Author POV
Setelah beberapa hari pulang ke rumah, Reyhan mulai melakukan kegiatannya seperti semula. Seperti yang Dirga dan Reyhan bicarakan di rumah sakit, Reyhan mulai melakukan semua yang ayahnya katakan lagi tanpa bantahan. Membantah juga tidak akan ada gunanya.
Malam ini dia bahkan harus ikut dengan ayahnya untuk makan malam bersama kolega bisnisnya setelah pulang sekolah ditambah dengan les. Sepertinya Reyhan benar-benar harus menanyakan Damian apa benar kakeknya dulu mendidik mereka dengan cara yang sama? Bagaimana mereka bisa bertahan dengan baik? Apa memang Reyhan yang terlalu lemah?
Reyhan turun dan langsung masuk ke mobil karena ayahnya mengiriminya pesan kalau dia sudah menunggu Reyhan di mobil.
"Nanti jangan bikin malu Rey. Lakukan dengan baik." kata Dirga sesaat setelah mobil mulai berjalan.
"As long as nggak ada perjodohan aku gak akan bikin malu. Tapi kalau tiba-tiba ada cewek seumuran aku yang ikut dateng dan ayah minta aku biar kenal lebih jauh, detik itu juga aku akan pergi dari sana." sahut Reyhan.
"Udah punya pacar kamu? Sekolah yang bener Rey, jangan pacaran dulu."
"Aku udah nurutin kemauan Ayah, aku udah mau ngikutin aturan ayah. Tapi kalau untuk pasangan, aku yang nentuin sendiri."
"Oke." kata Dirga, Dia juga sadar kalau Reyhan bukan orang yang bisa diatur terlalu jauh. Dirga juga tau Reyhan sekarang mau mengikuti aturannya semata-mata karena tidak ingin Nathan yang mengalami ini, bukan karena Reyhan takut menerima hukuman ataupun takut kehilangan tahta sebagai pewaris. Dirga merasa bersalah, tapi ini yang terbaik untuk masa depan keluarganya.
-
Dirga dan Reyhan masuk ke restaurant fine dining yang sangat megah. Mereka langsung diantarkan ke salah satu meja disana yang sudah diisi oleh beberapa tamu undangan dan tentu saja ada Arthur, kolega bisnis Dirga yang memiliki perusahaan besar.
Acara yang sangat membosankan, Reyhan hanya mendengarkan sambil memasang senyum palsu kadang sesekali menjawab pertanyaan yang dilontarkan untuknya. Terlibat seminimal mungkin. Untungnya Reyhan orang yang cukup pandai adaptasi, walaupun bukan tipe social butterfly yang berteman dengan siapa saja, tapi Reyhan cukup bisa membaur dengan baik dan dapat menempatkan diri dengan tepat. Cukup berbeda dengan putra-putra dari tamu lain yang diundang yang sangat terlihat gugup dan tidak nyaman. Padahal orang-orang itu umurnya diatas Reyhan. Tapi tidak heran, berada di tengah orang penting tentu saja ada pressure yang tinggi.
Namun Reyhan tak merasa gugup atau takut dengan keadaan yang seperti ini. Jika dibandingkan, keadaan seperti ini tidak ada apa-apanya dengan hukuman ayahnya yang sering dialaminya. Ya kecuali jika ayahnya mulai bersikap kasar ditempat ini mungkin Reyhan akan merasa panik, tapi sepertinya kemungkinannya sangatlah kecil. Dirga tak akan merusak image sempurnanya.
"Reyhan kamu sudah kelas 11 kan? Nanti pastinya kuliah ambil bisnis dong?" tanya Arthur pada Reyhan. Sebenarnya melihat Reyhan yang daritadi tidak terlihat gugup membuatnya merasa tertarik dengan Reyhan. Orang seperti apa dia? Orang lain sibuk membanggakan diri dan membanggakan putranya tapi Reyhan belum menjelaskan apapun yang menarik perhatian orang disana.
"Iya Om, mau ambil bisnis." jawab Reyhan disertai dengan senyuman formalitas.
"Mau kuliah dimana? pasti udah ada rencana dong?" tanya Arthur lagi.
Ini tidak ada di script yang diprediksi ayahnya. Reyhan melihat Dirga sekilas namun tidak diberi kode apa-apa. Ayahnya malah ikut-ikutan terlihat seolah menunggu jawabannya.
"Aku nggak begitu banyak punya rencana Om. Ini masih awal semester, masih cukup jauh buat siapin tempat kuliah dimana." jawab Reyhan. Tak yakin kalau jawabannya akan bisa diterima Dirga.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA | Haruto Jeongwoo
Teen FictionKarena pada dasarnya pilihan terakhir tetap mencoba bertahan. Family - Brothership ⚠️ Harsh Word ⚠️ Self Harm ⚠️ Physical Abuse ⚠️ Blood/Nosebleed Beberapa part mungkin mengandung warning diatas, be careful 🤍🤎🖤