Author POV
Reyhan masuk ke halaman rumah sederhana di pinggir kota bersama dengan Nada, katanya ayahnya sekarang ada disini. Dia sedikit takut bertemu ayahnya tapi Reyhan sadar kalau membenci justru akan membuatnya merasakan sakit yang lebih banyak. Dia akan menghabiskan waktu dengan dendam yang tak ada habisnya. Mungkin juga dia akan kehabisan waktu selagi dia memenuhi semua amarahnya.
Jika dilihat lagi, rumah ini rasanya tidak asing. Dia seperti pernah kesini sebelumnya tapi dia tidak ingat. Reyhan mengamati sekelilingnya, sampai matanya terpaku pada 2 ayunan yang ada di samping rumah itu. Benar, dulu dia pernah kesini, atau malah sering? dia ingat Dia dan Nathan pernah bermain di ayunan yang sama persis.
Nada mengetuk pintu beberapa kali, lalu tak lama Dirga membuka pintunya. Penampilan ayahnya sangat berbeda, tak ada lagi jas kebanggaannya melainkan hanya baju rumahan yang anehnya terasa familiar.
Di dalam ingatan Reyhan, melihat penampilan ayahnya sekarang dia merasa melihat ayah yang selalu dia rindukan. Seolah sosok ayah yang dilihatnya belakangan ini hanyalah orang lain yang menyerupai ayahnya.
"Abang..." panggil Dirga.
Reyhan tertegun mendengar panggilan Dirga, sebab ayahnya tak pernah lagi memanggil Reyhan dengan panggilan kecilnya, terakhir kali mungkin saat sebelum dia dititipkan. Ingatannya samar-samar tapi dia yakin ayah yang dilihatnya sekarang adalah ayah yang sama dengan yang Reyhan kecil kenal dulu.
"Mau masuk?" tanya Dirga lagi.
Reyhan hanya mengangguk tak mampu menjawab apa-apa. Reyhan masuk dan duduk di sofa, rumahnya kecil tapi rapi.
"Kamu mau minum? biar ayah ambilin." kata Dirga. Seolah mereka tidak bertemu selama bertahun-tahun. Seolah selama ini yang Reyhan lihat itu bukan ayahnya. Seolah ayahnya dari awal memang ada disini.
"Boleh." sahut Reyhan singkat
"Ini, tadi ayah beli. Ayah gak tau kamu sukanya minuman apa." kata Dirga kikuk. Dirga tak mengerti kenapa dia bisa secanggung ini di depan putranya sendiri. Mungkin karena dia baru menyadari semua kesalahannya setelah Damian memarahinya habis-habisan. Atau rasa bersalah membuatnya tak tau harus bersikap bagaimana.
"Aku suka ini." kata Reyhan langsung meminumnya.
"Ayah apa kabar?" tanya Reyhan. Bukan hanya Dirga, Reyhan juga tak tau harus bersikap seperti apa.
"Baik, lebih baik dari sebelumnya." Reyhan mengangguk mendengar apa yang dikatakan ayahnya.
"Kalau abang gimana?" tanya Dirga.
"Baik juga, seminggu lagi mau operasi. Ayah mau dateng?"
"Ayah boleh dateng?" tanya Dirga
"Boleh."
Lagi, hanya ada hening setelah satu topik selesai.
"Kayaknya aku dulu pernah kesini? atau ini tempat lain?" tanya Reyhan.
"Pernah, dulu waktu kalian masih kecil kita kadang main kesini trus nginep disini. Kamu sama Nathan lebih suka disini malahan." kata Dirga.
"Oh ya? aku gak begitu inget semuanya, tapi samar-samar aku inget tempatnya."
"Kamu sama Nathan kalo udah disini susah banget buat diajak pulang, pasti harus dibeliin mainan dulu baru mau nurut." kata Dirga mengenang semua yang terjadi dulu.
Reyhan tertawa mendengar apa yang dikatakan ayahnya, jika diingatkan seperti ini, memory itu kembali satu per satu. Dia ingat pernah sekongkol dengan Nathan dan bersembunyi di perkebunan warga karena tak mau pulang dan berakhir dengan mereka kesasar. Untungnya warga berbaik hati menolong mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA | Haruto Jeongwoo
Ficção AdolescenteKarena pada dasarnya pilihan terakhir tetap mencoba bertahan. Family - Brothership ⚠️ Harsh Word ⚠️ Self Harm ⚠️ Physical Abuse ⚠️ Blood/Nosebleed Beberapa part mungkin mengandung warning diatas, be careful 🤍🤎🖤