Author POV
Reyhan masuk ke rumahnya, bersyukur karena mobil ayahnya tidak ada yang artinya ayahnya sedang tidak di rumah.
Reyhan berdiri di depan kamarnya, menimbang haruskah dia memberi tahu Nathan sekarang? apa yang harus dia katakan? darimana harus memulainya?
Tapi jika dia tidak memberi tahu Nathan sekarang akan sulit menemukan waktu yang pas lagi, mumpung ayah dan bundanya sedang tidak dirumah. Nathan juga akan marah jika dia berbohong lagi, Reyhan bukannya takut Nathan marah, dia hanya tak ingin membuat Nathan kecewa seperti sebelumnya.
Reyhan berjalan ke depan kamar Nathan, sejenak menghela nafas gusar. Reyhan meremas map ditangannya karena rasa gugup yang menyerangnya.
Reyhan lalu mengetuk pintu kamar Nathan dan tak berapa lama dibuka oleh Nathan.
"Rey, kenapa?"
"Lagi sibuk?"
"Nggak, cuma belajar biasa aja. Kenapa?"
"Mau ngomong bentar." kata Reyhan.
"Oh yaudah masuk aja."
Reyhan dan Nathan lalu masuk ke kamar Nathan. Nathan duduk di kasurnya sementara Reyhan duduk di sofa kecil di dekat kasur Nathan.
"Mau ngomong apa?" tanya Nathan penasaran melihat Reyhan yang seperti kebingungan.
Reyhan menyodorkan map cokelat yang sudah tidak rapi lagi ke Nathan yang membuat Nathan kebingungan.
"Apa?"
"Buka aja, lo yang minta kemarin." jawab Reyhan membuat Nathan semakin bingung, seingatnya dia tidak meminta apa-apa pada Reyhan.
Nathan lalu membuka mapnya, melihat gambar itu dengan seksama, membaca beberapa tulisan yang dia tidak mengerti.
"Ini punya siapa?"
"Punya gue, kan lo yang nyuruh gue periksa." kata Reyhan membuat sedikit pertanyaan Nathan terjawab.
"Trus ini maksudnya apa?"
"Tumor Otak." kata Reyhan. Menatap Nathan untuk melihat bagaimana reaksi Nathan.
"Hah? Sorry-sorry, Gue tadi kayaknya salah denger. Gue rasa ada yang salah sama pendengaran gue. Lo bilang apa?" Tanya Nathan lagi.
Dia bukannya tidak mendengar apa yang dikatakan Reyhan, tapi rasanya seharusnya bukan itu kata yang dia dengar, jadi mungkin dia salah. Iya, dia pasti salah.
"Yang lo denger gak salah Than, jangan bikin gue harus ngomong itu dua kali." kata Reyhan. Mengatakan itu sekali saja sudah menyakitkan. Dia tidak ingin mengulangnya.
"GUE BILANG YANG TADI GUE DENGER ITU SALAH ANJING." teriak Nathan.
"Warna putih di gambar yang lo lihat itu tumornya, itu kata dokter." kata Reyhan lagi. Mencoba tenang walaupun jantungnya berdetak sangat cepat. Dia sudah menduga respon Nathan akan seperti ini tapi tetap saja dia tidak tega. Nathan benar-benar terlihat takut.
"Pasti salah." jawab Nathan dengan pengelihatan yang sudah mulai buram oleh air matanya.
Nathan lalu menaruh kertas hasil tes Reyhan di kasur lalu bangun dan menghampiri Reyhan.
"Ayo kita tes ulang aja. Rumah sakit yang lo datengin itu gak bagus. Kita cari rumah sakit yang lebih gede."
"Jangan kayak gini"
"TRUS GUE HARUS GIMANA BANGSAT?? BILANG SAMA GUE, GUE HARUS APA???" bentak Nathan
"LO TENANG DULU MAKANYA, GAK USAH NGAPA-NGAPAIN!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA | Haruto Jeongwoo
Ficção AdolescenteKarena pada dasarnya pilihan terakhir tetap mencoba bertahan. Family - Brothership ⚠️ Harsh Word ⚠️ Self Harm ⚠️ Physical Abuse ⚠️ Blood/Nosebleed Beberapa part mungkin mengandung warning diatas, be careful 🤍🤎🖤