33. Apology

668 111 32
                                    

Sebuah gelengan kepala Jennie dapatkan. Wanita itu menjadi heran mengapa pria di depannya ini sungguh berbeda.

Apa benar dia adalah Daejoon?

"Mana bisa aku melakukan hal seperti itu."

Eh?

Lalu Jennie dibuat terlonjak saat Daejoon berjalan ke arahnya. Saat itu juga gejolak aneh di perutnya kembali melanda sehingga tak bisa dipungkiri dirinya kembali mual.

"J-jangan mendekat!" seru Jennie.

Tapi, Daejoon tetaplah Daejoon. Pria itu selalu melaksanakan larangan. Baginya, larangan adalah perintah.

"Berhenti di sana! A-aku bilang berhen— mmppt." 

Dengan cepat Jennie mengunci mulutnya rapat.

Hal itu membuat Daejoon mengerutkan dahinya.

"Kenapa?"

Tak langsung mendapat jawaban, pria itu jadi semakin curiga. Terlebih sekarang Jennie menggerakkan tubuhnya gelisah, seolah meminta untuk dilepaskan dari ikatannya.

"Tuan, dia kembali mual."

Mendengar hal itu Daejoon segera mendekat dan melepas ikatan yang ada di lengan Jennie.

Begitu talinya terlepas Jennie segera berlari untuk menjauh dari mereka.

"Hey, kau mau kemana?!"

Suara Daejoon terdengar menggema di bangunan kosong tersebut, namun hal itu tak menghentikan langkah Jennie. Wanita itu terus mencari tempat yang sekiranya aman untuk membuang hajatnya.

"Kau kenapa?"

Jennie tersentak, wanita itu menoleh ke belakang dimana sudah ada Daejoon di ambang pintu kamar mandi yang  terbengkalai.

"Kenapa? Apa kau belum makan sehingga maaghmu kambuh lagi?" tanya Daejoon yang paham akan kebiasaan istrinya. Jika telat makan maka lambungnya akan bermasalah.

"Apa dia tidak memberimu makan?" tanya Daejoon sekali lagi, namun kali ini nada bicaranya sedikit geram.

"T-tidak-tidak. Aku baik-baik saja. Ini bukan karena maaghku kambuh  tapi—"

Detik itu juga Jennie tersadar bahwa dirinya hampir saja keceplosan.

Astaga mulut ini...

"Tapi apa?"

"Tidak. Mungkin ini karena aku sedang tidak enak badan," jawab Jennie secepatnya.

Pernyataan tersebut berhasil membuat Daejoon menyunggingkan senyum miring.

"Oh ya? Bukan karena kau hamil?" celetuknya.

Deg.

Demi Tuhan, Jennie dibuat terkejut kali ini.

Darimana dia tahu?

Diam, Jennie tak kunjung merespon pertanyaan tadi. Ia justru sengaja menampilkan wajah polosnya agar Daejoon tak mengetahui yang sebenarnya.

"Apa? Hamil? Yang benar saja? Jangan mengada-ada."

Kemudian tawa kecil keluar dari Daejoon. Pria itu merasa terhibur melihat Jennie yang memilih berpura-pura tidak tahu.

"Ahahaha iya ya? Mana mungkin kau bisa hamil jika aku tidak pernah menyentuhmu. Itu mustahil," kata Daejoon sedikit menekankan kalimat terakhir.

"Kecuali—"

Kali ini Daejoon menghampiri Jennie. Tangannya ia lingkarkan pada bahu sempit tersebut. Membawanya ke dalam rangkulan serta mencondongkan wajahnya untuk membisikkan sesuatu.

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang