"Baiklah. Tapi, bagaimana dengan Daejoon?"
Pertanyaan tadi seketika melunturkan senyum Taehyung.
Benar, masih ada pria itu yang menghalangi rencana makan malamnya.
Belum sempat memberi solusi, yang dibicarakan pada akhirnya datang. Wajah datar tanpa ekspresi itu menjadi hal yang pertama kali mereka lihat.
"Sedang apa kalian di sini?" tanyanya.
Baik Taehyung maupun Jennie saling bertukar pandang. Keduanya menatap bingung.
Namun tak ingin dicurigai, Taehyung lantas menyahut. Untung saja otaknya cepat mencari alasan.
"Tidak apa-apa Hyung. Aku hanya bertanya pada Noona, tentang rekomendasi cafe yang bagus di sini."
Gumam kecil keluar dari mulut Daejoon. Pria itu sebenarnya tak peduli dengan apa yang Taehyung lakukan bersama istrinya, hanya saja demi menjaga hubungannya dengan Taehyung terlihat baik-baik saja, dia akhirnya menyapa.
Padahal tanpa ia ketahui, Taehyung sudah menceritakan semua pada Jennie.
Kemudian pria yang lebih tua itu mengalihkan perhatiannya pada Jennie. Menaikkan dagunya, seolah menyuruh Jennie untuk mengikutinya.
Jennie yang mengerti kode dari Daejoon pun lantas mengikutinya. Meninggalkan Taehyung yang masih berdiam diri sembari memandanginya.
Mereka mau apa?
Bohong jika Taehyung tidak penasaran.
Sementara itu, Daejoon meletakkan tasnya kemudian duduk di sofa dengan posisi punggung yang menyender.
"Ada apa?" tanya Jennie usai menutup pintu kamarnya.
Tak langsung menjawab, pria itu memilih memijat pelipisnya. Kemudian membuang nafasnya berat.
"Lihat," interupsinya agar Jennie mendekat dan menatap pada tab yang menampilkan sebuah email.
"Karena orang tuamu, pembangunan itu terhambat."
Jennie bungkam, kerugian yang disebabkan oleh orang tuanya membuat rencana Daejoon tidak berjalan lancar. Sebenarnya ia tidak perlu ikut campur dengan semua ini, tetapi karena ayahnya telah meninggal sehingga ia harus menanggung atas kerugian yang dinilai sebagai hutang kepada Daejoon.
"Maaf," lirihnya namun tak digubris sama sekali oleh Daejoon.
Pria itu justru memilih bangkit dan melepaskan jasnya. Percuma saja, ia sudah bosan mendengar Jennie yang selalu saja mengucapkan maaf atas kelakuan orang tuanya.
"Besok aku akan ke Gwangju. Untuk mengecek kondisi di sana. Aku tidak ingin pembangunan di sana juga terhambat, jadi cepatlah kau mengganti rugi. Atau ibumu tidak hidup lama lagi," katanya tepat sebelum masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Kalimat tersebut seketika membuat jantung Jennie berdebar. Bukan apa, hanya saja ia mengkhawatirkan kondisi ibunya yang kini dirawat di panti jompo.
Daejoon bisa melakukan apa saja dengan ibunya, mengingat panti jompo tersebut merupakan salah satu aset yang dimiliknya.
Ingin menenangkan pikirannya, wanita bermarga Kim itu memutuskan untuk keluar dari kamar. Sungguh, semenjak Daejoon tinggal di kamarnya, kamar yang dulunya menjadi tempat ternyaman sekarang berubah menjadi tempat yang sesak.
Begitu sampai di anak tangga terakhir, ekor matanya menangkap sosok Taehyung yang tengah membereskan barang-barangnya.
"Sudah selesai?" tanya Jennie pada pria yang mengenakan hoodie abu-abu tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You
Fanfiction(END)"Apakah salah jika aku mencintai adik iparku sendiri?" Pertanyaan itu tiba-tiba saja muncul di kepala Jennie. Entah mengapa perasaan aneh itu menimpanya setelah tak sengaja bertemu dengan Taehyung. Lambat laun, perasaannya ini membuatnya dilema...