Apa yang dikhawatirkan Daejoon pada akhirnya terjadi. Kedatangan dua pria asing yang berstatus sebagai polisi itu datang menemui Jennie.
Tentunya bukan hanya dia saja yang khawatir, wanita bermarga Kim itu pun merasakan hal sama. Sungguh ia takut saat dua orang polisi ini berdiri di samping ranjangnya.
"Jadi menurut hasil pemeriksaan sebelumnya, anda mengendarai mobil dalam kondisi mabuk. Benar begitu?" tanya salah satu pria yang dilehernya tergantung id card bertuliskan Youngtak.
Jennie tak langsung menyahut, wanita itu melirik sekilas Daejoon yang menatapnya tajam lalu menggelengkan kepalanya pertanda agar ia tak perlu menjawab pertanyaan dari polisi.
"Maaf, sepertinya istri saya masih belum bisa dimintai keterangan. Dia baru saja sadar," ujar Daejoon membuat dua orang polisi itu mengalihkan perhatiannya padanya.
"Tapi sudah saatnya kami meminta keterangan pada Nyonya Jennie. Apa anda keberatan?"
"Maaf, istri saya masih butuh istirahat. Jadi biarkan dia istirahat dulu," ucap Daejoon kukuh pada pendiriannya. Ia berniat menunda interogasi polisi.
Kemudian dua polisi itu saling bertukar pandang seolah bertelepati. Memang benar kondisi Jennie tidak memungkinkan untuk dimintai keterangan.
"Baiklah, kami akan membiarkan Nyonya Jennie waktu istirahat. Setidaknya sampai besok. Dan kami harap Nyonya Jennie datang ke kantor polisi besok siang untuk interogasi. Dokter bilang, anda sudah boleh pulang besok pagi," ucap Youngtak yang seketika membuat Jennie menghela nafasnya.
Setidaknya ia sedikit lega sebab sekarang ia tak jadi diinterogasi.
"Baik. Kami akan ke sana besok," sahut Daejoon diakhiri dengan menjabat tangan polisi tersebut secara bergantian.
"Baiklah Nyonya Jennie, kami tunggu besok siang. Semoga cepat sembuh," ucap polisi tersebut tepat sebelum melangkahkan kakinya keluar.
Sepeninggalan dua orang polisi tersebut, sorot tajam Daejoon tak bisa Jennie hindari.
"Lihat, apa yang aku katakan tadi terjadi. Polisi akan menginterograsi besok. Aku tidak ingin kau salah berbicara yang menyebabkan masalah ini semakin rumit. Oleh karena itu datanglah ke sana bersama pengacara. Aku akan mencarikan pengacara untukmu," kata Daejoon sebagai akhir pembicaraannya dengan Jennie.
...
"Okay, sebenarnya ayahku belum pernah membuat surat wasiat. Namun ayah pernah bilang kalau JCV itu akan diserahkan padaku," Taehyung memberi jeda pada ucapannya. Pria itu kemudian mengulum bibirnya yang terasa kering.
"Aku ingin kau mengurus pembagian warisannya. Buat aku mendapatkan bagian 80%, 5% disumbangkan ke panti asuhan, dan 15% nya diberikan untuk Daejoon."
"M-maaf Tuan, Daejoon?"
"Ya, bagaimanapun dia tetaplah anak dari ayah. Meski begitu, rahasiakan ini darinya sampai waktu yang tepat."
"Baik Tuan."
"Aku rasa ini sudah cukup. Kita akan membicarakannya lagi," kata Taehyung yang tampak tergesa-gesa.
"Maaf tuan, tapi kenapa anda terburu-buru?" tanya sang ahli hukum membuat Taehyung menahan diri.
"Ada urusan mendesak di Korea. Kau selesaikan saja pembagian warisan tersebut."
Selesai mengatakan hal tersebut Taehyung melanjutkan aktivitasnya. Pria itu melangkah keluar diikuti Park Bogum dan Jack yang sekarang resmi menjadi asistennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You
Fanfiction(END)"Apakah salah jika aku mencintai adik iparku sendiri?" Pertanyaan itu tiba-tiba saja muncul di kepala Jennie. Entah mengapa perasaan aneh itu menimpanya setelah tak sengaja bertemu dengan Taehyung. Lambat laun, perasaannya ini membuatnya dilema...