47 - Pulang, Bersama

2.8K 155 147
                                    

Trigger Warning : Accident, Death
-
Author POV

Nathan sekuat tenaga menahan dirinya agar tetap berdiri, dia memandang foto Reyhan dan peti Reyhan yang ada di depannya. Dia tidak menghiraukan orang-orang yang datang untuk mengucapkan belasungkawa, dari tadi dia hanya menatap ke arah Reyhan berjam-jam sambil menahan airmatanya yang kadang lolos begitu saja.

Hanan dan Keenan masih berada di sisi Nathan karena kondisi Nathan juga cukup buruk, dia tidak makan dengan teratur juga tidak tidur dengan baik. Sudah beberapa hari dan Nathan hanya menangis di kamarnya.

Nada dan Juan juga datang, merasa bersalah karena saat Dirga menghubunginya kemarin, Dia dan Juan tidak pergi ke rumah sakit. Dia fikir Reyhan hanya drop, dan berencana untuk menjenguk Reyhan besoknya karena dia sedang menemani Juan lomba di sekolahnya.

Tapi Nada dikejutkan dengan kedatangan Dirga ke rumah dan mengatakan semua yang terjadi dan memarahinya karena tidak datang. Nada tidak melawan karena memang dia salah, harusnya waktu itu dia datang dan melihat Reyhan. Sebagai seorang ibu, seburuk apapun dia, dia tetap merasa kehilangan. Bagaimanapun Reyhan adalah anak yang dikandungnya juga.

Nada menghampiri Nathan yang masih tetap menatap ke arah Reyhan, tidak menoleh sama sekali ke arahnya.

"Nathan.." panggil Nada.

Nathan masih tak peduli dan tidak menatapnya sama sekali. Hingga Nada menyentuh lengan Nathan dan Nathan melihatnya. Namun bukan sapaan hangat yang Nada terima melainkan tatapan dingin dari Nathan.

"Buat apa kesini?" tanya Nathan dingin.

"Kak, bunda mau liat abang."

"Buat apa? waktu ayah minta bunda ke rumah sakit, bunda kemana? kenapa gak dateng? aku gak nyangka bahkan sampai akhir, bahkan sampai Reyhan pergi bunda gak bisa luangin waktu sedikit aja, yang ada di otak bunda cuma Juan. Sekarang pergi. Hidup aja berdua sama anak kesayangan bunda. Aku sama Reyhan gak butuh bunda ada disini." kata Nathan.

"Nathan... maafin bunda, kemarin bunda gak tau kalau Reyhan kayak gini." sahut Nada.

"Ohh jadi bunda cuma mau dateng kalau Reyhan udah mati?" tanya Nathan begitu menusuk.

"Nggak gitu Kak... Bunda mau minta maaf sama Kamu, sama Reyhan. Bunda salah."

Nathan hanya diam, dia tidak ingin marah disini. Dia tidak ingin marah di depan Reyhan.

"Jangan ganggu aku bun. tolong.." kata Nathan akhirnya. Ini hari terakhirnya bersama Reyhan jadi dia mau memperhatikan Reyhan sepenuhnya.

-

Nathan berdiri di tepi pantai dengan guci yang berisi abu Reyhan. Harusnya Nathan kesini dengan Reyhan bukan dengan abunya.

"Bang, ini yang lo maksud mau ke pantai? kenapa? harusnya lo dateng kesini sama gue sama ayah, bukan malah gue yang bawa abu lo kayak gini." Kata Nathan.

"Lo salah bang, In the end of the day it's just me, myself."

"Dek, ayo." kata Dirga mengingatkan Nathan. Tidak tega mendengar apa yang diucapkan Nathan.

Nathan mulai mengambil abu Reyhan lalu mengulurkan tangannya dan membiarkan angin membawa Reyhan pergi. Hari ini Reyhan benar-benar pergi darinya. Hari ini dia benar-benar sudah kehilangan tempatnya pulang. Mulai hari ini Nathan benar-benar sendirian lagi.

Nathan menatap matahari tenggelam di depannya, Reyhan sangat menyukai sunset. Dan sekarang akhirnya Reyhan menyatu dengan dua hal yang paling dia suka. Pantai dan Sunset.

Meninggalkan Nathan yang sekarang berdiri tanpa tujuan, juga tanpa tempat pulang.

-

Berhari-hari setelah kepergian Reyhan, keadaan Nathan belum membaik sama sekali. Nathan selalu termenung, lalu menangis tiba-tiba. Sejak Reyhan pergi Nathan tinggal bersama dengan Dirga di rumah yang Dirga tempati, bukan rumah keluarga mereka. Sejak sampai di rumah ini Nathan hanya mengurung diri di kamarnya, tidak keluar sama sekali bahkan Nathan tidak akan makan jika tidak dipaksa oleh Dirga. Keadaannya juga jauh dari kata baik, rambut yang sudah panjang dan tubuhnya lebih kurus.

DERANA |  Haruto JeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang