36. Escape

666 114 17
                                    

Jennie yang melihat tulisan toilet beberapa meter di depan sana lantas dibuat melirik ke arah Daejoon. Bukan apa, hanya saja ia memastikan apakah Daejoon benar-benar akan menemani ke dalam toilet wanita?

Namun, seolah tahu apa yang ada di pikirannya, pria itu tiba-tiba saja menyeletuk, "Aku tunggu di sini saja. Sana kau masuk."

E-eeh?

Apa Jennie tak salah dengar?

Pernyataan itu bagaikan sebuah peti harta karun yang berisi emas. Dari balik tudung hoodie yang dikenakannya Jennie Kim berbinar.

Bukankah ini adalah sebuah peluang untuk kabur?

Maka dari itulah, wanita yang tengah hamil muda tersebut menganggukkan kepala lalu segera masuk ke dalam.  Sesekali ia torehkan kepalanya untuk melihat Daejoon yang ternyata mengawasinya dari kejauhan.

Mendapati hal tersebut Jennie menjadi menghela nafasnya. Akankah rencananya itu berhasil?

Ya, dia hampir putus asa. Tetapi ia masih memaksakan diri untuk mencari jalan keluarnya.

Dibukanya pintu toilet wanita tersebut. Terpampang sebuah cermin besar diserta wastafel di bawahnya. Begitu langkahnya masuk, ia dibuat terkejut saat seseorang menarik lengannya untuk mendekat. Hal tersebut sukses membuat dirinya meringis.

"Eh, m-maafkan saya nyonya. Saya tidak bermaksud untuk menyakitimu," ujar seorang gadis yang berkerja sebagai cleaning service.

Jennie yang masih terkejut hanya bisa terdiam sembari mengidentifikasi sosok perempuan di depannya.

"Nyonya, anda yang meminta bantuan tadi kan? Tadi salah satu ibu hamil yang ingin memeriksa kandungannya itu memberitahuku supaya datang ke sini untuk menolongmu. Beliau menitipkan maaf karena tidak bisa membantumu secara langsung sebab tadi sudah gilirannya dipanggil."

Demi Tuhan...

Jennie tidak tahu harus berkata apa lagi.

Ia sungguh tak menyangka ternyata seseorang telah datang untuk menolongnya.

"Benarkah? Kau ingin membantuku?"

"Iya nyonya. Apa yang harus saya lakukan? Siapa yang membahayakan anda, nyonya?"

Jennie tak kuasa untuk tersenyum. Kedua bola matanya tampak berkaca-kaca karena terharu.

Ia amat bersyukur dan berterima kasih pada sosok wanita hamil tadi.

"Dengar, aku tidak tahu harus menjelaskannya bagaimana. Tapi intinya, pria yang sekarang berdiri menungguku tak jauh dari sini itu adalah suamiku. Ya, secara hukum seperti itu. Tapi menurutku dia itu bukanlah suami, melainkan iblis. Dia sering melakukan kekerasan padaku, dan sekarang dia ingin memaksaku pergi ke Amerika, entah untuk apa aku tidak tahu. Dia hanya menginginkan bayiku, jadi bantulah aku keluar dari sini, kumohon..." pinta Jennie dengan raut wajahnya yang berubah memelas.

Mendengar cerita Jennie, gadis itupun  menjadi iba. Ia sungguh tak tega membiarkan seorang perempuan menderita.

"Apa kau ada ponsel? Bisakah aku meminjamnya untuk menghubungi seseorang?" Jennie berharap kali ini ia bisa menghubungi Taehyung. Pria itu pasti sedang mencarinya.

"Maaf nyonya, saya sedang tidak membawa ponsel karena ponsel saya sedang diisi daya."

Pupus sudah harapan Jennie. Wanita itu benar-benar sudah tidak tahu lagi harus bagaimana. Tetapi syukurlah sebuah ide berhasil di dapatkan oleh gadis tadi.

"Nyonya, bagaimana kalau sekarang anda  berjalan perlahan lewat sebelah kiri? Di sana ada tangga darurat, anda hanya perlu mengikuti tangga itu turun. Dan nanti anda akan sampai ke lobi. Lalu anda bisa keluar lewat pintu khusus tenaga medis."

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang