17. Hurts

960 152 27
                                    

Daejoon yang sedang menunggu di ruang  rapat   itu dibuat terhenti saat sekretarisnya masuk dan membisikkan sesuatu di telinganya.

Sialan, umpatnya begitu tahu berita yang trending sekarang.

Jemarinya perlahan mengepal, menahan kesal.

Tuan Jung yang menyadari adanya perubahan ekspresi dari rekannya itu memilih mencondongkan tubuhnya. Mendekat untuk bertanya.

"Ada apa Daejoon-ssi?"

Daejoon lantas menoleh, sebisa mungkin ia mengubah raut wajahnya supaya terlihat baik-baik saja meski darahnya tengah mendidih mendengar kabar bahwa istrinya kecelakaan.

"Tidak apa-apa," ucapnya diakhiri dengan senyum simpul yang membuat Tuan Jung menyudahi rasa penasarannya.

Sementara itu, Daejoon kembali mencondongkan tubuhnya pada Seunghee—sekretarisnya— yang masih berdiri di belakangnya.

"Aku tidak ingin berita ini semakin menyebar. Cepat bersihkan berita sampah ini. Jangan ada satupun yang tersisa."

"Tapi Tuan, apa itu bisa? Berita itu sudah menyebar dimana-mana. Bahkan sudah ada stasiun televisi yang memberitakannya."

Sial!

Daejoon menggeram kecil. Rahangnya mengeras menahan marah yang semakin memuncak.

"Lalu bagaimana kondisinya sekarang?"

"Nyonya Jennie—"

"Bukan. Bukan dia, tapi korbannya," potong Daejoon yang seketika membuat Seunghee mengerutkan dahi.

Pria itu sedikit terkejut, bagaimana bisa seorang suami justru menanyakan kondisi korban bukan istrinya sendiri.

"Menurut berita tadi, korban  pria itu tidak terlalu parah  tetapi  anak kecil yang ada di mobil itu mengalami pendarahan Tuan."

Mendengar hal itu Daejoon mengusap wajahnya kasar. Kemudian menghela nafasnya berat.

"Kau cari tahu tentang korban tersebut, lalu siapkan uang. Jangan sampai dari pihak korban akan menuntut  Jennie."

"Baik tuan."

Setelah menyelesaikan pembicaraannya, pria bermarga Kim itu menyuruh sekretarisnya untuk melaksanan tugasnya. Sementara itu ia memilih melanjutkan aktivitasnya dimana  rapat akan segera dimulai.

...

Aroma obat yang begitu dominan itu menyapa indera penciuman Jennie. Wanita itu perlahan membuka matanya, lalu mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang terbiaskan ke arahnya.

"Nyonya."

Suara itu terdengar familiar, Jennie tahu betul siapa pemilik suara itu.

"A-ahjuma?"

"Ah syukurlah Nyonya sudah sadar."

"Hah? Memangnya apa yang terjadi padaku?" tanya Jennie linglung.

"Nyonya mengalami kecelakaan tadi. Karena itu Nyonya di bawa ke rumah sakit. Bagaimana kondisimu Nyonya? Apakah ada yang sakit?"

Untuk membalas pertanyaan tersebut Jennie ingin menggelengkan kepalanya namun hal itu justru membuatnya tersambar rasa nyeri. Sehingga tak dipungkiri dirinya meringis.

"Astaga Nyonya!"

Jennie mencegah asisten rumah tangganya itu untuk menyentuhnya. Ia kemudian tersenyum untuk memastikan dirinya baik-baik saja.

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang