"Untuk menemani Ayah, aku rasa aku tidak bisa. Karena kemarin aku baru dilantik, dan belum sempat masuk ke kantor."
"Jadi bagaimana tuan?" tanya seseorang di seberang telepon sana.
Taehyung memberi jeda sejenak, dipikirkannya matang-matang sebelum ia mengambil keputusannya.
"Bagaimana dengan Bogum Hyung yang ke sana? Aku rasa ayah senang jika ada Bogum Hyung."
"Kalau begitu, bagaimana denganmu tuan? Tuan akan kerepotan jika asisten anda ke sini."
"Jack, jangan khawatir. Ada banyak orang yang bersedia membantuku di sini."
"Kalau boleh tahu, Tuan Daejoon bagaimana? Tuan Kim sedari tadi menyebut namanya."
"Dia tidak peduli dengan ayah. Jadi jangan mengharapkan banyak tentangnya. Tolong sampaikan pada ayah, bahwa putra bungsunya ini akan datang tiga hari lagi."
Tak ingin membahas lebih lanjut tentang Daejoon, Taehyung memutus panggilan tersebut secara sepihak.
"Hyung," panggilnya pada sang asisten.
"Ya tuan muda?"
"Aku minta kau pergi ke Amerika hari ini untuk menemani ayah sementara waktu."
"H-hari ini? Lalu tuan bagaimana?"
"Iya hari ini. Jangan khawatirkan aku. Aku bisa mengurus diriku sendiri dan lagi pula ada banyak orang yang bersedia membantuku."
"B-baik tuan."
"Satu lagi," Taehyung menjeda kalimatnya guna menoleh kearah sekitarnya. Memastikan jika di sekitarnya ini tak ada orang lain selain dirinya dan juga asisten pribadinya.
"Pastikan ayah melupakan Daejoon. Aku tidak ingin dia mengharapkan iblis itu," lanjutnya kemudian segera disetujui oleh Park Bogum.
...
Wanita bermarga Kim itu sedari tadi mengecek jam tangannya. Kali ini sudah lewat 10 menit ia menunggu kedatangan Seunghee—asisten Daejoon— yang ditugaskan untuk mengantarnya ke kantor yayasan.
Mobilnya belum sempat ia ambil, karena pihak bengkel mengatakan hari ini pukul 16.00 baru selesai diperbaiki.
"Eh— Noona, sedang apa di sini? Bukankah seharusnya kau sudah pergi ke acara itu?" tanya Taehyung begitu sampai di rumah, setelah mengantarkan Park Bogum ke apartemennya untuk berkemas-kemas mempersiapkan penerbangan ke Amerika.
"Iya, harusnya seperti itu. Tapi aku sedang menunggu Seunghee menjemputku."
Mendengar nama yang asing ditelinga, Taehyung lantas menaikkan salah satu alisnya. "Seunghee?"
"Ah iya, dia adalah sekretaris kakakmu yang ditugaskan untuk mengantarku. Tapi sudah 10 menit lebih, dia belum datang juga," jelas Jennie yang seketika membuat bohlam imaginer Taehyung menyala.
Entah mengapa, ia refleks mendapatkan ide cemerlang. Maka dari itu dirinya sukarela menawarkan bantuan untuk sang pencuri hatinya, "Bagaimana kalau aku saja yang mengantarmu Noona? Sepertinya sekretaris itu sedang ada kendala di jalan."
Jennie terdiam, ini kedua kalinya Taehyung menawarkan tumpangan untuknya. Dan itu membuatnya merasa tak enak. Terlebih ia tahu kalau Taehyung baru saja pulang dari suatu tempat.
"E-ehh terimakasih Taehyung-ssi. Tapi tidak apa-apa kok aku menunggu Seunghee saja. Aku tidak ingin merepotkan mu, kau kan baru sampai, masa mau pergi lagi hanya untuk mengantarku? Sebentar lagi pasti dia akan sampai."
KAMU SEDANG MEMBACA
With You
Fanfiction(END)"Apakah salah jika aku mencintai adik iparku sendiri?" Pertanyaan itu tiba-tiba saja muncul di kepala Jennie. Entah mengapa perasaan aneh itu menimpanya setelah tak sengaja bertemu dengan Taehyung. Lambat laun, perasaannya ini membuatnya dilema...