap jaemin sambil tersenyum manis.
Dan dijawab juga dengan senyuman.
"Sama sama." Lalu pergi meninggalkan keduanya disana.
Jaemin mengambil minum milik Jeno dan memberikan nya pada yang ingin minum.
Diterima baik, lalu diminum.
"Merasa lebih baik?"
"Iya."
Jaemin dengan sayang mengelap keringat Jeno yang bercucuran menggunakan handuk kecil yang ia sediakan.
Jeno menerima perlakuan lembut itu dengan senang hati, ia sudah terbiasa dengan sifat lembut jaemin dan ia sangat suka.
Saat sedang asik menerima perlakuan manis dari sang manis.
"JENOO!!"
jaemin bahkan Jeno terkejut dengan suara melengking itu. Dan tanpa tahu malunya sang pelaku kini masuk dengan angkuh nya.
Mata jaemin membola, sedangkan wajah Jeno kini datar, ia benci ini.
Jaemin, agak menunduk kan pandangan nya karena wanita itu memakai pakaian yang terbuka untuk hari yang akan panas ini.
"Mau apa kau kesini?!"
Setelah sekian lama tak mendengar suara dingin Jeno membuat jaemin agak takut.
"Apa tidak boleh menjenguk pacar sendiri?"
Gila katakan lah bahwa itu gila!.
Jeno berdecih, lelucon yang begitu lucu.
"Aku rasa kau gila."
"Kkk, aku memang gila jika menyangkut dirimu"
Kata kata yang terlontar membuat Jeno sedikit geram.
Jaemin hanya menyaksikan perdebatan itu, ia bingung tapi ada rasa sedikit sakit saat wanita itu bilang bawa dia kekasih Jeno.
"Siapa pria mungil itu? Apa itu jalangmu?"
Oke kesabaran Jeno sudah berada di atas batasnya.
"Dasar badebah.!" Sungguh Jeno ingin sekali merobek mulut sialan itu.
Kondisi nya tidak memungkinkan.
Jaemin kini berdiri, ia ingin sekali memukul mulut wanita itu karena mengatainya jalang. Berani sekali.
"Wah wah, apa ini mau menjadi pahlawan Jeno?"
Plak!
Wajah cantik itu tertoleh. Jangan tanya siapa pelakunya ya pasti jaemin.
Jeno? Sedikit terkejut.
"Berani sekali anda orang asing menyebut saya jalang!"
"Kau- beraninya!!"
"Apa mau marah?! Hah! Datang datang kerumah orang tidak ada sopan nya sama sekali! Tidak diajari sopan santun?!"
"Kau berani sekali membentakku?!"
"Apa?! Memangnya kenapa?! Apa kau pikir aku tidak berani karena kau perempuan?! Hah!"
Jeno sedikit tersenyum melihat bagaimana suami kecilnya itu sangat berani.
Berani lah belum tau aja jaemin itu berandalan sekolah.
"Siapa kau hah?! Berani sekali berbicara kasar padaku!"
"Memangnya kau harus tau sekali kehidupan saya?! Iya?"
"Jeno! Bantu aku dari jalang gila mu ini!"
"Bang rami!"
Oke ini kali pertama Jeno berteriak.
"Jaemin, kemari."
Jaemin menurut lalu duduk disamping Jeno.
"Dia suami ku."
Membuat wanita bernama bang rami itu terkejut.
"A.apa?"
"Kau tidak tuli." Sinis jaemin.
"Keluar dari rumahku sekarang juga."
Segini dulu ygy..
KAMU SEDANG MEMBACA
husband is paralyzed
FanfictionOn Going! pure story from the author's imagination. if my story is similar with someone else's then I apologize bxb area!!!!!! Nomin-!! homophobia bisa skip mungkin ada sedikit adegan dewasa jadi harap anak dibawah umur menyingkir.