21- Sepakat?

1.9K 157 13
                                    

Author POV

Dirga memasuki ruang rawat Reyhan membuat Reyhan yang sedang tiduran kaget dengan kedatangan Ayahnya.

"Gimana keadaan kamu Rey?" Tanya Dirga pada Reyhan.

"Kayak yang ayah lihat."

"Lain kali jangan gitu lagi. Biar apasih? Mau nyari perhatian kamu?" Reyhan menatap ayahnya saat dia mendengar apa yang ayahnya katakan padanya.

"Nyari perhatian juga percuma gaksih yah?"

"Kamu bicara seolah-olah ayah gak pernah perhatiin kamu."

"Emang pernah?"

"Kamu yang gak nyadar sama apa yang udah ayah kasi ke kamu."

"Aku lagi yang salah? Semuanya aja salah aku." kata Reyhan sarkas.

"Jangan mulai deh Rey. Kamu kenapa jadi kayak gini sih? Sensitif, pembangkang."

"Ayah dateng cuma buat marah-marah sama aku?"

"Kamu sendiri yang bikin ayah kayak gini." kata Dirga lagi yang tidak dijawab oleh Reyhan. Tidak ada gunanya.

"Sudah cukup kamu kayak gini Rey, jangan membangkang lagi. Ayah gak suka anak ayah jadi gak bisa diatur kayak gini. Sifat kamu juga penting buat jadi acuan saat kamu jadi pemimpin nanti."

"Ayah cuma khawatir sama Reyhan pewaris ayah. Bukan Reyhan anak Ayah."

"Ayah bilang cukup ya cukup Rey. Jangan bikin ayah marah lagi."

"Mulai sekarang dengerin ayah, kamu cuma perlu lakuin apa yang ayah minta, kalau kamu nurut ayah juga gak bakalan marah-marah sama kamu, yang ayah lakuin itu juga demi kebaikan kamu. Kalau kamu membangkang lagi jangan salahin ayah kalau Nathan gantiin kamu buat jadi pemimpin perusahaan." kata Dirga lagi.

Reyhan menatap Dirga tajam, dia bukannya tidak ingin Nathan menggantikan posisinya di perusahaan. Tapi jika Nathan yang menjadi pewaris, Nathan juga akan dididik dengan cara yang sama dan Reyhan tidak mau kalau Nathan merasakan apa yang sekarang dia rasakan.

"Kalau Nathan yang gantiin tempat aku, apa Ayah juga bakalan didik Nathan kayak Ayah didik aku?" tanya Reyhan.

"Ayah hanya mendidik kalian dengan cara yang menurut ayah benar. Kakek juga dulu seperti ini, kalau kamu tidak percaya kamu bisa tanya sama Om Damian. Makanya anak-anaknya kakek jadi pemimpin yang kuat. Kamu cuma terlalu manja Rey, dikit-dikit sakit, dikit-dikit berontak, dikit-dikit stress. Sekarang semua keputusan ada di kamu. Lakukan sesuai yang papa minta atau Nathan yang gantiin kamu?"

Reyhan tak habis fikir dengan ayahnya. Sungguh kalau saja dia tidak memikirkan nasib Nathan atau Juan yang mungkin akan mengalami hal yang sama sepertinya kalau dia tidak ada, Reyhan pasti sudah kabur dan memilih tinggal di rumah Damian.

"Oke. Ayah mau aku ngapain?" kata Reyhan pada akhirnya.

Cukup dia saja yang merasakan neraka di rumah itu, jangan sampai Nathan juga merasakan yang sama. Cukup satu orang saja yang rusak, yang lainnya harus hidup dengan baik.

"Bagus, Sekarang kamu fokus dulu sama kesehatan kamu biar cepet sembuh. Kita bicara lagi di rumah setelah kamu pulang dari rumah sakit."

Setelah Dirga selesai mengatakan itu, Nada masuk ke kamar Reyhan bersama dengan Juan.

"Loh, ayah ada disini.." kata Juan

"Iya, Ayah mampir dulu sebelum ke kantor." Jawab Dirga dengan senyum yang cukup memebuat Reyhan muak.

"Abang gimana keadaannya?" tanya Juan pada Reyhan

"Udah gapapa kok wan."

"Syukur deh, Abang cepet sembuh. Jangan sakit kayak kemarin lagi."

DERANA |  Haruto JeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang