2- His Day

6.5K 220 6
                                    

Author POV

Reyhan berjalan menuruni anak tangga dengan seragam yang tidak begitu rapi, dan tas yang bertengger di bahu kirinya lengkap dengan jaket kulit hitam kebanggaannya. Dia melihat semua anggota keluarganya sudah bersiap untuk sarapan. Reyhan duduk lalu mulai mengambil roti.

"Gimana tugas yang ayah kasi? udah kamu kerjain?" tanya Dirga pada Reyhan. Ini memang menjadi rutinitas sehari-hari Reyhan, selain les sana-sini dia juga diharuskan untuk mengerjakan beberapa pekerjaan ayahnya setelah diajari dengan keras tentunya. Bagi Dirga anak pertama harus kuat, pintar, dan sempurna. Dia ingin Reyhan menjadi seperti Damian -kakaknya dan yang dia tahu beginilah ayahnya saat mendidik Damian. Maka dia melakukan hal yang sama pada Reyhan.

"Udah selesai setengah yah, nanti aku kerjain setengahnya lagi." sahut Reyhan.

"Kamu itu gimana sih? makanya jangan males. Besok pagi semuanya sudah harus selesai, gak ada alasan lagi" kata Dirga lagi.

"Kan kemarin aku harus les sampai malem yah, belum lagi kerjain tugas. Aku nggak sempet." bela Reyhan.

"Ya kamunya jangan males-malesan. Kalau sekarang saja kamu sudah malas-malasan kayak gini gimana nantinya saat kamu pegang perusahaan hah?" kata Dirga lagi dengan nada yang mulai meninggi yang membuat Reyhan menghela nafasnya.

"Yah, masih pagi. Jangan marahin Reyhan terus." kata Nada yang langsung membuat Dirga diam. Nada tak tega melihat Reyhan selalu dituntut ini itu, tapi dia tak bisa berbuat apa-apa.

"Manjain aja terus."

Reyhan tersenyum miris, selalu saja seperti ini. Memangnya dia bukan anak ayahnya? Gak papa, lagian ini sudah jadi makanan sehari-hari. Tidak ada yang baru.

"Abang, aku berangkat bareng Bang Rey sama Kak Nathan ya?." kata Juan.

"Abang udah janji berangkat bareng temen Abang Wan" tolak Reyhan.

"Jangan gitu Rey, masa kamu lebih milih berangkat sama temen kamu daripada adik kamu sendiri?" kata Dirga yang tentunya itu berarti Reyhan tak bisa menolak lagi.

-

Dan disinilah Reyhan, di dalam mobil bersama Juan dan Nathan. Reyhan sibuk memainkan Hp nya, meminta maaf pada Vino karena dia tidak jadi berangkat bersama. Juan sebenarnya tidak enak, apapun yang dia inginkan, ayahnya selalu meminta Reyhan yang memenuhi itu. Dia sama sekali tidak berniat memaksa, tapi ayahnya selalu saja membuat Reyhan mengabulkan keinginannya.

"Bang, pulang sekolah Abang sibuk gak?" tanya Juan.

"Emang kenapa?" tanya Reyhan pada Juan.

"Aku ada tugas dari sekolah, jadi mau minta Abang yang ajarin. Temen-temen aku juga mau dateng nanti." kata Juan antusias.

"Kan ada Kak Nathan wan, kakak pulang sekolah masih banyak kerjaan." Tolak Reyhan halus.

"Gue nanti mau ngerjain tugas, jadi nggak bisa." Sahut Nathan yang membuat Reyhan menghela nafas. Hubungannya dengan Nathan memang tidak begitu dekat. Entah karena mereka memang tidak cocok atau karena gengsi mereka sama-sama tinggi.

"Yaudah." kata Reyhan. Dia tidak punya pilihan lain karena kalau dia menolak dan ayahnya tau maka ayahnya pasti akan marah.

Reyhan lalu kembali sibuk dengan HP nya, Grup chat Galaxy -geng Reyhan baru saja ribut karena mendapat tawaran balapan dengan uang lumayan tinggi. Dan teman-teman Reyhan semua menyarankan Reyhan untuk ikut. Karena Reyhan adalah yang paling unggul masalah balapan.

'Gue ambil' setelah mengirimkan chat itu Reyhan menyimpan Hp nya. Persetan dengan apa yang mungkin ayahnya lakukan jika tau, toh juga dia sering dipukul saat ada kesalahan kecil bahkan tak jarang dia dipukul tanpa melakukan kesalahan. Sebentar saja, dia ingin bebas.
Mungkin saja nanti ayahnya akan membuangnya lagi? atau memukulnya sampai mati? tidak begitu buruk, lagian setiap hari juga sudah seperti neraka. Tidak akan ada bedanya.

Di kursi depan Nathan sebenarnya merasa bersalah, Reyhan selalu dituntut untuk menuruti apapun kemauannya dan Juan. Kadang dia berfikir, apa yang ada di kepala Reyhan, apa yang sebenarnya Reyhan inginkan karena selama ini yang dia lihat adalah Reyhan yang selalu diatur oleh begitu banyak aturan yang disiapkan oleh ayahnya. Aturan yang hanya untuk Reyhan karena Nathan sadar kalau dia sama sekali tidak pernah dituntut seperti yang ayahnya lakukan pada Reyhan, namun jika difikir lagi bukankan itu adil, Reyhan akan memimpin perusahaan tentu saja semua harus disiapkan. Untuk apa dia harus diikat dengan aturan yang sama saat ayahnya bahkan tak pernah berfikir untuk memberikan tempat yang sama untuknya seperti Reyhan.

-

Sekolah SMP dan SMA mereka ada di lingkungan yang sama karena satu yayasan. Jadi sampai di sekolah mereka langsung turun dari mobil dan berjalan ke kelas mereka Reyhan 12 IPA 1 dan Nathan 12 IPA 1, Sedangkan Juan langsung ke lingkungan sekolah SMP nya. Di perjalanan menuju kelas mereka semua mata seolah hanya menatap Reyhan, kadang Nathan merasa tidak terlihat. Dia akui memang Rayhan memiliki paras yang tampan, Ketua Osis, dia juga aktif di kegiatan sekolah dan memiliki peringkat yang tinggi. Namun peringkat Nathan juga tak jauh berbeda, Nathan juga sering mengikuti kegiatan sekolah, namun orang-orang tetap hanya melihat Reyhan.

Sebenarnya Nathan tau seperti apa ayahnya memperlakukan Rayhan walaupun yang dia tau hanya sebagian kecil saja, Kadang Nathan juga tidak tega melihat Rayhan yang sering dimarahi. Tapi yang Nathan lihat, Reyhan orang yang kuat, sekalipun dia baru dibentak, ataupun dipukul, Reyhan tidak menangis, Reyhan juga masih bisa bersikap biasa. Jadi menurutnya itu bukan hal besar untuk Reyhan, mungkin dia sudah kebal.
Nathan tidak tau kalau Reyhan mungkin kokoh di luar, namun dia rusak di dalam.

Lagipula Reyhan sudah menjadi idola di sekolah, bukankah adil jika di rumah dia lebih disayang?

-

Reyhan masuk ke kelasnya dan langsung duduk di kursinya.

"Tumben udah dateng." sapa Maira, satu-satunya sahabat wanita yang Reyhan miliki.

Maira Callista, adalah orang yang selalu ada untuk Reyhan. Mereka berteman sejak sekolah dasar dan entah kebetulan atau permainan takdir, mereka berdua sealu berakhir di kelas yang sama. Maira adalah yang paling mengerti Reyhan lebih dari siapapun. Maira mengerti apa yang Reyhan rasakan tanpa Reyhan harus menjelaskan dengan panjang lebar. Maira adalah rumah bagi Reyhan.

Bagi Maira juga sama. Reyhan adalah rumahnya, dia selalu merasa aman saat bersama Reyhan. Dulu Maira pernah diculik hingga dia takut keluar, takut bertemu dengan orang lain, takut gelap, hingga dia harus menjalani terapi. Dan saat-saat terberatnya itu, orang yang selalu ada 24/7 untuknya adalah Reyhan. Selain keluarganya, Reyhan adalah satu-satunya yang membantunya untuk sembuh.

Mereka saling membutuhkan satu sama lain, mereka saling memuja satu sama lain, namun tak ada yang mengungkapkan, karena baik Reyhan dan Maira tak membutuhkan kalimat apapun untuk mengambarkan bahwa mereka adalah rumah bagi satu sama lain.

*****
Halo adakah yang nyasar disini? Wwkw
Welcomeeee🤍

DERANA |  Haruto JeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang