Author POVSetelah tiga hari berada di luar kota akhirnya Dirga dan Nada kembali ke rumah mereka. Untungnya saat berada di luar negri mereka sangat sibuk sehingga tidak bisa memantau anak-anak mereka, kalau tidak sudah dipastikan Reyhan tidak akan dimaafkan.
Saat ini mereka sedang sarapan bersama dan dari tadi Reyhan sudah was was dan sudah bersiap dengan kemarahan ayahnya, dia cukup gelisah dan melirik ayahnya beberapa kali namun Dirga tidak marah sama sekali, dan Reyhan tau Dirga bukan orang yang akan menahan amarahnya apalagi yang berbuat kesalahan adalah dirinya.
'Mungkin ayah nggak tau kali ya?' Batin Reyhan. Dia lalu melanjutkan makannya sambil berdoa semoga tak ada yang membocorkan kegiatannya selama orang tuanya di luar negri. Karena yang dia lakukan adalah balapan sampai pagi, dan pulang ke rumah Damian.
"Rey, mana berkas yang papa suruh?" Tanya Dirga.
Reyhan menyerahkan tumpukan dokumen yang sudah selesai dia kerjakan.
"Kamu gak macem-macem kan satu minggu ini?" Tanya Dirga yang menatap Reyhan tajam dan membuat bulu kuduknya berdiri.
"Nggak yah. Macem-macem apasih." Sahut Reyhan. Tentu saja itu kebohongan karena yang dia lakukan adalah kegiatan yang ayahnya benci.
Nathan menatap Reyhan kasihan, ayahnya selalu saja seperti ini. Kadang dia tidak tega jika melihat Reyhan harus ditekan terus menerus seperti ini.
"Yah, hari ini aku nginep di rumah temen ya. Mau sekalian bikin tugas." Kata Reyhan mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Yaudah, di rumah siapa? Kenapa nggak disini aja?" Tanya Dirga.
"Di rumah Guntur yah, cari suasana baru." Sahut Nathan.
"Iya, nginep aja." Kata Dirga.
Reyhan yang mendengar itu tersenyum sinis, jika dia yang meminta ijin pasti ayahnya sudah membentaknya, atau mungkin menamparnya.
"Aku juga ya pa? Deket kok, cuma di rumahnya Brian." Kata Juan, memang Juan sering menginap di rumah Brian karena mereka tetangga.
"Iya, yang penting kamu jangan main game sampe malem." Sahut Dirga yang dibalas gestur hormat oleh Juan.
'Keluarga bahagia banget nggak sih? Trus ngapain ni bapak-bapak mohon-mohon sama papa biar gue pulang' batin Reyhan yang hanya bisa diucapkan dalam hati.
"Rey ayah tau kamu hari ini nggak ada les. Langsung pulang, jangan kelayapan. Nanti biar kamu belajar bisnis sama ayah" kata Dirga pada Reyhan.
"Aku nggak dibolehin nginep juga?" tanya Reyhan yang tentunya bisa memancing amarah ayahnya.
"Jangan mulai Rey. Hari ini nggak ada pulang terlambat." kata Dirga lagi yang diacuhkan oleh Reyhan. Mendengarkan omongan ayahnya hanya akan membuatnya muak.
Selesai makan mereka langsung berangkat bersama yang diantar langsung oleh supir.
-
Sampai di kantor Dirga mulai melakukan presentasi dengan data yang dibuat oleh Reyhan, dia tidak memeriksanya kembali karena biasanya yang dikerjakan Reyhan selalu benar. Dia tidak akan memungkiri kalau Reyhan adalah yang paling dapat diandalkan. Selama ini, setelah apa yang dia lakukan, dia menyadari kalau Reyhan adalah yang paling kuat. Dia fikir tidak sia-sia selama ini dia mendidik Reyhan dengan keras, dia tidak perlu menghawatirkan apapun karena semua akan berjalan baik selama Reyhan menjadi penerusnya. Tanpa tahu kalau apa yang dia lakukan perlahan merusak calon pewarisnya.
Namun keputusan Dirga tidak memeriksa ulang pekerjaan Reyhan sepertinya bukan hal yang benar karena dari data yang Reyhan siapkan ada beberapa hal yang salah hingga menyebabkan ada sedikit kekacauan saat rapat yang membuat Dirga sangat marah karena bagaimanapun di kantor Dirga terkenal sangat perfectionist jadi kesalahan seperti ini seolah mencoreng nama baiknya, walaupun sebenarnya kesalahannya tidak sebesar itu.
Setelah jam pulang kantor, Dirga tidak memikirkan apapun yang dia lakukan adalah langsung bergegas ke rumah untuk menemui Reyhan.
-
Nathan masuk ke rumahnya dan mendapati rumah yang kosong. Tidak heran karena ibunya pasti sedang arisan dan ayahnya di kantor. Juan sudah pasti ada di rumah temannya, dan Reyhan sepertinya sudah dikamarnya. Sedangkan dia tidak melihat asisten rumah tangganya dimana-mana, mungkin ada di belakang.
Tadinya Nathan ingin menginap di rumah Guntur, tapi ternyata Guntur ada keperluan mendadak yang membuat semua rencana Nathan dan teman-temannya harus diundur ke lain hari. Nathan menaiki tangga dan melewati kamar Reyhan yang sedikit terbuka. Dia melirik ke dalam dan melihat Reyhan yang sedang sibuk di meja belajarnya di kamar.
Seperti biasanya Reyhan sangat sibuk hingga tidak ada waktu istirahat. Kadang Nathan berfikir apa Reyhan tidak lelah dengan semua kegiatannya? Sekolah, tugas sekolah, les-les, belum lagi mengerjakan file perusahaan. Nathan mengerti kalau itu harus dilakukan mengingat Reyhan yang akan menjadi pewaris. Tapi rasanya terlalu dini untuk melakukan itu. Mereka bahkan masih SMA dan ayahnya sudah menekan Reyhan sejak mereka kelas 1 SMA. Nathan tidak bisa membayangkan jika dia yang lahir lebih dulu dan harus menjalani kehidupan seperti Reyhan, dia pasti sudah gila. Nathan tak tahu kalau Reyhan juga sama.
Kadang dia juga kasihan melihat Reyhan yang ditekan begitu keras dengan kegiatan-kegiatan dan tugas yang seolah tidak memberinya waktu bernafas. Tak jarang Nathan melihat Reyhan yang masih begadang sampai pagi atau Reyhan yang tertidur di meja belajar. Bahkan beberapa kali Nathan mendapati sampah yang berisi tissue dengan noda darah dan saat Nathan bertanya pada Bi Sari katanya itu sampah dari kamar Reyhan.
Apa Nathan ditekan terlalu keras hingga tak punya waktu istirahat hingga mimisan seperti tempo hari?
Dia hanya harap itu bukan hal serius, dia harap semua baik-baik saja. Dia harap mereka bisa kembali dekat seperti saat sebelum Reyhan diberi tanggung jawab sebesar itu, saat dimana yang mereka lakukan hanya bermain. Mereka mungkin lebih sering bertengkar, namun tak dapat dipungkiri kalau Nathan merindukan Reyhan, Abangnya yang dulu...
***
Haiiii wassapppp...
KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA | Haruto Jeongwoo
Teen FictionKarena pada dasarnya pilihan terakhir tetap mencoba bertahan. Family - Brothership ⚠️ Harsh Word ⚠️ Self Harm ⚠️ Physical Abuse ⚠️ Blood/Nosebleed Beberapa part mungkin mengandung warning diatas, be careful 🤍🤎🖤