Author POV
Hari ini Reyhan bangun dengan perasaan yang sangat baik, karena Ayah dan Bundanya sedang pergi ke luar kota selama 3 hari. Jadi dia bisa sedikit bebas walaupun dia yakin ayahnya pasti sudah menyuruh orang untuk mengawasinya.
Dia menuruni tangga dengan bersenandung lalu langsung duduk di meja makan disusul oleh Nathan di belakangnya.
"Bahagia banget lo." kata Nathan.
"Iya, soalnya bapak lo nggak dirumah." jawab Reyhan enteng.
"Bapak lo juga nyet. Sopan dikit kek." kata Nathan.
"Nggak, kayaknya anaknya tuh cuma lo sama Juan deh. Soalnya sayangnya cuma sama kalian doang."
"Ya nggak lah. Kalau anaknya cuma gue sama Juan trus lo kenapa bisa disini?"
"Gatau, mungut di jalan kali." sahut Reyhan sambil mengoleskan selai coklat di rotinya.
Jero yang mendengar itu angsung melempar Reyhan dengan sepotong roti miliknya.
"Anjing!" umpat Reyhan.
"Abang-kakak masih pagi, jangan berantem terus, nanti Juan bilangin ke bunda loh." Kata Juan yang baru saja bergabung ke meja makan.
"Dih ngaduan.. Nathan duluan tuh masa abang dilempar pake roti"
"Mulut lo yang perlu diajarin" jawab Nathan tak mau kalah.
Reyhan menatapnya sinis lalu memilih fokus dengan sarapannya.
"Berangkat bareng lagi ya." Kata Juan pada kedua kakaknya.
"Abang berangkat bareng kak Hanan sama Kak Keenan wan. Mereka udah on the way. Kamu berangkat bareng Kak Nathan aja ya." sahut Reyhan.
"Mereka mulu. Kan ayah udah bilang jangan terlalu sering sama mereka." kata Nathan.
"Makanya sekarang sama mereka mumpung ayah nggak ada." jawab Reyhan. Dia masih tidak mengerti kenapa ayahnya melarangnya bersama keluarga Om Damian padahal dulu mereka yang membuatnya berada di keluarga itu.
"Bandel banget, dimarahin ayah tau rasa lo."
"Udah tau rasanya, kan udah sering." kata Reyhan santai yang justru membuat Nathan bungkam karena merasa tidak enak.
Suasana meja makan menjadi sunyi sampai Reyhan mendapat pesan dari Keenan yang bilang mereka sudah di depan rumah. Reyhan langsung bangun dan mengambil tasnya lalu pamit sekilas pada Juan dan Nathan.
-
"Hai kak Hanan, kak Keenan gila gue kangen banget anjir!" kata Reyhan saat baru saja masuk ke dalam mobil Hanan.
"Gue juga rey, lo sih mentang-mentang udah balik sama keluarga lo kita ditinggal." kata Keenan mengejek Reyhan.
"Kalo nggak dilarang sama ayah juga pasti gue sering-sering main kesana kak. Masalahnya kalau ayah tau gue main ke rumah ujung-ujungnya gue pasti kena marah. Nanti gue kena lagi kak." sahut Reyhan.
Sebenarnya dia juga rindu suasana di rumah Damian karena hanya disana dia merasakan kasih sayang sepenuhnya. Disana dia menjadi anak bungsu dan sejenak bisa melupakan besarnya tanggung jawab yang harus dia terima sebagai anak sulung.
"Udah gue bilang lo minggat aja, trus balik ke rumah. Papa sama mama udah kangen banget sama lo. Katanya mereka kangen sama si bungsu wkwk." kata Hanan yang membuat perasaan Reyhan menghangat.
"Gue juga kangen banget kak. Tapi kalo gue minggat ntar gue jadi batu, soalnya durhaka sama orang tua." jawan Reyhan.
"Kalo orang tuanya kayak bokap lo nggak bakal jadi anak durhaka Rey."
KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA | Haruto Jeongwoo
Teen FictionKarena pada dasarnya pilihan terakhir tetap mencoba bertahan. Family - Brothership ⚠️ Harsh Word ⚠️ Self Harm ⚠️ Physical Abuse ⚠️ Blood/Nosebleed Beberapa part mungkin mengandung warning diatas, be careful 🤍🤎🖤