Author POV
Damian dan Jane duduk di sofa rumah megah Dirga, Terakhir Damian datang kesini adalah saat dia mendapati Reyhan tak sadarkan diri di kamarnya karena dikunci oleh Dirga, jika diingat lagi Damian masih merasa marah akan bagaimana Dirga dan Nada memperlakukan Reyhan.
"Mas, ada apa?" tanya Dirga yang datang bersama Nada dan Juan lalu duduk di depan Damian dan Jane.
Damian menyerahkan kotak yang didapatkannya dari kamar Reyhan. Dia dan Jane tak ingin basa-basi, mereka bahkan ingin cepat-cepat keluar dari rumah ini.
"Reyhan nyimpen ini di lemari kamarnya di rumah Mas. Buat kalian." kata Damian.
Nada langsung mengambil kotak itu lalu membukanya. Setelah Reyhan dan Nathan pergi, Nada merasakan perasaan bersalah yang amat dalam. Apalagi setelah itu dia dan Dirga bertengkar hebat hingga hampir berpisah.
"Kita dateng cuma mau kasi itu aja." kata Jane. Dia sudah tak sanggup berada disini lebih lama.
"Ayo mas, kita ke tempat Reyhan sama Nathan sekarang biar nggak keburu sore." kata Jane.
"Kalo gitu mas pergi dulu." kata Damian dan langsung keluar dari sana.
Setelah Damian dan Jane pergi, Nada langsung mengambil surat yang berisi namanya, lalu membuka suratnya dengan cepat.
Halo Bunda, apa kabar?
Aku bikin ini just in case aku harus pergi lebih cepet. Ini hari ke berapa setelah aku pergi Bun? Bunda masih inget aku kan?
Gimana disana? Ayah, Bunda, Nathan, Juan baik-baik aja kan? How's life? semoga jauh lebih baik dari saat aku masih disana...
Aku harap Bunda kangen sama aku. Aku juga harap sesekali bunda akan dateng ke kamar aku dan berharap aku pulang saking kangennya, maaf ya bun aku malah pengen bunda sedih karena aku udah nggak disana...
Eh, tapi kamar aku masih ada gak bun?Nathan gimana? udah nggak sedih kan dia? Bunda udah baikan sama Nathan?
Trus Juan gimana? pas bunda baca surat ini Juan udah kelas berapa Bun? Dia pasti bisa bikin bunda bangga, lebih dari aku.Pas aku pergi bunda gimana? aku harap waktu itu bunda ada disamping aku, trus nangis karena nggak mau aku pergi.
Bunda tau gak dulu aku pengen banget bunda lindungin aku pas ayah marah, tapi disaat yang sama aku nggak mau bunda luka karena aku.
Aku pengen banget bunda dateng ke kamar aku trus hibur aku setelah ayah marah.
Bun, aku bohong sama bunda. Aku selalu bilang gapapa kalau bunda kasi semua perhatian ke Juan, tapi sebenarnya ada saat dimana aku pengen bunda kasi perhatian ke aku juga.Pas aku sakit, aku pengen banget bunda dateng trus ngerawat aku, aku pengen banget bunda khawatirin aku, tapi sampai aku nulis surat ini bunda masih belum dateng. Aku nggak nyalahin Bunda atau Juan kok bun, aku cuma mau tanya, Aku ada salah ya bun? kenapa bunda nggak kasi aku kasih sayang yang sama lagi kayak dulu? Aku kangen sama bunda yang dulu, kangen banget.... kangen sama bundanya abang.
Aku cuma berharap sekali aja di hari terakhir aku, aku jadi prioritas bunda. Sekali aja aku berharap bunda lebih milih buat temenin aku di rumah sakit daripada temenin Juan di rumah...
Ya kan bun? itu yang bunda lakuin kan?
Setelah ini aku boleh minta bunda buat inget aku terus nggak? Aku takut bunda lupa sama aku... Nanti sesekali kalo bunda nggak sibuk, tolong jenguk aku ke rumah baru aku ya bun? soalnya nanti aku disana sendirian, nggak kenal siapa-siapa... Itupun kalo Bunda nggak sibuk sama Juan, tapi kalo sibuk yaudah gak usah.
Maaf, kemarin-kemarin aku sama Nathan kurang ajar sama Bunda. But aside from everything that happened, aku sayang sama bunda.
Aku cuma mau bilang itu aja, soalnya tangan aku cepet banget kesemutan, jadi gak bisa nulis semua yang pengen aku bilang....
KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA | Haruto Jeongwoo
Teen FictionKarena pada dasarnya pilihan terakhir tetap mencoba bertahan. Family - Brothership ⚠️ Harsh Word ⚠️ Self Harm ⚠️ Physical Abuse ⚠️ Blood/Nosebleed Beberapa part mungkin mengandung warning diatas, be careful 🤍🤎🖤