23. Quarrel

772 127 27
                                    

"Itu 30 juta dolar. Cukup untuk mengganti rugi agar kau bisa berpisah dengannya. Dan hutang 750 juta dolar itu sudah aku transfer ke rekeningmu. Kau hanya tinggal meminta tanda tangannya di surat cerai ini," ujar Taehyung yang seketika membuat Jennie membeku di tempat.

Ia sungguh tidak menyangka, uang sebanyak itu ada padanya.

"Taehyungie," panggil Nyonya Kim.

"750 juta dolar?" tanyanya tak percaya.

"Iya, Eomma."

"Itu terlalu banyak nak. Hutang kami sudah tidak lagi 750 juta dolar. Kami sudah membayarnya sekitar 100 juta dolar."

"Tidak apa-apa Eomma."

"Tidak Tae. Ini terlalu berlebihan. Aku akan mengembalikannya. Kau sudah terlalu banyak membantuku," celetuk Jennie membuat orang-orang di sana menatapnya.

"Astaga, Jennie... Aku dengan senang hati membantumu. Tolong jangan berpikir ini berlebihan. Jangan dikembalikan ya? Dan segeralah kau serahkan ini pada Daejoon supaya dia tidak lagi menyiksamu. Aku tidak ingin melihatmu menderita, sayang."

"Tapi Taehyung, kalau Daejoon tidak mau bagaimana? Aku tidak yakin dia akan semudah itu menandatangani surat cerai ini."

"Kau harus memaksanya."

"Dia akan mencelakai ku nanti," lirih Jennie dengan tatapan kosong. Ia ingat betul bagaimana dulu ia memberontak pada Daejoon dan berakibat seperti ini.

"Tidak akan. Sebelum itu terjadi, aku akan datang. Aku sudah menyiapkan rencana. Sejumlah kamera tersembunyi akan dipasang di sudut rumah supaya nantinya bisa menjadi bukti," kata Taehyung yang mendapat tatapan penuh harap dari Jennie.

Ya, ia harap rencana tersebut berjalan lancar.

...

Jam menunjukkan pukul 9 malam dan Jennie bisa menebak suaminya sudah memiliki waktu santai.

Suara derap langkah dapat Jennie dengar dari kamar tamu sebab kamarnya itu berdekatan dengan tangga.

Ia yakin jika Daejoon turun ke dapur  untuk membuat kopi panas setelah acara bersih-bersih badan sepulang dari kantor tadi.

Dengan perlahan ia turun dari ranjangnya. Menggapai kursi roda yang akhir-akhir ini menjadi alat bantunya. Dan ia tidak lupa untuk membawa map berisikan surat cerai yang nantinya akan ia ajukan pada suaminya.

Pria bermarga Kim itu menampakan batang hidungnya tepat setelah ia berada di ambang pintu.

"Daejoon," panggilnya, membuat sosok pria itu menoleh dan menaikkan salah satu alisnya guna menanyakan apa maksud Jennie memanggilnya tadi.

"Ada yang ingin aku bicarakan," Jennie berujar, sembari menggerakkan kursi rodanya untuk mendekat pada Daejoon.

"Apa?"

Satu kata yang keluar itu terdengar jutek. Jennie yang mendapati hal tersebut lalu menghela nafasnya.

"Aku ingin mengakhiri hubungan ini. Maka dari itu, ayo berpisah."

Tak bisa dipungkiri aura ruangan itu seketika berubah dingin kala kalimat tersebut dilontarkan oleh mulut sang wanita.

Sungguh sangat tak terduga jika sang istri itu mempunyai nyali untuk mengeluarkan kata-kata tersebut.

Hey yang benar saja?

Daejoon mengerutkan dahi saat Jennie dengan susah payah berusaha mendekat untuk menyodorkan sebuah map.

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang