11- Pantai dan Perasaan

2.1K 141 9
                                    

Author POV

Reyhan masuk ke rumahnya dan sedikit terkejut saat melihat Nathan yang duduk di sofa ruang tengah.

Reyhan hanya berjalan seperti biasanya seolah tidak terjadi apa-apa. Nathan yang melihat Reyhan datang langsung bangun dari duduknya sehingga mereka berhadapan. Reyhan menaikkan alisnya  seolah menanyakan kenapa.

"Lo kemana aja?" tanya Nathan pada Reyhan dengan wajah yang khawatir. Jika Nathan perhatikan, baju yang dipakai Reyhan bukan lagi baju yang dipakai malam itu. Meskipun luka di kening dan sudut bibirnya masih terlihat jelas.

"Kan gue udah bilang gue sama Kak Bagas Than. Lagian tumben banget lo nyariin? biasanya juga gue ilang lo gak peduli." kata Reyhan. Aneh melihat Nathan berubah begitu cepat.

"Siapa bilang sih gue nggak peduli? lo nya aja yang gak liat." sahut Nathan sewot.

"Khawatir ya lo?" goda Reyhan.

"Iyalah monyet. Lo ilang nggak ada kabar, temen-temen lo nggak ada yang tau lo kemana, Keenan sama Hanan juga nggak tau. Gimana gue nggak panik." sahut Nathan. Tadinya Reyhan hanya ingin becanda tapi malah ditanggapi serius oleh Nathan.

"Sorry, HP gue nggak ada sinyal Than. And it's Kak Keenan and Kak Hanan, mereka lebih tua, biasain panggil kak" sahut Reyhan.

"Trus kenapa luka-luka?" tanya Nathan, walaupun dia tau tapi dia hanya ingin tau apa Reyhan akan jujur atau tidak.

"Berantem." jawab Reyhan singkat. Seperti yang diperkirakan Nathan, Reyhan tak akan mau jujur.

"Lain kali jangan ngilang lagi."

"Iyaa... tapi kok gue ngerasa aneh ya Than? Nggak biasanya lo kayak gini sama gue. Kenapa?" tanya Reyhan yang merasa aneh dengan sikap Nathan.

"Nggak papa. Gue cuma nggak mau kita terus-terusan berantem, kita udah gede jangan kayak anak kecil. Jadi lo jangan ngajak gue ribut lagi." kata Nathan.

Reyhan yang mendengarnya tersenyum. Dia tidak peduli dengan alasan Nathan berubah, yang jelas dia sangat senang. Dia sudah menunggu ini dari lama. Jadi Reyhan maju dan memeluk Nathan sangat kuat.

"Uuu adek udah besar ya... sini peluk abang.." kata Reyhan sambil tertawa. Tawa pertama yang didengar Nathan setelah sekian lama.

"Enyah lo sana.. Nyebelin banget lo Reyhan Arion... Adek mata lo" teriak Nathan, Reyhan lalu melepas pelukannya dan berlari untuk naik ke kamarnya sebelum Nathan mengamuk.

Nathan senang, namun sedikit menyesal kenapa dia baru melakukan ini sekarang bukan dari dulu. Nathan tak bisa menyangkal lagi, dia sangat merindukan Reyhan. Dia merindukan panggilan yang sudah begitu lama tidak dia dengar sampai rasanya aneh mendengarnya lagi untuk pertama kalinya. Adek dan abangnya...

-

Hari ini Reyhan berjanji jalan-jalan bersama Maira, selagi ayahnya belum pulang dari kantor dia masih punya cukup waktu untuk jalan-jalan bersama Maira.

Reyhan keluar dengan menggunakan pakaian yang rapi dan wajah yang lebih segar mengundang rasa penasaran Nathan.

"Kemana lagi lo? baru aja pulang udah keluyuran." kata Nathan.

"Takut kangen lagi ya lo?" tanya Reyhan balik yang membuatnya mendapat lemparan bantal dari Nathan.

"Najis." sahut Nathan.

"Mau jalan-jalan." kata Reyhan.

"Sama siapa?"

"Kenapa lo jadi posesif anjir... kejedot apa sih lo?" tanya Reyhan.

"Nggak usah ngajak ribut." sahut Nathan malas.

"Iya-iya.. jalan sama Maira." kata Reyhan yang membuat Nathan curiga.

DERANA |  Haruto JeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang