16- Truth after Truth

2.2K 184 5
                                    




Author POV

Besoknya Nathan tidak datang ke sekolah karena ingin menjaga Reyhan seperti yang dia janjikan. Nathan duduk di sofa ruang rawat Reyhan bersama dengan Nada, sementara Dirga masih harus ke kantor dan Juan pergi ke sekolah walaupun dengan sedikit paksaan.

"Bun, sejauh apa bunda kenal sama Reyhan?" tanya Nathan pada Nada. Pertanyaan yang aneh karena Nada adalah sang ibu, tapi jika difikir lagi rasanya itu pertanyaan yang wajar.

"Kenapa kamu nanya gitu?" tanya Nada.

Mendengar pertanyaan dari Nathan membuat Nada seketika memikirkannya juga, sejauh apa dia mengenal Reyhan? Jika itu Nathan atau Juan dia akan menjawab dengan pasti kalau dia sangat mengenal mereka tapi Reyhan? Nada nyatanya tak mengenal Reyhan, Nada tidak tahu banyak tentang putra sulungnya.

"Soalnya aku ragu, semakin hubungan aku membaik sama Reyhan semakin aku sadar kalau aku nggak kenal Reyhan dengan baik. Ada terlalu banyak hal yang nggak aku tau tentang Reyhan bun, Rasanya Reyhan tau banyak hal tentang aku, tapi aku enggak. Kejadian kemarin bikin aku sadar kalau aku bukan saudara yang baik." kata Nathan.

'Bunda juga sadar, kalau bunda bukan ibu yang baik Than. Kamu bikin bunda sadar kalau bunda juga nggak mengenal Reyhan sebaik Bunda mengenal kamu sama Juan' ucap Nada dalam hati. Namun tak ada sepatah katapun yang dikeluarkan.

"Bunda tau kalau ayah suka kasar sama Reyhan?" tanya Nathan.

"Iya, Ayah memang selalu berkata kasar sama Reyhan, Ayah juga pernah tampar Reyhan. Dan ayah juga selalu nuntut banyak hal sama Reyhan" sahut Nada.

"Itu aja?" tanya Nathan lagi.

"Iya. Maaf, bunda harusnya lindungin Reyhan bukan diem aja." kata Nada.

"Bunda juga tau ayah sering pukul Reyhan?"

Nada terdiam, bagaimana dia harus menjawab? Nada memang tau kalau Dirga mendidik Reyhan dengan cara yang keras, namun jujur saja dia tidak pernah melihat secara langsung. Dia hanya mempercayakan semua pada suaminya.

"Bunda tau kemarin Reyhan dirawat 5 hari di rumah sakit karena ayah pukul Reyhan, cambuk Reyhan pake ikat pinggang? Ayah juga cekik Reyhan sampe gak bisa nafas."

Pertanyaan yang dilontarkan Nathan membuat Nada mematung. Apa dia tidak salah dengar?

"Apa maksud kamu Than?"

"Aku lihat sendiri Bun, Ayah tampar Reyhan keras banget sampe dia jatuh, Ayah cambuk Reyhan sampe punggungnya luka-luka, Ayah juga cekik Reyhan Bun sampe Reyhan pingsan malem itu. Kenapa Bun? kenapa harus sekejam itu padahal Reyhan gak pernah aneh-aneh."

Nada tak bisa menjawab apa-apa, dia terlalu terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya. Apa hukuman yang selama ini dikatakan suaminya itu sekejam yang dikatakan Nathan?

"Nggak Than, ayah nggak mungkin sampe gitu." kata Nada mencoba menepis kemungkinan.

"Aku lihat sendiri Bun, dengan mata kepala aku sendiri. Bunda nggak tau?" tanya Nathan karena melihat respon Nada yang terkejut.

"Bunda nggak tau, bunda tahu ayah bilang mau hukum Reyhan tapi Bunda nggak tau separah itu." Sahut Nada. Nathan sedikit merutuki dirinya, jika sampai Bundanya bertengkar dengan Ayahnya karena ini pasti Reyhan yang akan kena lagi.

"Bunda jangan bilang sama ayah kalau aku sama bunda tau tentang ini ya bun. Nanti ayah marah sama Reyhan." kata Nathan.

"Tapi bunda harus ngomong sama ayah kamu Than."

"Nggak bun, please... aku nggak mau ayah marah sama Reyhan lagi dan hukum Reyhan bun. Jangan..." ucap Nathan memohon. Dia tak akan sanggup melihat Reyhan diperlakukan seperti saat itu.

DERANA |  Haruto JeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang