Author POV
Reyhan menatap dirinya di cermin. Setelan kemeja dan jas yang rapi ditambah rambut yang ditata sedemikian rupa membuatnya terlihat berbeda.
"Rey, apapun yang terjadi, hari ini lo nggak boleh ngelakuin kesalahan sama sekali. Atau kalau enggak ini beneran bakal jadi hari terakhir lo bernafas Rey." Kata Reyhan pada dirinya sendiri.Reyhan lalu mengambil barang-barang yang sudah dia siapkan untuk rapat nanti, Reyhan lalu turun ke ruang tengah dimana keluarganya yang lain sudah menunggu untuk sarapan.
"Gimana Rey? kamu sudah pelajari semuanya? sudah siap?" tanya Dirga saat Reyhan baru saja duduk di meja makan.
"Sudah yah." sahut Reyhan singkat lalu mulai memakan roti yang sudah disiapkan bundanya.
"Pokoknya kamu inget pesen ayah, nggak boleh ada kesalahan sedikitpun. Kerjasama ini ada di tangan kamu Rey, ayah mau kita bisa tanda tangan kontrak hari ini." kata Dirga lagi yang enggan dijawab oleh Reyhan, jadi Reyhan hanya menganggukkan kepalanya. Apa ayahnya benar-benar berfikir anak SMA bisa mendapatkan kerjasama besar seperti ini? Mustahil.
Sepertinya Reyhan harus bersiap-siap dengan apapun hukuman yang mungkin akan dia dapatkan. Atau haruskah dia mengirim pesan perpisahan untuk teman-temannya untuk jaga-jaga jika ayahnya menggila?
-
Reyhan turun dari mobil bersama dengan ayahnya, ini pertama kalinya dia datang ke kantor ayahnya setelah beberapa lama. Semua karyawan menundukan kepalanya memberi salam kepada ayahnya, Reyhan akui ayahnya memang terlihat berwibawa.
Reyhan dapat merasakan semua pasang mata yang dia lewati menatapnya sejak memasuki kantor yang sebagian besar menatapnya kagum.
Mereka langsung memasuki ruang meeting dan mendapati beberapa karyawan mulai menyiapkan semua yang mereka perlukan.
Tak berapa lama setelah mereka masuk, client yang mereka tunggu juga memasuki ruang meeting.
Meeting berlangsung dengan cukup baik dengan Reyhan yang memimpin meetingnya, menjelaskan semua power point yang dia buat dan pelajari kemarin. Meeting berjalan lancar walaupun Niko -client Dirga melempar banyak pertanyaan sulit dan menjebak hingga membuat Dirga menatap Reyhan was was takut jika putranya tidak bisa menjawab.
Namun Dirga tidak menyangka kalau kemampuan Reyhan melebihi apa yang dia bayangkan, Reyhan menjawab semua pertanyaannya dengan sangat baik hingga membuat clentnya puas dan tanpa fikir panjang langsung menandatangani kontrak kerjasama.
-
Sesaat setelah Niko meninggalkan perusahaan, Dirga memberikan pelukan untuk anak sulungnya yang membuat Reyhan kaget karena ayahnya tidak pernah memeluknya seperti ini.
"Good job Rey. Bagus sekali, ini yang harus selalu kamu lakukan. Lakukan sebaik ini bahkan lebih baik dari ini. Apa yang kamu lakukan tadi, bagaimana cara kamu menjelaskan, bagaimana kamu memimpin meeting, bagaimana kamu menjawab semua pertanyaan, semuanya sempurna. Ayah mau kamu terus seperti ini Rey. " kata Dirga.
Dia akui hari ini Reyhan sangat luar biasa, tidak sia-sia semua yang dia ajarkan pada Reyhan, tidak sia-sia semua didikan tegasnya. Itu adalah apa yang Dirga fikirkan, tanpa dia sadar kalau semua itu salah, tanpa sadar dia justru sedang merusak penerusnya.
Reyhan yang mendapat pujian seperti itu tak tahu bagaimana harus merespon ayahnya, ini pertama kalinya ayahnya terdengar begitu bangga. Biasanya selalu ada kata 'tapi' yang diselipkan di setiap pujian. Berbeda dengan hari ini.
"Aku akan berusaha semampu aku yah." jawab Reyhan, dia tak berani berjanji, saat dia sendiri tak yakin dia sanggup atau tidak.
"Mulai sekarang kamu harus sering-sering ikut ayah ke kantor Rey, biar kamu cepat terbiasa dengan suasana kantor jadi nanti kamu nggak kaget. Anggap aja masa training"
"Mana sempat yah? kan jadwal aku udah full." kata Reyhan berharap ayahnya membatalkan ide apapun yang ada di kepalanya, karena Reyhan yakin ide itu pasti lebih gila dari sebelumnya.
"Nanti biar ayah yang atur." Sahut Dirga yang membuat Reyhan menghela nafas, sepertinya dia harus siap-siap untuk segala hal gila yang akan ayahnya siapkan.
-------
Reyhan menjatuhkan dirinya di kasur. Sungguh hari ini dia sangat lelah, semua yang terjadi hari ini benar-benar menghabiskan seluruh tenaganya. Reyhan baru saja menutup matanya sebentar tapi terusik dengan suara pintu yang terbuka, dia bahkan terlalu lelah untuk melihat siapa yang masuk ke kamarnya tanpa permisi.
"Rey, udah tidur lo?" tanya Nathan pada Reyhan.
"Hmm"
"Gimana rasanya hari pertama jadi pewaris?" tanya Nathan yang membuat Reyhan membuka matanya karena pertanyaan tak biasa dari Nathan.
"Kenapa lo nanya gitu?" tanya Reyhan.
"Nggak, gue iri aja. Lo belum tamat SMA aja udah dikasi perusahaan sama ayah, padahal kita lahir di tanggal yang sama, tapi kenapa lo doang yang diajak ke kantor? kenapa lo doang yang dikasi kepercayaan buat jadi penerus ayah? Lucu ya, mereka udah siapin masa depan buat lo tapi nggak buat gue." kata Nathan yang membuat Reyhan mengernyit tak suka.
"Lo mau jadi pewaris?"
"Nggak, gue kadang overthingking aja. Lagian mana mungkin sih ayah biarin gue yang jadi pewaris? kan dia udah punya Reyhan yang sempurna." kata Nathan tertawa hambar.
"Udah ah, gue mau tidur." sambung Nathan langsung keluar dari kamar Reyhan.
"Gue nggak suka Than, gue muak sama hidup yang gue jalanin, kalau lo emang pengen jadi penerus, ambil aja. Gue malah jadi lebih tenang." jawab Reyhan saat Nathan masih berdiri di ambang pintu.
Namun bukannya berbalik dan menanyakan maksud ucapan Reyhan, Nathan malah langsung keluar, dia tidak ingin tetap disana dan membuat hubungannya dengan Reyhan memburuk.
Dia tahu, menjadi Reyhan pasti tidak mudah. Tapi kadang dia juga ingin diberi kepercayaan yang sama seperti yang ayahnya berikan kepada Reyhan. Tidak salah kan?-
Sementara Reyhan masih diam di kamarnya. Baru saja hubungannya dengan Nathan membaik apa sekarang harus menjadi buruk lagi?
Reyhan menghela nafasnya kasar. Kalau dia bisa, dia ingin mengatakan pada Nathan kalau saja dia diberi pilihan, dia tak akan mau hidup sebagai Reyhan. Kalau saja diberi pilihan Reyhan tak akan mau hidup dalam pilihan yang sudah ditentukan orang lain. Reyhan bahkan tak tau apa yang dia inginkan, masa depan seperti apa yang dia mau, karena yang dia lihat hanyalah masa depan yang diinginkan ayahnya. Dia hanya hidup untuk memenuhi ekspektasi dari semua orang disekelilingnya. Nathan tak tahu kalau Reyhan sudah lama kehilangan dirinya karena masa depan yang sudah disiapkan itu...
***
Heloooo
Bosen gak? wkwkwkk
KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA | Haruto Jeongwoo
Teen FictionKarena pada dasarnya pilihan terakhir tetap mencoba bertahan. Family - Brothership ⚠️ Harsh Word ⚠️ Self Harm ⚠️ Physical Abuse ⚠️ Blood/Nosebleed Beberapa part mungkin mengandung warning diatas, be careful 🤍🤎🖤