Author POV
Nathan benci bagaimana akhir-akhir ini dia sering dihadapkan dengan scene kehidupan yang sama berulang kali dimana dia duduk disamping ranjang Reyhan sambil melihat abangnya menahan sakit setiap saat, dan terlihat semakin melemah.
"Sakit banget?" tanya Nathan pada Reyhan yang sedang memijit kepalanya perlahan.
Reyhan menurunkan tangannya karena sudah merasa kesemutan.
"Gak kok, gak sesakit itu." sahut Reyhan.
"Yaudah istirahat lagi. Beberapa hari lagi kan mau kemo, biar kondisinya fit." kata Nathan.
"Nggak ada kemo lagi Than." sahut Reyhan membuat Nathan menatapnya heran.
"Maksudnya?"
"Gue gak mau kemo lagi."
"Apa-apaan? Lo udah gila? lo bilang mau berjuang." kata Nathan sebisa mungkin menahan nada bicaranya agar tidak meninggi.
"Perjuangan kita selama ini cuma sia-sia, kemo itu gak ada hasilnya."
"Ada Rey, gue yakin pasti ada."
"Gue yang ngerasain Than. Gak ada perubahan sama sekali kecuali penampilan gue, kecuali penyakit gue yang malah semakin parah."
"Tapi keadaan lo bakalan semakin memburuk kalo lo berhenti Rey."
"Sama aja sekalipun gue kemo."
"Enggak. Tolong jangan gini."
"Jujur, gue capek than. Gue benci berharap sama apa yang sebenernya gak ada. Gue gak suka ngerasa mual sepanjang waktu sampai gak bisa makan. Gue gak suka sama gimana gue terlihat sekarang, gue benci liat cermin, gue benci liat diri gue sendiri disana. Lo gak ngerti gimana rasanya saat lo berdiri di depan cermin tapi yang lo liat itu orang yang sama sekali gak lo kenali padahal jelas-jelas itu diri lo sendiri. Gue benci karena semua usaha itu berujung percuma." kata Reyhan dengan air mata yang berusaha dia tahan.
"Gue mau pulang Than, gue gak mau kemo, gue gak mau disini. Gue mau di rumah aja, makan makanan yang mama bikin, gue mau dirumah aja nungguin lo sama kak Keenan pulang sekolah abis itu kita main bareng sambil gue dengerin apa aja yang kalian lakuin di sekolah. Gue mau di rumah nungguin Papa sama kak Hanan pulang trus kita nonton TV bareng sampe malem. Gue mau nikmatin waktu gue tanpa harus khawatir kalau sehari lagi atau seminggu lagi atau sebulan lagi gue harus jalanin kemo yang gak ada gunanya itu. Gue gak mau buang-buang waktu kita." kata Reyhan sambil melihat ke atas agar air matanya tidak jatuh.
"Maaf gue udah egois karena maksa lo ngelakuin hal yang gue aja belum tentu mampu lakuin. Kalau lo maunya gitu, oke. Gue gak akan larang lo. Kita pulang, ayo lakuin yang mau lo lakuin tadi. Ayo bahagia bareng-bareng Rey." Kata Nathan. Kalimat itu bukan lagi sebuah harapan, melainkan keputus asaan.
Nathan tidak mau Reyhan menderita sampai akhir, setidaknya Reyhan harus bahagia walaupun Nathan tidak tau sebanyak apa waktu yang ada.
Reyhan mengangguk sambil tersenyum walaupun sisa airmata masih ada di ujung matanya. Dia lega, bahwa Nathan mengijinkannya.
-
Damian dan Nathan akhirnya menuruti kemauan Reyhan. Mereka tidak lagi memaksa Reyhan untuk menjalani kemo atau sebagainya.
Sekarang Reyhan sedang duduk di tepi kolam renang di rumah Damian sambil memasukkan kakinya di kolam lalu mengayunkan perlahan. Hari ini ayahnya akan berkunjung dan Reyhan sedang menunggunya sambil memikirkan apa saja yang harus mereka bahas nanti.
"Kenapa gak nunggu di dalem bang?" Reyhan menoleh dengan sedikit mendongak begitu suara ayahnya masuk ke pendengarannya. Reyhan lalu tersenyum dan menunggu ayahnya untuk duduk di sampingnya dengan posisi yang sama dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA | Haruto Jeongwoo
Teen FictionKarena pada dasarnya pilihan terakhir tetap mencoba bertahan. Family - Brothership ⚠️ Harsh Word ⚠️ Self Harm ⚠️ Physical Abuse ⚠️ Blood/Nosebleed Beberapa part mungkin mengandung warning diatas, be careful 🤍🤎🖤