Author POV
Setelah dirawat di rumah sakit beberapa hari keadaan Reyhan sudah membaik dan hari ini sudah diijinkan pulang.
Reyhan masuk ke rumahnya dan rasanya sudah lama sekali dia tidak pulang. Reyhan langsung naik menuju kamarnya untuk istirahat karena kata dokter lebih baik Reyhan istirahat yang cukup untuk sementara waktu sampai keadaannya benar-benar fit.
Nathan mengantar Reyhan ke kamarnya. Sebenarnya bukan hanya itu, Nathan ingin menanyakan ke Reyhan tentang lukanya, tentang obat itu karena dia benar-benar sudah tidak tahan.
"Lo gak perlu anterin gue sampe sini kali Than. Gue udah gapapa." kata Reyhan.
"Lo beneran udah gapapa kan?" tanya Nathan.
"Iya. Istirahat bentar lagi, palingan besok udah balik sekolah." sahut Reyhan.
"Jadi kalo gue mau nanya beberapa hal sama lo sekarang, gapapa kan?" tanya Nathan lagi.
Reyhan merasa aneh dan curiga karena Nathan terlihat serius.
"Ya.. boleh" sahut Reyhan ragu.
"Oke. Gue gak akan basa basi lagi Rey, sejak kapan lo cutting?" tanya Nathan to the point yang membuat Reyhan menahan nafasnya.
"Gue udah liat luka lo, pisau yang lo pake, obat yang lo minum. Kenapa lo gak pernah bilang sama gue Rey? lo nganggep gue apa?" tanya Nathan.
"Sorry Than, gue cuma bingung harus cerita gimana. Gue nggak ngomong bukan karena gue nggak nganggep lo saudara tapi karena gue aja masih bingung darimana ngomongnya." sahut Reyhan.
"Oke. Biar gue yang nanya. Kenapa lo lakuin?" tanya Nathan yang bahkan tak bisa Reyhan jawab.
"It just happen like that. Gue nggak bisa ngendaliin diri. Maaf."
"Gue gak minta maaf lo Rey. Gue cuma pengen lo cerita sama gue apa susahnya sih? Lo bikin gue ngerasa gak kenal sama lo. Gue ngerasa jadi saudara yang gak becus liat lo kayak gini Rey. Lo bikin gue takut." kata Nathan dan mengambil jeda beberapa saat sebelum melanjutkan.
"Gue udah pernah pisah sama lo, gue nggak mau lagi. Lo gak ngerti gimana rasanya saat lo pergi waktu itu. Biasanya gue apa-apa selalu sama abang, selalu ada abang, gue gak pernah ngerasa kesepian atau takut meskipun ayah sama bunda sibuk sama Juan, itu karena ada lo. Karena gue tau abang gak akan tinggalin gue sendiri. Tapi hari itu lo ilang gitu aja Rey, gue kesepian, gue takut, gue sendirian Rey, gue masih inget gimana rasanya. Sakit banget dan sekarang lo mau tinggalin gue lagi?" kata Nathan yang sudah tak bisa lagi menahan airmatanya.
"Gue gak mau kalo harus ngerasain itu lagi Rey. Waktu itu lo bilang gue pasti bisa karena sekarang gue udah jadi kakak kan? Sekali lagi gue bilang, gue nggak bisa Rey. Gue gak suka jadi kakak, gue gak mau jadi kakak kalo abangnya nggak ada."
"Gue juga nggak mau kayak gini Than. Tapi gue butuh pelampiasan, biar gue tetep waras." sahut Reyhan.
"Tapi nggak gini caranya anjing." sahut Nathan emosi.
Reyhan ingin membalas, namun dia sadar kalau membalas dengan emosi tak akan membuat keadaan membaik.
"Gue lagi berusaha buat bisa lepas dari ini. Tapi gak mudah dan gue butuh waktu, butuh ruang" kata Reyhan
"Gue bakal bantu lo, lo cukup bilang sama gue. Kenapa lo jadi jauh banget sih Rey? Gue nggak ngerti kenapa kita harus kayak gini. Kalo aja waktu itu ayah nggak nitipin lo, mungkin kita nggak akan jauh. Mungkin lo masih jadi Reyhan yang sama, Abang yang gue kenal."
"Jangan bilang gitu. Nanti Juan denger trus salah paham." tegur Reyhan.
"Gue nggak peduli ya bangsat. Emang bener kan? Dari dulu semua di keluarga ini cuma tentang Juan, lo sama gue dipisahin karena Juan, apa-apa Juan, dikit-dikit Juan. Gue muak Rey.
Lo tau nggak? waktu lo nggak ada gue ngerasa gue gak punya siapa-siapa, Gue sendirian terus. Ayah sama Bunda sibuk sama Juan. Gue kesepian. Lo gak akan pernah ngerti gimana rasanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA | Haruto Jeongwoo
Teen FictionKarena pada dasarnya pilihan terakhir tetap mencoba bertahan. Family - Brothership ⚠️ Harsh Word ⚠️ Self Harm ⚠️ Physical Abuse ⚠️ Blood/Nosebleed Beberapa part mungkin mengandung warning diatas, be careful 🤍🤎🖤