10- Runtuhnya Gengsi

2.3K 163 4
                                    

Author POV

Few Days Later....

Sudah beberapa hari Reyhan benar-benar tidak ada kabar sama sekali. Ini pertama kalinya karena biasanya kalaupun dia di rumah sakit, dia tetap akan memberi kabar teman-temannya. Anak Galaxy dan Maira sudah benar-benar cemas karena Reyhan tidak pernah absen lewat dari 3 hari dan sekarang sudah hari ke lima dia tidak datang ke sekolah dan tidak bisa dihubungi sama sekali.

"Reyhan kemana sih? gue masih belum bisa telepon dia." kata Maira sambil terus mencoba menghubungi Reyhan walaupun hasilnya tetap sama.

"Kita juga nggak bisa Ra. Gue udah tanya Kak Keenan dan dia juga nggak tau Reyhan kemana." Jawab Vino yang sama khawatirnya.

"Gue takut Vin. Dia nggak pernah sampai kayak gini." kata Maira.

"Kita juga sama Ra. Mau dilacak juga nggak bisa, kan HP nya mati." jawab Samuel putus asa.

Tak berapa lama, Nathan dan Guntur datang menemui mereka yang sedang duduk di kantin.

"Ra, ada kabar nggak dari Reyhan?" tanya Nathan pada Maira. Dia sudah tidak peduli dengan gengsi atau semacamnya, dia hanya perlu tau Reyhan dimana.

"Kenapa lo malah nanya kesini jing? kan lo satu rumah, lo saudaranya, lo yang harusnya lebih tau. Harusnya lo lebih tau apa terjadi sama Reyhan. Saudara macem apa sih lo?" Sahut Vino yang tersulut emosi.

"Gue juga mau tau ya bangsat. Tapi gak ada yang pernah bilang apa-apa sama gue, kalo aja malem itu gue gak lihat gimana ayah mukul Reyhan, gue gak akan tau apa-apa dan gue gak akan ada disini nyari Reyhan." kata Nathan penuh amarah.

"Gue juga sama kawatirnya kayak kalian. Sekalipun gue sama Reyhan sering berantem gue sama dia tetep saudara. Gue juga udah berusaha nyari dia anjing! Gue juga takut dia kenapa-napa. Gue juga marah kenapa gue kayak orang bego yang gak tau apa-apa" jawab Nathan lagi.

"Udah-udah.. kenapa malah pada brantem sih?" kata Maira melerai.

Vino sadar apa yang diucapkan Maira itu benar. Yang dikatakan Nathan juga benar, namun apa yang dia katakan juga tak sepenuhnya salah.

"Iya-iya sorry." kata Vino mengalah. Jika keadaan sedang tidak seperti ini dia tak akan mau meminta maaf pada Nathan. Tapi dia juga sedikit mengerti rasa frustasi yang Nathan rasakan.

Saat mereka masih kebingungan Hp Maira tiba-tiba berdering dengan nama Reyhan yang tertera di layarnya yang membuat semua yang ada disana merasa menemukan titik terang.

Maira mengangkat telepon Reyhan dan menyalakan loudspeaker setelah diberi kode oleh Ramuel.

"Halo Rey.. Rey ini lo kan?" kata Maira saat mengangkat telepon Reyhan.

"Iya, ini gue." sahut Reyhan diseberang sana yang membuat semua yang ada disana menghela nafas lega.

"Lo kemana aja sih Rey? gue sama yang lain khawatir lo kenapa-napa."

"Sorry Ra."

"Lo kemana aja? Lo ngak papa kan?"

"Udah nggak papa." sahut Reyhan.

"Trus kemarin-kemarin gimana?" tanya Maira.

"Biasa Ra. Bedanya kali ini lebih parah sampe gue dirawat." jawab Reyhan yang membuat Maira kembali khawatir.

"Separah itu Rey?"

"Ra... gue fikir malem itu gue udah mati. Gue gak bisa nafas ra.. gue takut banget." sahut Reyhan dengan suara bergetar, terdengar jelas kalau Reyhan sedang takut.

"Rey lo dimana? kita samperin kesana ya? biar lo nggak sendiri.." tawar Maira. Maira bahkan sudah tak bisa membendung air matanya lagi.

"Jangan.. gue butuh nenangin diri dulu" sahut Reyhan.

DERANA |  Haruto JeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang